POTRET PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PENDIDIKAN FORMAL (Jenjang Pendidikan SD, SMP, SMA)

PENDAHULUAN

Salah satu cita-cita nasional yang harus terus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia ialah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional. Masa depan dan keunggulan bangsa ditentukan oleh keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki, disamping sumber daya lainnya. Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi dapat menjadi subjek pembangunan untuk mengelola sumber daya lainnya bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat.
Anak-anak dan generasi muda adalah tulang punggung Negara dan merupakan kekayaan penting suatu Negara yang akan melanjutkan pembangunan suatu bangsa, untuk itu semua anak perlu dibekali perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan hidup agar bisa mandiri dan menolong dirinya sendiri.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan satu bagian penting dalam proses pendidikan yang harus diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu mandiri tidak tergantung kepada orang lain. Peserta didik merupakan bagian warga sekolah yang memiliki kebutuhan untuk mendapatkan layanan bimbingan dan konseling, yang akan berguna bagi mereka dalam rangka memahami diri dan memandang dirinya, menyadari kebutuhannya sehingga dapat hidup mandiri.
Pemberian layanan bimbingan dan konseling bagi murid terkait dengan salah satu tujuan layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan dan fungsi layanan BK dalam hal melakukan pencegahan/ preventif munculnya permasalahan yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan baik sosial, emosi, maupun kognisi peserta didik. Berikut akan dipaparkan bagaimana potret penyelenggaraan BK dalam pendidikan forma khususnya pada jenjang SD, SMP, dan SMA.









PEMBAHASAN


1.      Potret Penyelenggaraan BK di SD
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan instruksional dengan mengabaikan bidang bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan konseli yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan para personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang tua konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para konseli agar dapat mengem-bangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi as-pek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).
Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis ingin melihat sejauh mana pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah secara nyata dengan mengobservasi salah satu sekolah dan bagaimana kenyataan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.


v  Potret nyata pelaksanaan BK di SD Al-Falah
Berikut uraian singkat pelaksanaan nyata BK di SD Al-Falah berdasarkan hasil observasi dan wawancara sekilas kepada guru BK di SD Al-Falah guru BK memaparkan bahwa program BK itu sendiri belum masuk ke dalam kurikulum pembelajaran, dan pengadaan BK di SD Al-Falah baru tiga tahun belakangan ini diterapkan, adapun tenaga yang bertindak sebagai BK yaitu seorang profesional yang berlatar belakang BK, bekerjasama dengan profesional yang berlatar belakang psikolog. Dalam penanganan masalah, dilakukan melalui tiga tahap yaitu, melalui wali kelas, kemudian diserahkan kepada orang tua murid, ketika mereka belum sanggup memecahkan masalah yang dihadapi anak, guru BK turun tangan mebantu pemecahan masalah dengan berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru kelas maupun guru BK.
Adapun masalah yang sering di jumpai siswa pada jenjang SD yaitu masalah kemandirian, dan perhatian orang tua. Metode yang digunakan guru BK dalam hal ini yaitu melalui pendekatan dengan menjalin hubugan yang hangat pada siswa, agar siswa dengan senang hati menceritakan setiap permasalahan yang dihadapi tanpa rasa takut. Ketika murid menunjukkan perubahan yang positif setelah mendapatkan bimbingan dan konseling, maka dalam hal ini guru BK memberikan reward dalam bentuk verbal berupa sanjungan, sehingga murid merasa termotivasi ntuk mempertahankan sikapnya positifnya. Sedangkan berkaitan dengan masalah akademik, hal ini diambil alih oleh wali kelas dengan memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran.
Diluar daripada itu, berdasarkan asil observasi yang saya lakukan terlihat sarana dan prasarana yang menunjang pelakasanaan BK, dimana telah disediakan ruang khusus yang di tata senyaman mungkin, dengan harapan tujuan dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling dapat tercapai.

2.      Potret Penyelenggaraan BK di SMP
Perpindahan dari sekolah dasar ke satuan lanjutan ini merupakan langkah yang cukup berarti dalam kehidupan anak, baik karena tambahan tuntutan belajar siswa lebih berat, maupun karena siswa akan mengalami banyak perubahan dalam diri sendiri selama tahun-tahun ini. Secara berangsur-angsur siswa akan berusaha melepaskan diri dari pengawasan orang tuanya, dan akan dihadapkan pada rangkaian perubahan jasmani maupun rohani pada dirinya. maka dari itu dibutuhkan bimbingan yang lebih lagi pada siswa dibandingkan pada saat di sekolah dasar.
Tujuan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah lanjutan pertama yaitu diharapkan sekolah dapat memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan da keterampilan yang din peroleh di sekolah dasar yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara sesuai dengan tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka mengikuti pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Di sekolah menengah pertama seluruh komponen bimbingan yang termasuk layanan-layanan bimbingan semuanya harus mendapat perhatian yang seimbang. Pemberian informasi meliputi, perkenalan yang lebih luas dengan dunia pekerjaan, perkenalan berbagai bentuk pendidikan atas (sekolah umum atau kejuruan).
Bentuk bimbingan yang terutama digunakan ialah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas topik tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok.
 Bimbingan individual merupakan lanjutan dari bimbingan kelompok dan direalisasi melalui wawancara konseling. Sifat bimbingan yang diutamakan ialah preservatif dan preventif. Preservatif merupakan usaha untuk menjaga keadaan yang telah baik agar tetap baik, jangan sampai keadaan yang baik berubah menjadi keadaan yang tidak baik. yang bertujuan menjaga jangan sampai anak mengalami kesulitan, menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan. Sehingga siswa dapat menyesuaikannya dengan perubahan-perubahan dalam dirinya sendiri dan meletakkan dasar dari perkembangan diri selanjutnya.

3.      Potret Penyelenggaraan BK di SMA
Memasuki sekolah pada jenjang pendidikan ini tidak membawa perubahan drastis dalam rutinitas sekolah bagi siswa, karena dia sudah biasa dengan pergantian bidang studi dan tenaga pengajar dalam jadwal pelajaran. Namun, rentang umur antara 16-19 tahun yang meliputi sebagian besar dari masa remaja, merupakan masa yang sangat berarti bagi perkembangan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, pelayanan bimbingan harus lebih intensif dan lebih lengkap, dibanding dengan pelayanan di satuan pendidikan di bawahnya.
Tujuan penyelenggaraan bimbingan dan knseling pada pendidikan menengah atas berkenaan dengan tujuan institusional ditetapkan bahwa pendidikan menengah bertujuan meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial.
Adapun macam-macam bimbingan konseling di sekolah menengah atas anatara lain:

1.      Bimbingan pribadi siswa
a.       Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b.      Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan yang kreatif dan produktif.
c.       Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.
d.      Pemantapan kemampuan dalam mengambil keputusan, dan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.

2.      Bimbingan sosial siswa
a.       Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif.
b.      Pemantapan kecerdasan emosi dalam hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif dengan teman sebaya baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat.
c.       Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi sekolah dan upaya pelaksanaannya secara dinamis serta bertanggungjawab.

3.      Bimbingan belajar siswa
a.       Pemantapan sikap dan kebiasaan, serta keterampilan belajar yang efektif, efisien, dan produktif, dengan sumber yang lebih bervariasi.
b.      Pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat secara luas.
c.       Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan jenjang selanjutnya.

4.      Bimbingan karir siswa
a.       Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan yang hendak dikembangkan.
b.      Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, dan khususnya karir yang hendak dikembangkan.
c.       Pemantapan pengembangan diri berdasarkan IQ, EQ, dan SQ untuk pengambilan keputusan pemilihan karir sesuai dengan potensi yang dimilikinya.







KESIMPULAN


Bimbingan konseling di sekolah menengah memiliki pola, teknik dan pendekatan yang berbeda dengan bimbingan konseling yang ada di sekolah dasar. Pada sekolah dasar yang menjadi perhatian bimbingan dan konseling yaitu bagaimana membentuk kemandirian siswa, sedangkan di sekolah menengah bimbingan konseling dapat menjadi pendamping dan penyeimbang bagi para siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Di sekolah menengah pertama program bimbingan konseling mempunyai tujuan penyelenggaraan yang menekankan pada pemberian bekal dasar pada siswa untuk mempersiapkan ke jenjang selanjutnya, pendekatan dan teknik bimbingan disesuaikan dengan karakteristik siswa dan karakteristik lembaga sekolah, dalam pembimbingan ditekankan pada bimbingan kelompok dan bimbingan individu sebagai tidak lanjutnya.
Bimbingan konseling di sekolah menengah atas hampir sama dengan bimbingan konseling di sekolah menengah pertama, hanya saja di sekolah menengah atas bimbingan lebih diintensifkan pada siswa. Hal ini didasarkan pada perkembangan siswa menuju kedewasaan, yang berarti permasalahan yang dihadapi juga semakin kompleks.






















DAFTAR PUSTAKA


Ahmad harun. Program Bimbingan dan Konseling di sekolah Menengah. (OnLine). http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/bimbingan-konseling-di-sekolah-menengah.html. Diakses Selasa 09 Oktober 2012)

Priyatno dan Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan dan konseling, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1999.

Sigit hariyadi. Penyelenggaraan  bimbingan  dan  konseling  pada  jalur  pendidikan   formal. (OnLine) http://leavespalace.blogspot.com/2012/03/penyelenggaraan-bimbingan-dan-konseling.html. Diakses Selasa 09 Oktober 2012


Tidak ada komentar: