PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Berdasarkan sejarah perkembangan pandangan masyarakat terhadap anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) maka dapat dicatat bahwa kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus dan keluarganya masih banyak yang terabaikan selama bertahun-tahun hingga saat ini. Sejarah juga mencatat bagaimana tanggapan sebagian besar masyarakat terhadap keberadaan anak-anak tersebut dan keluarganya.
            Sebagian besar masyarakat masih ada yang menganggap kecacatan atau kelainan yang disandang oleh anak berkebutuhan khusus sebagai kutukan, penyakit menular, gila, dan lain-lain. Akibat dari itu maka ABK dan keluarga ada yang dikucilkan oleh masyarakatnya. Ada diantara ABK sendiri yang menarik diri tidak mau berbaur dengan masyarakat karena merasa cemas dan terancam.
            Kondisi tersebut tentunya membawa dampak langsung maupun tidak langsung terhadap tumbuh kembang ABK, bahkan terhadap keluarganya (kedua orangtuanya). Pandangan atau penilain negative dari lingkungan terhadap ABK dan keluarganya merupakan tantangan terbesar selain kecacatan yang disandang oleh ABK itu sendiri dan dampaknya dapat dirasakan langsung oleh yang bersangkutan beserta keluarganya. Dampak yang jelas sering ditemui adalah terhadap konsep diri, prestasi belajar, perkembangan fisik, dan perilaku menyimpang.
            Persoalan yang dihadapi oleh anak berkebutuhan khusus menjadi semakin bertumpuk-tumpuk. ABK tidak hanya harus mengatasi hambatan yang muncul dari dirinya sendiri, ia harus menghadapi pula berbagai tantangan atau rintangan yang datangnya dari lingkungan. Di satu sisi, ABK berupaya memenuhi kebutuhannya, sedangkan lingkungan sering tidak dapat memberikan peluang bagi ABK untuk dapat tumbuh serta berkembang sesuai dengan kondisinya itu. Maka tidak sedikit ABK tidak mencapai perkembangan yang optimal.
            Semakin bertambahnya permasalahan membuat ABK menjadi kelompok yang rentan “terpinggirkan” dari kehidupan social, poolitik, budaya, ekonomi, dan pendidikan. Seolah-olah mereka bukan bagian dari anggota masyarakat dan dianggap tidak membutuhkan hal tersebut. Sejatinya, ABK adalah anggota masyarakat juga, sama-sama makhluk tuhan yang membutuhkan banyak hal sebagaimana manusia lainnya agar mampu mengisi kehidupannya secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.
            Berdasarkan keadaan sebagaimana dipaparkan di atas maka ABK membutuhkan “alat” agar dirinya mampu mengatasi hambatan yang dialaminya dan mampu hidup mandiri sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Alat itu diantaranya adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan diharapakan ABK memperoleh bekal hidup dan mencapai perkembangan yang optimal. Namun, dengan menumpukknya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh ABK, tidaklah cukup melalui pendidikan dengan proses belajar mengajar di kelas. ABK juga butuh layanan yang mendukung kepada keberhasilan belajar dan layanan yang memandirikan untuk mencapai perkembangan yang optimal. Layanan itu adalah program  bimbingan dan konseling. Melalui program layanan bimbingan dan konseling diharapkan anak dapat mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi anak dalam kehidupannya.

B.     Permasalahan
            Dalam penulisan makalah ini, permasalahan myang akan dibahas adalah antara lain sebagai berikut:
1.      Jelaskan Hakekat bimbingan dan konseling?
2.      Jelaskan hakekat anak berkebutuhan khusus?
3.      Bagaimana layanan bimbingan konseling bagi ABK?





C.    Tujuan Penulisan
      Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini tidak lain adalah untuk mengetahui:
1.      Hakekat bimbingan dan konseling
2.      Hakekat ank berkebutuhan khusu (ABK)
3.      Layanan bimbingan konseling bagi ABK

























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakekat Bimbingan dan Konseling
1.      Pengertian Bimbingan dan Konseling
      Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering di rangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang di lanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling.
      Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang di berikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya (Prayitno & Amti, 2008). Sedangkan Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang di hadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang,  (Prayitno & Amti, 2008).
      Berdasarkan pendapat di atas dapat dsimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun secara kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung.
 Dengan demikian, program bimbingan dan konseling bagi ABK adalah suatu kegiatan pelayanan bantuan kepada peserta didik atau siswa berkebutuhan khusus disekolah oleh guru BK atau konselor secara terencana, terorganisir dan terkoordinasi yang dilaksanakan pada periode tertentu, teratur dan berkesinambungan atau berkelanjutan.

2.      Prinsip-Prinsip Umum Bimbingan dan Konseling
      Prayitno & Amti (2008) prinsip-prinsip umum bimbingan dan konseling terdiri atas:
a.       Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang. Ini berarti bahwa bantuan yang diberikan kepada siswa harus bertolak dari perkembangan dan kebutuhan siswa.  
b.      Bimbingan diperuntukan bagi semua siswa. Ini berarti bahwa pembimbing perlu memahami perkembangan dan kebutuhan siswa secara menyeluruh, dan menjadikan perkembangan dan kebutuhan siswa tersebut sebagai salah satu dasar bagi penyusunan program bimbingan di sekolah.
c.       Bimbingan dilaksanakan dengan mempedulikan semua segi perkembangan siswa. Ini berarti bahwa dalam bimbingan semua segi perkembangan siswa baik fisik, mental dan social maupun emosional dipandang sebagai satu kesatuan dan saling berkaitan.
d.      Bimbingan berdasarkan pada pengakuan atas kemampuan individu untuk menentukan pilihan. Ini mengandung makna bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan sendiri tentang apa yang akan dia lakukan.
e.       Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses pendidikan. Proses pendidikan bukanlah proses pengembangan aspek intelektual semata, melainkan proses pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa.
f.       Bimbingan dimaksudkan untuk membentuk siswa merealisasikan dirinya. Ini berarti bahwa bantuan di dalam proses bimbingan diarahkan untuk membantu siswa memahami dirinya, mengarahkan diri kepada tujuan yang realistic dan mencapai tujuan yang realistik itu sesuai dengan kemampuan diri dan peluang yang di peroleh.

3.      Tujuan bimbingan dan konseling
            Secara khusus Yusuf dan Nurihsan (2010:14) menjelaskan tujuan-tujuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dibedakan sesuai dengan kaitanya masing-masing pada aspek yang ada yaitu, pencapaian tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi (1) aspek pribadi-sosial, (2) aspek belajar (akademik), (3) aspek karir.
1.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah sebagai berikut:

a.       Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/ Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
b.      Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
c.       Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
d.      Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
e.       Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
f.       Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
g.      Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
h.      Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
i.        Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
j.        Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
k.      Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.


2.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah sebagai berikut:

a.       Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
b.      Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
c.       Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d.      Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
e.       Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
f.       Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian

3.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah sebagai berikut:

a.       Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
b.      Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
c.       Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
d.      Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
e.       Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
f.       Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
g.      Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
h.      Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.  Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
i.        Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
4.      Fungsi bimbingan dan konseling
            Prayitno & Amti (2008) secara umum  terdapat 5 (lima) fungsi dari layanan bimbingan dan konseling yaitu
a.       Fungsi pemahaman;
b.      Fungsi pencegahan dan pengembangan;
c.       Fungsi penyesuaian diri; dan
d.      Fungsi pemecahan atau pengentasan masalah.


5.      Asas Bimbingan dan Konseling
            Keberhasilan bimbingan dan konseling juga sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas dalam bimbingan dan konseling. Prayitno & Amti (2008) beberapa asas yang yang perlu diperhatikan dalam bimbingan dan konseling adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, keharmonisan, keahlian, dan alih tangan kasus, serta asas tut wuri handayani.

6.      Macam-macam layanan bimbingan dan konseling :
      Prayitno & Amti (2008) macam-macam layanan bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a.      Layanan Orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.
b.      Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien).
c.       Layanan Penempatan dan penyaluran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ektrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, minat erta kondisi pribadinya.
d.      Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai meteri pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
e.       Layanan Konseling Individual
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
f.        Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (teruama dari guru pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-ama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjanguntuk  pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari dan/atau untuk pengembangan kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.
g.      Layanan Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah maalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.

B.     Hakekat Anak Berkebutuhan Khusus
1.      Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
      Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengertian anak berkebutuhan khusus, berikut Kirk dan Gallagher (1979) dalam  Abdurrachman (1995:9) mengemukakan defenisi anak luar biasa atau sekarang lebih dikenal dengan anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang menyimpang dari rata-rata atau normal dalam:
1.      Kareakteristik mental,
2.      Kemampuan sensoris,
3.      Karakteristik neuromotor atau fisik,
4.      Perilaku sosial,
5.      Kemampuan berkomunikasi, dan
6.      Gabungan dari beberapa variabel tersebut
Karena adanya penyimpangan tersebut, anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus membutuhkan modifikasi pelaksanaan sekolah dalam bentuk pelayanan pendidikan khusus untuk mengembangkan kapasitasnya secara maksimum.

2.      Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
      Anak-anak berkelainan fisik terdiri dari tunanetra, tunarungu dan tunadaksa, adapun karakteristik kelainan fisik meliputi:
a.      Tunanetra
·         Fisik, adanya kelainan pada indera penglihatan
·         Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya.
·         Motorik, kurang dapat melakukan mobilitas secara umum
·         Sosial-emosional, mudah tersinggung dan bersifat verbalism yaitu dapat bicara tetapi tidak tahu nyatanya.
b.      Tunarungu
·         Fisik, kesan lahiriah tidak menampakan adanya kelainan pada anak
·         Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan keadaan anak-anak normal pada umumnya.
·         Motorik, sering anak tunarungu kurang memiliki keseimbangan motorik dengan baik.
·         Sosial-emosional, sering memperlihatkan rasa curiga yang berlebihan, mudah tersinggung.
c.       Tunadaksa
·         Fisik, jelas menampakkan adanya kelainan baik fisik, maupun motorik.
·         Kemampuan akademik, untuk tunadaksa ringan tidak berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya. Sedangkan untuk tunadaksa berat terutama bagai anak yang mengalami gangguan neuro-muscular sering disertai dengan keterbelakangan mental.
·         Motorik, banyak tunadaksa yang mengalami gangguan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus.
·         Sosial-emosional, anak tunadaksa memiliki kecenderungan rasa rendah diri (minder) dalam pergaulan dengan orang lain.
anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan mental- emosional, yaitu anak tunagrahita, dan tunalaras. Adapun karakteristik kelainan mental-emosional sebagai berikut:
d.      Tunagrahita
      Pada dasarnya anak tunagrahita memiliki karakteristik yang relatif homogin berdasar klasifikasinya. Adapun karakteristik tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
·         Tingkat ringan, memiliki kemampuan paling tinggi setraf dengan anak kelas 5 SD, mampu di ajar memca, menulis dan berhitung sederhana. Dalam sosialisasi masih mampu mnyesuaikan diri dengan lingkungan sosial secara terbatas.
·         Tingkat sedang, memiliki kemampuan akademik maksimal setaraf dengan anak kelas 2 SD, biasanya sering disertai gangguan motorik dan komunikasi sehingga sangat sulit untuk menyesuaikan diri  dengan lingkungan, aktifitas sosialnya hanya sebatas untuk memelihara diri sendiri.
·         Tingkat berat, anak ini tidak mampu dididik maupun dilatih, kemampuannya paling tinggi setaraf anak pra-sekolah,  sepanjang hidupnya anak ini bergantung pada orang lain.
e.       Tunalaras
      Karakteristik anak tunalaras secara umum menunjukkan adanya gangguan perilaku, seperti suka menyerang (agresive), gagngguan perhatian dan hiperaktive. Secara akademik anak tunalaras sering ditemui tidak naik kelas hal ini dikarenakan gangguan perilakunya bukan karena kapasitasv intelektualnya. Karakteristik emosi-sosial anak tunalaras suka melanggar norma baik yang berlaku di institusi seperti sekolah maupun masyarakat sehingga anak ini sering disebut dengan anak maladjusted. Tunalaras sering menunjukkan kepribadian yang tidak matang (immature) dan menunjukkan adanya kecemasan (anxietas).
f.        Kesulitan belajar
      Adapun karakteristik atau ciri yang menonjol pada anak berbakat meliputi:
·         Karakteristik Intelektual, cepat dalam belajar, rasa ingin tahunya tinggi, daya konsentrasinya cukup lama, memiliki daya kompetetif tinggi.
·         Karakteristik Sosial-emosional, mudah bergaul atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, memiliki sifat kepemimpinan (leadership) terhadap teman sebayanya, bersifat jujur, dan memiliki tenggangg rasa serta mampu mengontrol emosi.
·         Karakteristik Fisik-kesehatan, berpenampilan menarik, memiliki daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit, dapat memelihara penampilan fisik yang bersih dan rapi.

3.      Permasalahan Anak Berkebutuhan Khusus
            Akibat kecacatan yang disandang oleh ABK, tentunya menimbulkan banyak permasalahan yang harus di hadapi anak baik permasalahan langsung  maupun tidak langsung. Berikut akan diuraikan berbagai permasalahan yang dihadapi ABK berdasarkan bentuk kecacatan yang disandangnya:
a)      Permasalahan anak tunanetra
      Dari karakteristik yang dimilikinya maka muncullah beberapa jenis masalah yang dihadapi individu terutama yang dihadapi oleh murid-murid sekolah. Abdurrachman  (1995:11) Masalah tersebut sekurang-kurangnya dapat digolongkan sebagai berikut:
·         Masalah pengajaran dan pendidikan
·         Masalah orientasi dan mobilitas serta kebiasaan diri
·         Masalah gangguan emosi dan penyesuaian diri
·         Masalah keterampilan dan pekerjaan
·         Masalah ketergantungan diri
·         Masalah penggunaan waktu senggang
b)      Permasalahan anak tunarungu
      Adapun permasalahan anak tunarungu (Abdurrachman, 1995:153) sebagai berikut:
·         Masalah komunikasi.
·         Masalah pribadi.
·         Masalah pengajaran atau kesulitan belajar.
·         Masalah penggunaan waktu terulang.
·         Masalah pembinaan keterampilan dan pekerjaan.
c)      Permasalahan anak tunagrahita
      Masalah-masalah yang mereka miliki relatif berbeda, walaupun demikian ada juga kesamaan masalah yang dirasakan bersama oleh sekelompok mereka. Abdurrachman (1995) Kemungkinan-kemungkinan masalah yang dihadapi anak terbelakang dalam konteks pendidikan, diantaranya dapat disebutkan sebagai berikut :
·         Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri dalam kehidupan sehari-hari.
·         Masalah kesulitan belajar.
·         Masalah penyesuaian diri.
·         Masalah penyaluran ke tempat kerja.
·         Masalah gangguan kepribadian dan emosi.
·         Masalah pemanfaatan waktu terluang.
d)      Permasalahan anak tunadaksa
      Chori (1995) Penggolongan masalah yang dihadapi oleh anak tunadaksa adalah sebagai berikut :
·         Masalah kesulitan belajar.
·         Masalah sosialisasi.
·         Masalah kepribadian.
·         Masalah keterampilan dan pekerjaan.
·         Masalah latihan gerak.
e)      Permasalahan anak tunalaras
      Sunardi (1995) beberapa permasalahan yang sering dihadapi anak tunalaras antara lain sebagai berikut:
·         Masalah pengajaran dan pendidikan.
·         Masalah keutuhan kepribadian.
·         Masalah penggunaan waktu senggang.
·         Masalah gangguan emosi dan penyesuaian diri.
·         Masalah keterampilan dan pekerjaan.
      Dari  uraian permasalahan yang dihadapi anak berkebutuhan khusus di atas sesuai dengan jenis ketunaannya, dapat ditarik benang merah, bahwa pada umumnya, permasalahan yang dihadapi anak berkebutuhan khusus pada terkait dengan:
a.       Masalah perkembangan fisik-motorik,
b.      Masalah perkembangan kognitif,
c.       Masalah perkembangan bahasa,
d.      Masalah perkembangan sosial, dan
e.       Masalah perkembangan emosi.

4.      Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus
      Pada umumnya kebutuhan anak berkebutuhan khusus sama dengan anak-anak lain pada umumnya (kebutuhan jasmani dan rohani). Tapi ada hal-hal khusus yang membutuhkan penanganan khusus, biasanya berkaitan dengan kelainan atau kecacatan yang disandangnya. Di dalam prosesnya dapat berupa pendidikan, pembelajaran yang mendidik dan memandirikan, terapi, layanan bimbingan dan konseling, layanan medis, dll.
      Penanganan itu tentunya dilakukan oleh profesi yang sesuai dengan bidangnya. Artinya akan banyak ahli yang terlibat dalam rangka memenuhi kebutuhan ABK itu. Sehingga dikenal dengan pendekatan multidisipliner. Para ahli dari berbagai bidang berkolaborasi memberikan layanan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan ABK agar berkembangan secara optimal.

C.    Layanan Bimbingan Konseling bagi ABK
1.      Kebutuhan Bimbingan Konseling bagi ABK
      Mengenai kebutuhan layanan bimbingan dan konseling ini, Thompson dkk (2004) menuliskan garis besarnya sebagai berikut:
a.       Anak harus mengenal dirinya sendiri
b.      Menemukan kebutuhan ABK yang spesifik sesuai dengan kelainannya. Kebutuhan ini       muncul    menyertai    kelainannya.
c.       Menemukan konsep diri
d.      Memfasilitasi penyeusaian diri terhadap kelainan/kecacatanya
e.       Berkoordinasi dengan ahli lain
f.       Melakukan konseling terhadap keluarga ABK
g.      Membantu perkembangan ABK agar berkembang efektif,  memiliki keterampilan hidup mandiri
h.      Membuka peluang kegiatan rekreasi dan mengembangkan hobi
i.        Mengembangkan keterampilan personal dan social
j.        Bersama-sama merancang perencanaan pendidikan formal, pendidikan tambahan, dan peralatan yang  dibutuhkan

2.      Tujuan Program Bimbingan Konseling Bagi ABK
a.      Tujuan Umum
           Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling bagi ABK adalah sesuai dengan tujuan pendididikan, yang tertulis pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 1989 (UU No. 2/1989), yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Depdikbud, 1994:5)
           Layanan bimbingan dan konseling bagi ABK secara umum disekolah bertujuan agar setelah mendapatkan layanan bimbingan konseling anak dapat mencapai penyesuaian dan perkembangan yang optimal sesuai dengan sisa kemampuannya, bakat dan nilai-nilai yang dimilikinya.
           Bagi ABK selain tujuan tersebut diatas, tekanan pencapaian tujuan lebih diarah untuk membentuk kompensasi positif dari kecacatan yang dimilikinya. Mereka tidak begitu terganggu dengan kecacatan yang ia miliki, tetapi justru ada usaha optimalisasi sisa kecacatan tersebut.
b.      Tujuan Khusus
                              Secara khusus tujuan layanan bimbingan dan konseling bagi ABK antara lain :
a.       Memahami dirinya dengan baik, yaitu mengenal segala kelebihan dan kelemahan yang dimiliki berkenaan dengan bakat, minat, sikap, perasaan dan kemampuannya.
b.      Memahami lingkungan dengan baik, meliputi lingkungan pendidikan disekolah, lingkungan diasrama, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan sosial masyarakat.
c.       Membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana yang didasarkan kepada pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan lingkungannya. 
d.      Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik disekolah maupun diluar sekolah.
3.      Lingkup Layanan Bimbingan Konseling Bagi ABK
      Layanan bimbingan merupakan bagian dan penunjang yang tak terpisahkan dari keseluruhan kegiatan pendidikan termasuk pada kegiatan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dan mencakup seluruh tujuan dan fungsi bimbingan. Syaodah & Agustin (2008) Dilihat dari tujuan dan materinya, lingkup layanan bimbingan untuk anak berkebutuhan khusus mengutamakan penekanan pada jenis kegiatan berikut ini:
a.      Bimbingan pribadi-sosial
      Bimbingan pribadi sosial ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial anak dalam mewujudkan pribadi yang mampu menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungan secara baik.
      Bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk membantu anak dalam memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial. Biasanya yang tergolong dalam masalah pribadi sosial adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan guru pendamping di tempat belajar, masalah penerimaan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar dan masyarakat tempat tinggal anak.
      Bimbingan pribadi-sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan anak dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dihadapi anak.
      Bimbingan pribadi-sosial diberikan dnegan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan sosial pribadi yang tepat.
      Bimbingan pribadi-sosial yang memuat layanan bimbingan yang bersentuhan dengan:
1.    Pemahaman diri.
2.    Mengembangkan sikap positif
3.    Membuat pilihan kegaiatan secara sehat
4.    Menghargai orang lain
5.    Mengembangkan rasa tanggungjawab 
6.    Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
7.    Keterampilan menyelesaikan masalah
8.    Membuat keputusan secara baik

b.      Bimbingan belajar
      Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan belajar merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu para anak dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar.
      Bimbingan belajar dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para guru/pendamping membantu anak mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu anak agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri tehadap semua tuntutan belajar, para pembimbing berupaya memfasilitasi indvidu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan dengan berbagai cara, misalnya membantu mengembangkan kreatifitas pada anak melalui kegiatan bermain.
      Bimbingan belajar, memuat layanan yang berkenaan dengan:
1.    Belajar yang benar
2.    Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
3.    Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya
4.    Keterampilan untuk menghadapi ujian
c.       Bimbingan karier
      Bimbingan karier yaitu bimbingan ntuk membantu anak dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karier, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondsi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karier yang dihadapi secara sederhana.
      Bimbingan karier juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan anak sebagai bagian integral dari program pendidikan. Bimbingan karier terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif, afektif, maupun keterampilan individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan keputusan maupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan membantu  dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang terus berubah.
      Dari uaraan diatas, dapat dsimpulkan bahwa bimbingan karier merupakan upaya bantuan tehadap anak agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan kehidupannya yang diharapkan. Lebih lanjut dengan  layanan bimbingan karier anak mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggungjawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya secara bermakna di masa yang akan datang.
Bimbingan pengembangan karier, meliputi:
1.    Mengenali macam-macam dan ciri-ciri berbagai jenis pekerjaan
2.    Menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan
3.    Mengeksplorasi arah pekerjaan
4.    Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan minat dengan jenis pekerjaan  

D.    Rancangan Layanan BK Anak Berkebutuhan Khusus
      Rancangan layanan bimbingan dan konseling dibuat dengan memperhatikan tugas-tugas perkembangan anak juga berdasarkan permasalahan dan kebutuhan anak yang diperoleh melalui kegiatan asesmen.
      Berdasarkan hal tersebut, sebelum membuat rancangan layanan bimbingan konseling untuk anak berkebutuhan khusus, berikut akan diuraikan terlebih dahulu tugas-tugas perkembangan anak serta hasil asesmen untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus yang dalam hal ini anak tunadaksa.
1.      Tugas-tugas perkembangan anak
            Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst dalam adalah: Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai seta aspirasi individu. Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut: (http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_sekolah.koko_darkusno_a/tugas-tugas_perkembangan.pdf)
a.      Masa Bayi dan Anak-Anak 
Ø  Belajar berjalan
Ø  Belajar mekan makanan padat
Ø  Belajar berbicara
Ø  Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
Ø  Mencapai stabilitas fisiologik
Ø  Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial
Ø  Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain
Ø  Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta mengembangkan kata hati
b.      Masa Anak Sekolah 
Ø  Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
Ø  Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh
Ø  Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya
Ø  Belajar peranan jenis kelamin
Ø  Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
Ø  Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari
Ø  Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
Ø  Belajar membebaskan ketergantungan diri
Ø  Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembaga-lembaga

c.       Masa Remaja
Ø  Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
Ø  Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita
Ø  Menginginkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab sosial
Ø  Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
Ø  Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki
Ø  Perkembangan skala nilai
Ø  Persiapan mandiri secara ekonomi
Ø  Pemilihan dan latihan jabatan
Ø  Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
d.      Masa Dewasa Awal
Ø  Mulai bekerja
Ø  Memilih pasangan hidup
Ø  Belajar hidup dengan suami/istri
Ø  Mulai membentuk keluarga
Ø  Mengasuh anak
Ø  Mengelola/mengemudikan rumah tangga
Ø  Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara
Ø  Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
e.       Masa Dewasa Madya
Ø  Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis
Ø  Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
Ø  Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia
Ø  Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
Ø  Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa
Ø  Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.
f.        Masa Usia Lanjut
Ø  Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
Ø  Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income keluarga
Ø  Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
Ø  Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia
Ø  Menyesuaikan diri dengan peran sosial

2.      Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (Anak Tunadaksa)
      Dalam hal ini penulis melakukan asesmen di SLB B/C Waru Sidoarjo, pada anak tunadaksa kelas dasar II dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara, bekerjasama dengan orangtua/wali dan guru kelas anak. Berikut uraian lebih jelasnya:
I.       IDENTITAS ANAK
Nama subjek                            : Hrm
Jenis kelamin                           : Laki-Laki
Alamat                                     : Kepuhkiriman dalam, RT 4 RW 1
Agama                                     : Islam
Cita-Cita                                  : TNI
Pendidikan                              : SLB B/C Al Ashar Sidoarjo Kelas Dasar II
Anak urutan ke                        : 2 dari 3 bersaudara
Orang tua                                :
                        AYAH
Nama                                       : Sp
Usia                                         : 40 Tahun
Pendidikan                              : SD
Pekerjaan                                 : Wirausaha
Alamat                                     : Kepuhkiriman dalam, RT 4 RW 1
                        IBU
Nama                                       : Jm
Usia                                         : 35 Tahun
Pendidikan                              : SD
Pekerjaan                                 : IRT
Alamat                                     : Kepuhkiriman dalam, RT 4 RW 1               


II.    ASESMEN KONDISI KECACATAN YANG DIALAMI ANAK

Asesmen ini dilakukan dengan menggunakan teknik obeservasi atau pengamatan. Secara visual berikut hasil observasinya:
No
Aspek yang diamati
Ya
Tidak
Keterangan
1
Anggota-anggota gerak kaku/ lemah/ lumpuh
ü   

Anggota gerak sebelah kanan
2
Kesulitan dalam gerakan-gerakan: kaku/ tidak lentur/ tidak terkendali
ü   

Kesulitan dalam menggunakan anggota tubuh bagian kanan karena mengalami kekakuan an kelayuan
3
Ada bagian-bagian anggota gerak yang tidak lengkap/ tidak sempurna/ lebih kecil dari biasa

ü   

4
Jari-jari tangan kaku tidak dapat menggenggam
ü   


5
Kesulitan waktu berdiri, berjalan atau duduk dan menunjukkan sikap tubuh yang tidak normal
ü   

Tidak adanya keseimbangan sehingga anak tiidak mampu berdiri dngan sempurna
6
Gerakan-gerakan hiperaktif/ tidak tenang

ü   
Anak terlihat sangat tenang.

Ket:
Berdasarkan hasil asesmen di atas, terlihat bahwa anak mengalami kecacatan pada anggota gerak atas maupun anggota gerak bawah sebelah kanan mengalami kekakuan dan kelayuan sehingga anak kesuitan dalam berdri maupun berjalan tuk berpindah dari tempat yang satu ketempat yang lain
III. ASESMEN RIWAYAT KELAHIRAN ANAK
Asesmen ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara kepada orang tua anak tunadaksa.
1.      Riwayat kelahiran
a.       Keadaan ibu sebelum kelahiran sempat mengalami tekanan darah tinggi
b.      Saat kelahiran
1)      Lama kandungan 8 bulan 2 minggu
2)      Melahirkan di rumah
3)      Ditolong oleh orangtua
4)      Proses kelahiran normal
5)      Tidak ada kelainan bawaan yang nampak saat anak lahir, hanya saja pada usia 2 hari anak mulai kejang-kejang yan mengakibatkan kelayuan pada anggota gerak bagian kanan.
6)      Makanan pertama yang diberikan ASI
Ket:
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa anak lahir dalam keadaan normal. Kecacatan yang dialami anak terjadi pasca kelahiran yang bisa jadi merupakan akibat dari kejang-kejang yang dialaminya ketika berumur 2 hari.


IV. ASESMEN KEGIATAN KESEHARIAN ANAK
Asesmen  ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara kepada orangtua anak. Berikut hasil asesmennya:
No.
Aspek yang diamati
Penilaian
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu

Perawatan diri



1
Menyisir rambut
ü    


2
Menggosok gigi
ü    


3
Menghidupkan/ mematikan kran
ü    


4
Pergi ke kamar kecil/ WC


ü    
5
Buang air kecil sendiri

ü    

6
Buang air besar sendiri        



ü    

Kegiatan makan/ minum



1
Mengambil makanan ke piring
ü    


2
Makan pakai sendok
ü    


3
Menyuap nasi atau makanan
ü    


4
Minum dari  gelas
ü    


5
Makan/Minum menggunakan tangan kanan


ü    

Kegiatan berpakaian



1
Memakai pakaian
ü    


2
Membuka pakaian
ü    


3
Memakai sendal/sepatu
ü    


4
Mengikat sepatu
ü    


5
Mengenakan sabuk


ü    

Ket:
Data hasil asesmen diatas menujukkan bahwa kegiatan keseharian anak di rumah hampir dapat semua dapat dilakukan sendiri, kecuali kegiatan yang memerlukan mobilitas, anak memerlukan bantuan sehubungan dengan kecacatan yang dialaminya.


V.    ASESMEN PERILAKU ANAK DALAM BERGAUL
Asesmen ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara kepada orangtua dan guru kelas anak serta melakukan observasi secara langsung.
No
Aspek yang diamati
Penilaian
Ket
Ya
Tidak

Perilaku dalam masyarakat



1
Dapat berkomunikasi dengan baik dalam lingkungan masyarakat
ü    


2
Percaya diri dalam bergaul dengan masyarakat
ü    


3
Tidak merasa minder bergaul dengan teman-temannya yang normal dalam lingkungan masyarakat
ü    


4
Tidak memilih-milih teman dalam bergaul
ü    


5
Bersikap sopan dan santun dalam lingkungan masyarakat
ü    



Perilaku dalam keluarga



1
Mampu berkomunikasi dengan baik kepada orang tua
ü    


2
Mampu berkomunikasi dengan baik kepada saudara
ü    


3
Mematuhi perintah orang tua
ü    


4
Menyayangi saudara
ü    


5
Bersikap sopan dan santun kepada orang tua
ü    


6
Iri dengan keadaan fisik saudaranya yang lain
ü    

Anak terkadang menanyakan keadaannya yang berbeda dengan kakak dan adiknya


Perilaku di sekolah



1
Mampu berkomunikasi dengan guru
ü    


2
Mampu berkomunikasi dengan teman
ü    


3
Menghargai pendapat teman dalam belajar
ü    


4
Patuh pada perintah guru
ü    


5
Sopan terhadap guru
ü    


6
Santun dalam bergaul
ü    


7
Tidak memilih-milih teman dalam bergaul di sekolah
ü    


Ket:
Hasil asesmen perilaku anak dalam bergaul menunjukkan bahwa anak tidak menghadapi  masalah yang serius dalam bergaul baik dalam lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.




VI. ASESMEN KEMAMPUAN KOORDINASI  DAN KESEIMBANGAN
No
Aspek yang diamati
Mampu
Tidak Mampu
Keterangan
1
Gerakan koordinasi motorik kasar      
ü   


2
Gerakan koordinasi motorik halus      
ü   


3
Gerakan koordinasi mata dan anggota tubuh      
ü   


4
Keseimbangan duduk      

ü   

5
Keseimbangan berdiri      

ü   

6
Keseimbangan berjalan      

ü   

Ket:
Data asesmen koordinasi dan keseimbangan anak menunjukkan bahwa anak mengalami hambatan keseimbangan dalam duduk, apalagi untuk berjalan dan berdiri, sehingga membutuhkan bangku  khusus untuk membantu keseimbangannya dalam belajar.

VII.   ASESMEN KEMAMPUAN ANAK DALAM PEMBELAJARAN

                        Dalam hal ini untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan anak dalam proses pembelajaran, penulis melakukan wawancara langsung kepada guru kelasnya, terkait dengan keaktifan anak dalam pembelajaran, kemampuan membaca dan menulis anak, kesulitan yang dihadapi anak dalam belajar, serta kecenderungan anak pada salah satu mata pelajaran. Adapun hasil wawancara dipaparkan sebagai berikut:
1.      Di dalam kelas anak sedikit terlihat tidak nyaman dengan posisi duduknya, hal tersebut sehubungan dengan kondisi fisik yang dialami oleh anak, dimana anggota gerak bagian kanan mengalami kekakuan dan kelayuan.
2.      Untuk taraf anak kelas dasar II, anak tersebut telah mampu menulis huruf, suku kata, kata, dan kalimat dengan baik walaupun dengan menggunakan tangan kiri, akibat kelayuan dan kekakuan pada anggota gerak bagian kanan.
3.      Anak pun telah mampu membaca dengan fasih dan lancar.
4.      Anak tidak mencolok pada satu mata pelajaran saja, tapi untuk semua mata pelajaran, anak mampu mengikutinya dengan baik.
5.      Anak aktif dalam pembelajaran, terbukti ketika anak mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang tidak dimengerti, begitupun sebaliknya jika guru mengajukan pertanyaan sebagai umpan balik, anak mampu menjawab pertanyaan dengan baik.
6.      Anak menunjukkan kemajuan belajar dibandingkan dengan teman-temannya yang lain sehingga anak bosan ketika guru harus mengulang materi pembelajaran karena mengejar ketertinggalan teman-temannya.
Ket:
Data hasil asesmen yang diperoleh melalui wawancara dengan guru kelasnya dapat diketahui  bahwa anak tidak ada masalah dalam belajar, justru anak menunjukkan kemajuan dalam belajar dibanding dengan teman-temannya yang lain.

3.      Analisis Hasil Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (Anak Tunadaksa)
      Berdasarkan hasil asesmen yang telah diuraikan pada anak tunadaksa kelas dasar II di SLB B/C Al-Azhar Sidoarjo, mulai dari identitas anak, asesmen masa kelahiran, asesmen perilaku sosial baik dalam lingkungan masyarakat, keluarga, maupun sekolah, asesmen kemampuan koordinasi dan keseimbangan, serta asesmen kemampuan pembelajaran anak. Maka terlihat dengan jelas beberapa kebutuhan yang diperlukan anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Berikut akan diuraikan beberapa kebutuhan anak tunadaksa dengan nama berinisial Hrm:
1.      Dilihat dari keadaan anggota gerak atas maupun anggota gerak bagian bawah mengalami kekakuan dan kelayuan pada bagian kanan, maka anak membutuhkan alat bantu untuk berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain misalnya tongkat maupun kursi roda, namun karena keterbatasan materi orang tua maka kebutuhan tersebut belum terpenuhi.
2.      Masih sehubungan dengan keadaan anggota gerak yang mengalami kekakuan dan kelayuan pada bagian kanan, baik anggota gerak atas maupun anggota gerak bawah, maka anak juga membutuhkan fisioteraphy untuk melatih kerja anggota gerak yang tidak berfungsi dengan baik karena kekuan dan kelayuan yang dialaminya.
3.      Sehubungan dengan sikap anak yang mulai mempertanyakan perbedaan fisiknya dengan saudaranya yang lain kepada orang tuanya, maka anak juga membutuhkan layanan bimbingan konseling untuk mendapatkan bimbingan dalam memahami dirinya sendiri, menerima keadaan fisiknya, sehingga kelak anak siap menghadapi masa depannya dengan keterbaasan fisiknya.
4.      Sehubungan dengan cita-cita anak yang ingin menjadi seorang TNI, maka dalam hal ini juga dibutuhkan peran tenaga bimbingan dan konseling, untuk memberikan bimbingan karier, mengingat keadaan fisik anak yang tidak memungkinkan untuk menjadi seorang TNI. Dengan adanya bantuan tenaga bimbingan dan konseling diharapkan anak akan ada gambaran karier kedepannya yang sesuai dengan kondisi fisiknya.
5.      Masih sehubungan dengan cita-cita anak, maka dalam hal ini anak  juga membutuhkan layanan pelatihan keterampilan sejak dini, sebagai modal kedepannya agar dapat hidup mandiri tanpa terus bergantunng pada orang tua baik secara moral maupun materil.
6.      Sehubungan dengan kemampuan yang ditunjukkan anak  dalam proses pembelajaran, yang lebih maju dibandingkan dengan teman-temannya yang lain, maka Wawan perlu di buatkan PPI (Program Pembelajaran Individual) dengan materi yang berbeda dengan temannya, sehingga kemampuannya tidak terhambat karena menunggu temannya yang lain yang terkesan agak lambat.
            Berdasarkan uraian tugas-tugas perkembangan dan serentetan kebutuhan anak yang telah ditemukan dari hasil asesmen, maka berikut salah satu contoh rancangan program berkaitan dengan kemajuan yang ditunjukkan anak dalam pembelajaran. Dalam  hal ini, rancangan program dibuat guna mengembangkan kemampuan menulis puisi anak pada mata pelajaran bahasa Indonesia:




4.      Contoh Rencana Program Layanan Bimbingan dan Konseling

RENCANA PROGRAM PELAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
(RPPBK)


A.    IDENTITAS
*      Indentitas Sekolah
1.      Sekolah                           : SLB Al-Azhar Waru Sidoarjo
2.      Kelas/semester                : III/I
3.      Bidang Bimbingan          : Akademik
4.      Jenis layanan                   : Motivasi dan penyuluhan
5.      Fungsi Layanan              : Pemahaman dan Aflikasi
6.      Topik                               : Mengembangkan kreatifitas menulis puisi
7.      Standar Kompetensi       : Kematangan Menulis Puisi
8.      Kompetensi dasar           : Mengenal Potensi diri dalam menulis puisi
9.      Alokasi Waktu                : 35 Menit

*      Indentitas Siswa
1.      Nama                              : Hrm
2.      Kelas                               : III
3.      Jenis kecacatan               : Tunadaksa
4.      Sekolah                           : SLB A-l-Azhar Waru Sidoarjo

B.     TUJUAN LAYANAN
1.      Siswa memahami apa yang dimaksud dengan perestasi belajar menulis puisi
2.      Siswa dapat menggali potensinya lewat Puisi
3.      Siswa mengetahui definisi dan cara membuat puisi
4.      Siswa berkreatif dalam menuangkan ide imajinasinya
5.      Siswa mampu mengaflikasikan potensinya di depan hal layak

C.    MATERI LAYANAN
1.      Menulis puisi
            Menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi gagasan. Menulis merupakan bagian dari empat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Membaca dan menyimak merupakan keterampilan yang bersifat reseptif sedangkan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang produktif. Sebagai keterampilan produktif, menulis mempunyai peran pemindahan informasi secara akurat dari diri seseorang ke dalam tulisan.
            Menulis puisi merupakan kegiatan produktif yang lahir dari ekspresi pribadi. Kepandaian menulis puisi bergantung pada pengalaman menulis puisi. Menurut Wiyanto (2005:48), kemampuan menulis puisi sering dianggap sebagai bakat sehingga orang yang merasa tidak mempunyai bakat tidak akan dapat menulis, tetapi bakat tidak berarti tanpa ada pelatihan. Dan begitu pun sebaliknya, tanpa bakat pun bila seseorang rajin belajar dan giat berlatih, ia akan terampil dalam menulis puisi. Jadi, menulis puisi termasuk jenis keterampilan, seperti halnya jenis keterampilan lainnya, pemerolehannya harus melalui belajar dan berlatih, semakin sering belajar dan semakin giat berlatih, tentu semakin cepat terampil.
            Ada beberapa langkah-langkah di dalam menulis puisi seperti yang diungkapkan oleh Komaidi (2007:207) diantaranya sebagai berikut :
·         Sebelum menulis puisi, pahami dulu apa itu puisi. Kita dapat mencoba sebanyak mungkin membaca puisi-puisi yang ada di buku, majalah, atau media massa. Setelah banyak membaca puisi tentu sedikit atau banyak kita akan tahu apa itu puisi dan bagaimana membuatnya.
·         Mencari inspirasi dengan berkeliling-keliling ke alam lingkungan sekitar karena hal itu akan memperluas pengalaman estetik kita untuk dituangkan ke dalam puisi.
·         Cobalah membawa catatan atau buku kecil ke mana kita pergi. Hal ini untuk menuliskan setiap ide atau inspirasi berharga yang terlintas di pikiran kita agar tidak cepat hilang dan terlewatkan.
·         Tulis apa yang ada dalam pikiran, perasaan kita, kegelisahan kita ke dalam bentuk kata-kata dalam puisi dengan bebas tanpa beban.
·         Baca dan perbaiki puisi yang sudah dibuat. Setelah selesai menulis puisi, coba endapkan sebentar beberapa jam atau beberapa hari kemudian. Setelah itu, baca lagi puisi yang sudah dibuat, mungkin kita merasakan sesuatu yang berbeda dan muncul perspekstif baru dalam pikiran.
·         Setelah selesai menulis puisi, coba uji puisi yang dibuat untuk dikirimkan ke media massa atau pun minta kritik, saran dari orang lain sehingga puisi yang telah dibuat menjadi semakin menarik dan mempunyai nilai estetika tinggi.

2.      Prinsip Belajar Menulis Puisi
            Landasan utama dalam mencapai keberhasilan belajar Menulis Puisi adalah kesiapan mental. Tanpa kesiapan mental, maka tidak akan dapat bertahan terhadap berbagai kesukaran (kesulitan) yang dihadapi selama belajar.
            Setiap peserta didik diharapkan mempunyai minat yang besar terhadap semua mata pelajaran Bahasa Indonesia, Karena bahasa Indonesia memiliki peranan penting bagi kita. Salah satu aspek menguasai Bahasa Indonesia itu yaitu siswa di tuntut mampu menulis puisi yang menjadi inti pelajaran di semester dua. Suka atau tidak suka pelajaran menulis puisi ini harus ditempuh. Sikap membenci Menulis puisi tidak ada manfaatnya, yang terbaik adalah mengambil sikap positif dengan berusaha menyukai membuat puisi sampai bisa mengkreasikan dan menganalisisnya sehingga menjadi sebuah prestasi dalam mengembangkan bakat menulis.

3.      Manfaat Menulis Puisi
            Dengan menulis puisi, peserta didik dapat menyampaikan ide imajinasinya yang terpendam sehingga menjadi sebuah aktualisasi dalam mengembangkan potensi dan Prestasi di Sekolah.

D.    KEGIATAN LAYANAN

Tahap
Waktu
Pembukaan
1.      Berdoa bersama sebelum memulai pemberian layanan
2.      Presensi
3.      Membina hubungan baik dengan metode Curhat
4.      Menyampaikan materi tujuan dari materi yang akan disampaikan lewat cerita motivasi,
5.      pemaparan materi ‘’menulis puisi kreatif’’ Simulasi
5 Menit
Inti
1.      Siswa diberikan motivasi tentang pentingnya memilki ke ahlian dan pentingnya menulis.
2.      Siswa diberikan pemahaman tentang menulis puisi dan diperlihatkan contoh puisi-puisi anak, setelah itu mereka dibantu untuk mencaritahu makna puisi tersebut
3.      Siswa diberikan kesempatan berpendapat tentang pengetahuan menulis puisinya dan di beri kesempatan menulis puisi sesuai kognitif mereka
4.      Siswa diberikan kesempatan menulis puisi sesuai dengan materi yang telah disampaikan dan sesuai dengan perasaan mereka
5.      Siswa di tuntut untuk mendeklarasikan/ membacakan puisi yang mereka buat
20 Menit
Penutup
1.      Konselor menyampaikan kesimpulan
2.      Evaluasi atau tindak lanjut
10 Menit

E.     MEDIA
1.      Gambar yang berhubungan dengan tema puisi
2.      Buku Referensi, Kertas dan alat tulis

F.     METODE
1.      Diskusi
2.      Tanya jawab dan Latihan

G.    TEMPAT KEGIATAN
Di dalam kelas

H.    PENILAIAN
1.      Penilaian  hasil
Penilaian hasil dilakukan melalui :
·         Penilaian Segera    : 
Siswa memahami materi yang telah disampaikan.
·         Jangka pendek       :
Siswa merasa senang dengan menulis puisi dan dapat menulis puisi
·         Jangka panjang      :
Di ukur dengan menggunakan lembar observasi siswa (untuk dapat mengetahui perubahan sikap, dan semangat siswa melalui pengamatan langsung terhadap perilaku siswa setelah mengikuti kegiatan tersebut).
2.      Penilaian  Proses
Penilaian proses dilaksanakan melalui analisis terhadap keterlibatan siswa dalam pelaksanaan kegiatan.
3.      Aspek yang diamati:
·         Partisipasi siswa dalam diskusi
·         Penyelesaian tugas refleksi diri dan mempresentasikan hasil puisi yang di tulis siswa


I.       EVALUASI
Evaluasi hasil  
siswa dikatakan berhasil memperoleh pengalaman belajar dengan baik, bila:
·         Merasa senang dalam mengikuti kegiatan diskusi
·         Dapat berpartisipasi dalam penyelesaian tugas akhir diskusi.
·         Dapat menunjukkan perubahan sikap yang lebih baik dalam menjalankan hidup  dengan bertanggung jawab dan prestasi belajar meningkat.

J.      SUMBER
Dede Jubaedah. 2012. Rencana Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Artikel. Online. Diakses. Kamis, 27 Desember 2012. 15.30 WIB.

K.    PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT 
1.      Memantau perkembangan siswa dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah.
2.      Mengadakan bimbingan terus menerus untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi layanan yang disampaikan.
3.      Memberikan layanan konseling individu bila mengalami hambatan.





















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Kebutuhan ABK dan keluarganya telah banyak terabaikan selama sekian tahun. Stereotip dan perilaku dari masyarakat harus berubah dalam menghadapi kecacatan. Anak-anak berkebutuhan khusus dapat belajar, menik mati hidup, smampu mandiri, produktif, dan berkembang sesuai potensinya, tentu melalui berbagai layanan, diantaranya melalui layanan bimbingan dan konseling.
            Anak-anak berkebutuhan khusus adalah individu yang unik. Mereka juga mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang sebagaimana anak-anak lainnya dan memiliki kebutuhan dasar yang sama. Ini merupakan tantangan bagi para konselor untuk berkolaborasi memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
            Pelayanan bimbingan dan konseling bagi anak berkebutuhan khusus
akan amat erat kaitannya dengan pengembangan kecakapan hidup seharihari
yang tidak akan terisolasi dari konteks. Oleh karena itu pelayan BK bagi
anak berkebutuhan khusus merupakan pelayanan intervensi tidak langsung
yang akan lebih terfokus pada upaya mengembangkan lingkungan
perkembangan bagi kepentingan fasilitasi perkembangan konseli, yang akan
melibatkan banyak pihak di dalamnya.

B.     Saran
            Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka dalam hal ini penulis merekomendasikan agar rencana layanan bimbingan konseling untuk ABK yang telah disusun pada bab sebelumnya agar dilaksanakan dan segera ditindaklanjuti. Pelaksanaan layanan bimbingan konseling tersebut sebaiknya bekerja sama dengan guru kelas agar lebih jelas dan terarah.




DAFTAR PUSTAKA

Adurrachman dan Sudjadi. 1995. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Chori, Salim. 1995. Ortopedagogik Anak Tunadaksa. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sunardi. 1995. Ortopedagogik Anak Tunalaras 1. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Prayitno & Amti.2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta.Rineka Cipta

Syaodah &Agustin. 2008. Bimbingan dan Konseling Untuk Anak Usia Dini. Jakarta. Universitas Terbuka

Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA




2 komentar:

Unknown mengatakan...

mksh ka, izin mengunakan juga ya:)

Anonim mengatakan...

Izin menggunakan ya..