BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
      Tujuan pembangunan nasional mengarah pada upaya peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup secara merata di seluruh  pelosok tanah air sesuai yang diamanatkan UUD 1945. Dengan demikian secara hukum seluruh warga negara dijamin untuk memiliki hak yang sama dalam menikmati hasil-hasil pembangunan termasuk hak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu. Pendidikan yang layak dan bermutu merupakan sesuatu yang sangat penting dalam menumbuhkan hidup menjadi utuh dan sempurna. Melalui proses pendidikan itulah kepribadian individu dimatangkan dan dikembangkan, sehingga seorang peserta didik menjadi manusia yang dewasa, utuh, dan mandiri. Proses pendidikan tersebut sangat diperlukan bagi peserta didik, termasuk bagi peserta didik berkesulitan belajar.
      Harapan pemerintah untuk dapat melayani seluruh komponen masyarakat akan pendidikan yang layak dan bermutu selama ini belum sepenuhnya bisa terwujud dengan adanya berbagai kendala di berbagai aspek. Kendala tersebut terletak pada sisi komponen pendidikan itu sendiri sebagai subjek maupun pada kondisi masyarakat (peserta didik) sebagai objek.
Salah satu aspek sisi komponen pendidikan yang menjadi kendala adalah belum maksimalnya bimbingan yang dapat mengakomodasi dan melayani kebutuhan spesifik peserta didik. Sementara peserta didik sendiri memiliki kekhasan baik secara fisik, mental, sosial, emosional, maupun kecerdasan.  
      Peserta didik berkesulitan belajar memerlukan perhatian khusus. Mereka memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata. Di sekolah reguler, peserta didik berkesulitan belajar umumnya tidak terdeteksi secara baik oleh guru. Mereka biasanya mengalami kesenjangan antara prestasi belajar dengan potensi yang dimilikinya. 
      Sistem pembelajaran di sekolah reguler belum memungkinkan penyediaan layanan pendidikan yang sesuai untuk peserta didik berkesulitan belajar. Untuk itu diperlukan upaya-upaya tertentu agar peserta didik berkesulitan belajar di sekolah-sekolah reguler dapat ditangani.  Salah satu upaya dalam penanganan bagi  peserta didik berkesulitan belajar yaitu dengan memberikan layanan bimbingan konseling untuk mengatasi hamabatan belajar yang dihadapi peserta didik

B.     Permasalahan
      Adapun permasalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1.      Jelaskan hakekat bimbingan belajar?
2.      Jelaskan hakekat anak berkesulitan belajar?
3.      Jelaskan layanan bimbingan belajar bagi anak berkesulitan belajar?

C.    Tujuan Penulisan
      Berdasarkan rumusalan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “bimbingan dan konseling anak berkebutuhan khusus”, selain itu  juga untuk mengetahui:
1.      Hakekat bimbingan belajar
2.      Hakekat anak berkesulitan belajar
3.      Layanan bimbingan belajar bagi anak berkesulitan belajar





                                                         






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakekat Bimbingan dan Konseling
1.      Pengertian Bimbingan dan Konseling
      Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering di rangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang di lanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling.
      Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang di berikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya (Prayitno & Amti, 2008). Sedangkan Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang di hadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang,  (Prayitno & Amti, 2008).
      Berdasarkan pendapat di atas dapat dsimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun secara kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung.
 Dengan demikian, program bimbingan dan konseling bagi ABK adalah suatu kegiatan pelayanan bantuan kepada peserta didik atau siswa berkebutuhan khusus disekolah oleh guru BK atau konselor secara terencana, terorganisir dan terkoordinasi yang dilaksanakan pada periode tertentu, teratur dan berkesinambungan atau berkelanjutan.

2.      Prinsip-Prinsip Umum Bimbingan dan Konseling
      Prayitno & Amti (2008) prinsip-prinsip umum bimbingan dan konseling terdiri atas:
a.       Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang. Ini berarti bahwa bantuan yang diberikan kepada siswa harus bertolak dari perkembangan dan kebutuhan siswa.  
b.      Bimbingan diperuntukan bagi semua siswa. Ini berarti bahwa pembimbing perlu memahami perkembangan dan kebutuhan siswa secara menyeluruh, dan menjadikan perkembangan dan kebutuhan siswa tersebut sebagai salah satu dasar bagi penyusunan program bimbingan di sekolah.
c.       Bimbingan dilaksanakan dengan mempedulikan semua segi perkembangan siswa. Ini berarti bahwa dalam bimbingan semua segi perkembangan siswa baik fisik, mental dan social maupun emosional dipandang sebagai satu kesatuan dan saling berkaitan.
d.      Bimbingan berdasarkan pada pengakuan atas kemampuan individu untuk menentukan pilihan. Ini mengandung makna bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan sendiri tentang apa yang akan dia lakukan.
e.       Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses pendidikan. Proses pendidikan bukanlah proses pengembangan aspek intelektual semata, melainkan proses pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa.
f.       Bimbingan dimaksudkan untuk membentuk siswa merealisasikan dirinya. Ini berarti bahwa bantuan di dalam proses bimbingan diarahkan untuk membantu siswa memahami dirinya, mengarahkan diri kepada tujuan yang realistic dan mencapai tujuan yang realistik itu sesuai dengan kemampuan diri dan peluang yang di peroleh.

3.      Tujuan bimbingan dan konseling
            Secara khusus Yusuf dan Nurihsan (2010:14) menjelaskan tujuan-tujuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dibedakan sesuai dengan kaitanya masing-masing pada aspek yang ada yaitu, pencapaian tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi (1) aspek pribadi-sosial, (2) aspek belajar (akademik), (3) aspek karir.
1.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah sebagai berikut:

a.       Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/ Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
b.      Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
c.       Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
d.      Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
e.       Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
f.       Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
g.      Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
h.      Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
i.        Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
j.        Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
k.      Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.


2.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah sebagai berikut:

a.       Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
b.      Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
c.       Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d.      Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
e.       Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
f.       Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian

3.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah sebagai berikut:

a.       Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
b.      Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
c.       Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
d.      Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
e.       Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
f.       Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
g.      Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
h.      Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.  Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
i.        Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
4.      Fungsi bimbingan dan konseling
            Prayitno & Amti (2008) secara umum  terdapat 5 (lima) fungsi dari layanan bimbingan dan konseling yaitu
a.       Fungsi pemahaman;
b.      Fungsi pencegahan dan pengembangan;
c.       Fungsi penyesuaian diri; dan
d.      Fungsi pemecahan atau pengentasan masalah.


5.      Asas Bimbingan dan Konseling
            Keberhasilan bimbingan dan konseling juga sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas dalam bimbingan dan konseling. Prayitno & Amti (2008) beberapa asas yang yang perlu diperhatikan dalam bimbingan dan konseling adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, keharmonisan, keahlian, dan alih tangan kasus, serta asas tut wuri handayani.

6.      Macam-macam layanan bimbingan dan konseling :
      Prayitno & Amti (2008) macam-macam layanan bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a.      Layanan Orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.
b.      Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien).
c.       Layanan Penempatan dan penyaluran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ektrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, minat erta kondisi pribadinya.
d.      Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai meteri pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
e.       Layanan Konseling Individual
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
f.        Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (teruama dari guru pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-ama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjanguntuk  pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari dan/atau untuk pengembangan kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.
g.      Layanan Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah maalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.

A.    Hakekat Anak Berkesulitan Belajar
1.      Pengertian anak berkesulitan belajar
Secara umum kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan siswa tersebut mengalami kegagalan atau kurang berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran. (Thursan Hakim,2004).
Kesulitan belajar spesifik menunjukkan gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau bahasa tulisan. Gangguan tersebut nampak pada gangguan dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan ini tidak mencakup anak-anak yang yang mengalami kesulitan belajar yang penyebab utamanya berasal dari hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena retardasi mental, karena gangguan emosional atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atu ekonomi (AS Dinas Pendidikan, 1968, hal. 34) dalam Richard. M Gargiulo (2012).
Pengertian lain dari kesulitan belajar (Abdurrachman,1995)
a.      Learning Disorder atau kekacauan belajar 
      adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.  Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan  belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atauterhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh: siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
b.      Learning Disfunction
       merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan  adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh, siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
c.       Under Achiever 
      mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong  rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya  biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
d.      Slow Learner atau lambat belajar 
      adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. 
e.       Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar 
      mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif. 
Dari beberapa pengertian di atas, jadi yang dimaksud dengan kesulitan belajar disini adalah segala sesuatu yang menghambat proses belajar siswa baik yang bersifat internal maupun eksternal yang berpengaruh terhadap kesuksesan dan prestasi belajar siswa di sekolah serta tidak teroptimalkanya potensi dalam diri siswa tersebut.

2.      Klasifikasi Kesulitan Belajar
Abdurrachman & Sudjadi  (1995) Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, sebagai berikut: (1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities); dan (2) kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam  membaca, menulis, dan atau matematika.
Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik. Sebaliknya, kesulitan belajar yang bersifat perkembangan umumnya sukar diketahui, baik oleh orang tua maupun guru karena tidak ada pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti halnya dalam bidang akademik. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering tampak sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya keterampilan prasyarat, yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk keterampilan berikutnya.
Meskipun beberapa kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering berkaitan dengan kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik, hubungan antara keduanya tidak selalu jelas. Ada anak yang gagal dalam belajar membaca yang menunjukkan ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motorik, tetapi ada pula yang dapat belajar membaca meskipun memiliki ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motorik.
Untuk mencapai prestasi akademik yang memuaskan, seorang anak memerlukan penguasaan keterampilan prasyarat. Anak yang memperoleh prestasi belajar yang rendah karena kurang menguasai keterampilan prasyarat, umumnya dapat mencapai prestasi akademik yang diharapkan setelah lebih dahulu anak menguasai keterampilan prasyarat tersebut. Untuk dapat menyelesaikan soal matematika bentuk cerita misalnya, seorang anak harus menguasai lebih dahulu keterampilan membaca pemahaman. Untuk dapat membaca, seorang anak harus sudah berkembang kemampuannya dalam melakukan diskriminasi visual maupun auditif, ingatan visual maupun auditoris, dan kemampuan untuk memusatkan perhatian.
Salah satu kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian atau yang sering disebut perhatian selektif. Perhatian selektif adalah kemampuan untuk memilih salah satu di antara sejumlah rangsangan seperti rangsangan auditif, taktil, visual, dan kinestetik yang mengenai manusia setiap saat.



3.      Karakteristik anak berkesulitan belajar
      Dalam kesempatan ini kita akan membahas karakteristik anak berkesulitan belajar akademi sering disebut pula sebagai specific learning disabilities.
a.      Anak berkesulitan belajar membaca (disleksia)
            Disleksia menunjuk kepada anak yang tidak dapat membaca sekalipun penglihatan, pendengaran, dan intelegensinya normal (bahkan ada yang intelegensinya di atas rata-rata) serta keterampilan bahasanya sesuai. Disleksia ini akibat faktor neurologis dan tidak dapat diatributkan pada faktor kedua misalnya lingkungan atau sebab-sebab sosial.
Ø  Karakteristik
-          Membaca lamban, turun naik intonasinya, dan membaca kata demi kata,
-          Sering membalik huruf dan kata-kata,
-          Pengubahan huruf pada kata,
-          Kacau terhadap kata-kata yang hanya sedikit berbeda susunannya misalnya: bau, buah, batu, buta,
-          Sering menebak dan mengulang kata-kata dan frase.
b.      Anak berkesulitan belajar menulis (disgrafia)
            Disgrafia mengacu kepada anak yang mengalami hambatan dalam menulis meskipun ia tidak mengalami gangguan dalam motoriknya, visualnya, dan intelegensinya normal, bahkan ada yang di atas rata-rata. Hambatan ini juga bukan diakibatkan oleh masalah-masalah ekonomi dan sosial.
Ø  Karakteristik
-          Lambat ketika menulis
-          Kesulitan menggunakan spasi antar huruf atau antar kata
-          Tulisan tidak terbaca oleh orang lain dan dirinya sendiri
-          Tulisan terlalu tipis atau terlalu menekan
-          Sering menulis suatu angka atau huruf mirip dengan yang lain. Misalnya, 3 dengan 5, k dengan h, t dengan r.

c.       Kesulitan belajar matematika (diskalkulia)
            Kesulitan belajar matematikan disebut juga diskalkulia (dyscalculia) (Lerner, 1988:430). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan system saraf pusat.
Ø  Karakteristik
Menurut Lerner (1981:357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu:
-          Gangguan hubungan keruangan, Kesulitan dalam memahami konsep atas-bawah, puncak-dasar, jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, dan awal-akhir.
-          Abnormalitas persepsi visual. Anak mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set.
-          Kesulitan mengenal dan memahami symbol
























4.      Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
Mercer & Pullen, 2009 dalam Richard. M Gargiulo (2012).Cedera otak tentunya merupakan salah satu penyebab kesulitan belajar yang dapat terjad terjadi sebelum, saat dan setelah melahirkan.
a.      Penyebab sebelum kelahiran
·         Merokok
·         Obat terlarang
·         Penggunaan alkohol
b.      Penyebab saat kelahiran
·         Kelahiran yang sulit
·         Anoxia
·         Prematuritas / berat badan lahir rendah
·         Trauma yang disebabkan oleh alat medis seperti forceps
c.       Penyebab setelah kelahiran
·         Stroke
·         gegar otak
·         Meningitis / ensefalitis
·         Demam tinggi
·         Cedera kepala akibat jatuh atau kecelakaan
Adapun sejumlah  faktor lain juga merupakan  penyebab kesulitan belajar.  Abdurrachman & Sudjadi  (1995) Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan belajar itu, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.      Faktor internal
·         Faktor Fisiologi
           Seorang anak yang sakit atau kurang sehat akan mengalami kelemahan fisik, sehingga saraf sensorik dan motoriknya lemah akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Anak yang kurang sehat akan mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah lelah, pusing, mengantuk,daya konsentrasinya berkurang dan kurang bersemangat dalam belajar.
           Ahmad Thanthowi (1991 : 106) dalam Abdurrachman & Sudjadi  (1995) mengatakan: “Karena sakit-sakitan, maka menjadi sering meninggalkan sekolah. Demikian juga dalam upaya belajar di rumah frekuensi belajar dapat menjadi menurun. Maka badan yang sehat dan segar amat berpengaruh bagi tercapainya sukses belajar.”
           Gangguan serta cacat mental pada seseorang juga sangat mengganggu hal belajar orang yang bersangkutan. Bagaimana orang dapat belajar dengan baik apabila ia sakit ingatan, sedih, frustrasi atau putus asa.”
           Bila seorang anak mengalami sakit yang lama, maka sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat mengikuti pelajaran untuk beberapa hari dan pelajarannya pun tertinggal. Selain itu cacat tubuh pun dapat menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan belajar.
·         Faktor Psikologi
           Belajar memerlukan kesiapan rohani dan kesiapan mental yang baik, dan yang termasuk dalam faktor psikologi adalah:
-          Inteligensi
-          Bakat
-          Minat
-          Motivasi
b.      Faktor Eksternal
·         Faktor orang tua
           Keluarga merupakan pusat pendidikan utama dan pertama, tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Dalam hal ini orang tua memiliki peranan penting dalam rangka mendidik anaknya,karena pandangan hidup, sifat dan tabiat seorang anak, sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya.
           Yang termasuk faktor ini antara lain adalah:
-          Bimbingan dan didikan orang tua
Orang tua yang tidak tahu atau kurang memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya akan menjadi penyebab kesulitan belajar anak-anak memerlukan bimbingan orang tua agar bersikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak. Orang tua yang bekerja dapat mengakibatkan anak tidak memperoleh bimbingan atau pengawasan dari orang tuanya, sehingga anak akan mengalami kesulitan belajar.
-          Hubungan orang tua dan anak
                 Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Kasih sayang dari orang tua menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity. Seorang anak akan mengalami kesulitan belajar apabila tidak ada atau kurangnya kasih sayang dari orang tua.
-          Suasana rumah atau keluarga
                 Suasana rumah yang sangat ramai atau gaduh, mengakibatkan anak tidak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar belajar.
-          Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi digolongkan dalam:
§  Ekonomi yang kurang atau miskin  keadaan ini akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya dan anak tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Ketiga hal tersebut akan menjadi penghambat bagi anak untuk dapat belajar dengan baik dan hal tersebut juga dapat menghambat kemajuan belajar anak.
§  Ekonomi yang berlebihan (kaya). Keadaan ini sebaiknya dari keadaan yang pertama, yaitu ekonomi keluarga yang melimpah ruah. Mereka akan menjadi malas belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang mungkin orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah keadaan seperti ini akan dapat menghambat kemajuan belajar.
·         Faktor sekolah
     Yang termasuk dengan faktor sekolah antara lain adalah:
-          Guru
Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar apabila guru tidak memenuhi syarat sebagai seorang pendidik, contohnya:  hubungan guru kurang baik dengan siswa dan guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Seorang guru dituntut harus dapat mengelola komponen-komponen yang terkait dalam mendidik para siswa
-          Alat pelajaran
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.
-          Kondisi gedung
Apabila gedung sekolah dekat dengan keramaian, ruangan gelap dan sempit maka situasi belajar akan kurang baik karena sangat mengganggu konsentrasi sehingga kegiatan belajar terhambat. Dalam belajar dibutuhkan konsentrasi penuh sehingga siswa akan dengan mudah dalam memahami pelajaran yang sedang dibahas.
-          Kurikulum
Kurikulum dapat dikatakan kurang baik apabila bahan/materinya terlalu tinggi dan pembagian bahan/materi tidak seimbang. “Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah yang memenuhi tuntutan masyarakat dikatakan kurikulum itu baik dan seimbang. Kurikulum ini juga harus mampu mengembangkan segala segi kepribadian siswa. Di samping kebutuhan siswa sebagai anggota masyarakat.”(Slameto, 2003 : 93)
-          Waktu sekolah dan disiplin kurang
Waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari, karena kondisi anak masih dalam keadaan yang optimal untuk dapat menerima atau menyerap pelajaran. Apabila sekolah masuk siang atau sore kondisi siswa sudah tidak optimal lagi untuk menyerap pelajaran, karena energi mereka sudah berkurang. Selain itu pelaksanaan disiplin yang kurang juga dapat menjadi penghambat dalam proses belajar mengajar.
     Selain faktor-faktor di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga dapat menimbulkan kesulitan belajar yaitu sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar) (syah, 1999 : 166) dalam Abdurrachman & Sudjadi  (1995). Faktor-faktor tersebut adalah:
§  Disleksia (dyslexia) yaitu ketidakmampuan belajar membaca.
§  Disgrafia (dysgraphia) yaitu ketidakmampuan belajar menulis.
§  Diskalkulia (discalculia), yaitu ketidakmampuan belajar matematika.
·         Faktor media masa dan lingkungan sosial
-          Faktor media masa meliputi; bioskop, surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Hal-hal tersebut dapat menjadi penghambat dalam belajar apabila terlalu banyak waktu yang digunakan untuk hal-hal tersebut, hingga melupakan belajar.
-          Lingkungan sosial, seperti teman bergaul, tetangga dan aktivitas dalam masyarakat. Ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap proses belajar anak, misalnya anak terlalu banyak berorganisasi, hal ini dapat menyebabkan belajar anak menjadi terbengkalai.

5.      Karakteristik anak berkesulitan belajar
            Selama bertahun-tahun, orang tua, pendidik, dan profesional lainnya telah mengidentifikasi berbagai berbagai karakteristik yang berhubungan dengan ketidakmampuan belajar. Salah satu profil awal, dikembangkan oleh Clements (1966),  dalam Richard. M Gargiulo (2012) meliputi:
·         Hiperaktif
·         perseptual-motor gangguan
·         Emosional lability
·         Koordinasi Masalah
·         Gangguan perhatian
·         Impulsif
·         Gangguan memori dan berpikir
·         Akademik kesulitan
·         Bahasa defisit
·         neurologis tanda Equivocal
Ariel, (1992) dalam Richard. M Gargiulo (2012).Orang tua dari anak-anak dengan cacat belajar telah menggambarkan banyak perilaku yang sama. (2009) baru-baru ini daftar Lerner dan Johns meliputi karakteristik perilaku individu dengan ketidakmampuan belajar:
·         Gangguan perhatian
·         kemampuan motorik Buruk
·         defisit proses psikologis dan pengolahan informasi masalah
·         Kurangnya strategi kognitif yang diperlukan untuk pembelajaran yang efisien
·         kesulitan bahasa Oral
·         kesulitan membaca
·         masalah bahasa tertulis
·         Kuantitatif gangguan
·         Kurangnya keterampilan sosial

B.     Layanan bimbingan konseling bagi anak berkesulitan belajar
Layanan bimbingan merupakan bagian dan penunjang yang tak terpisahkan dari keseluruhan kegiatan pendidikan termasuk pada kegiatan pendidikan untuk anak berkesulitan belajar dan mencakup seluruh tujuan dan fungsi bimbingan. Syaodah & Agustin (2008) Dilihat dari tujuan dan materinya, lingkup layanan bimbingan untuk anak berkesulitan belajar mengutamakan penekanan pada jenis kegiatan berikut ini:


a.      Bimbingan pribadi-sosial
      Bimbingan pribadi sosial ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial anak dalam mewujudkan pribadi yang mampu menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungan secara baik.
      Bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk membantu anak dalam memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial. Biasanya yang tergolong dalam masalah pribadi sosial adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan guru pendamping di tempat belajar, masalah penerimaan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar dan masyarakat tempat tinggal anak.
      Bimbingan pribadi-sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan anak dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dihadapi anak.
      Bimbingan pribadi-sosial diberikan dnegan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan sosial pribadi yang tepat.
      Bimbingan pribadi-sosial yang memuat layanan bimbingan yang bersentuhan dengan:
1.    Pemahaman diri.
2.    Mengembangkan sikap positif
3.    Membuat pilihan kegaiatan secara sehat
4.    Menghargai orang lain
5.    Mengembangkan rasa tanggungjawab 
6.    Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
7.    Keterampilan menyelesaikan masalah
8.    Membuat keputusan secara baik
b.      Bimbingan belajar
      Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan belajar merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu para anak dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar.
      Bimbingan belajar dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para guru/pendamping membantu anak mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu anak agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri tehadap semua tuntutan belajar, para pembimbing berupaya memfasilitasi indvidu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan dengan berbagai cara, misalnya membantu mengembangkan kreatifitas pada anak melalui kegiatan bermain.
      Bimbingan belajar, memuat layanan yang berkenaan dengan:
1.    Belajar yang benar
2.    Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
3.    Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya
4.    Keterampilan untuk menghadapi ujian
c.       Bimbingan karier
      Bimbingan karier yaitu bimbingan ntuk membantu anak dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karier, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondsi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karier yang dihadapi secara sederhana.
      Bimbingan karier juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan anak sebagai bagian integral dari program pendidikan. Bimbingan karier terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif, afektif, maupun keterampilan individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan keputusan maupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan membantu  dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang terus berubah.
      Dari uaraan diatas, dapat dsimpulkan bahwa bimbingan karier merupakan upaya bantuan tehadap anak agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan kehidupannya yang diharapkan. Lebih lanjut dengan  layanan bimbingan karier anak mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggungjawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya secara bermakna di masa yang akan datang.
Bimbingan pengembangan karier, meliputi:
1.    Mengenali macam-macam dan ciri-ciri berbagai jenis pekerjaan
2.    Menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan
3.    Mengeksplorasi arah pekerjaan
4.    Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan minat dengan jenis pekerjaan  

C.    Layanan Bimbingan Belajar sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar
1.      Konsep Dasar Bimbingan Belajar
      Bimbingan belajar (Winkel, 1997:140) dalam Prayitno & Amti (2008) merupakan bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, memilih program  studi yang sesuai dan mengatasi kesukaran  yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.
            Bimbingan belajar yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu individu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik (Prayitno,2008).
            Bimbingan belajar (Winkel, 1997) dalam Prayitno & Amti (2008) merupakan bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, memilih program studi yang sesuai dan mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di sutu institusi pendidikan.
            Dari paparan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
·         Merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik
·         Bertujuan untuk mengatasi kesulitan belajar dan membantu pencapaian tujuan belajar sehingga mampu mencapai hasil yang maksimal
·         Menemukan cara belajar yang tepat, memilih program studi, menciptakan suasana belajar yang kondusif
Bimbingan belajar dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing membantu siswa mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu siswa sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan pendidikan. Dalam bimbingan belajar, pembimbing  berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.
Bimbingan belajar sebagian besar dilakukan melalui  kegiatan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri klien. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi atau aktivitas kelompok yang membahas masalah-masalah belajar. Bimbingan kelompok  dilaksanakan dalam kelompok kecil, sedang, besar ataupun kelas.
Bimbingan belajar tak hanya dilakukan melalui kegiatan bimbingan kelompok saja, sebagian kecil juga dapat dilakukan melalui konseling individual  karena kemungkinan terdapat kasus yang harus ditangani secara khusus.  Konseling membantu individu lebih mengerti diri sendiri, mampu mengeksplorasi dan memimpin diri sendiri dan penyelesaian tugas-tugas kehidupannya. Proses konseling lebih bersifat emosional, diarahkan kepada perubahan sikap, perubahan pola-pola hidup sebab hanya dengan perubahan-perubahan tersebut memungkinkan terjadinya perubahan perilaku dan pemecahan masalah.

2.      Program  Layanan Bimbingan Konseling  Anak Berkesulitan Belajar
      Rancangan layanan bimbingan dan konseling dibuat dengan memperhatikan permsalahan dan kebutuhan anak berkesulitan belajar.
*      Contoh program layanan bimbingan belajar
      pendekatan teori perilaku memandang bahwa membaca merupakan bentuk kemampuan yang kemampuan dan hambatannya tampak pada saat proses membacanya sendiri. Ketidaklancaran membaca merupakan salah satu bentuk hambatan yang sering tampak.
 Model layanan pembelajaran yang ditawarkan oleh pendekatan pembelajaran
ini berupa kegiatan remediasi, seperti:
·         Pembiasaan membaca huruf, suku kata, kata dan kalimat yang secara bertahap taraf kesulitannya kian ditingkatkan
·         Pengenalan huruf, suku kata, kata dan kalimat, terutama pada bagian di mana anak kerap menunjukkan kesulitan.
·         Rekomendasi : Metode Bunyi  untuk aktivitas membaca permulaan dan Metode Linguistik untuk aktivitas membaca pemahaman
Untuk lebih jelasnya akan divisualisasikan sebagai berikut:
a)      Metode bunyi atau fonik
Metode membaca permulaan dengan pendekatan perilaku
·         Prinsip
1.      Menamai huruf sesuai dnegan bunyinya
Misalnya Huruf “K” dibunyikan ek/ke
              Huruf “G” dibunyikan eg/ge
·         Langkah-langkah
1.      Anak diperintahkan menggunakan bunyi huruf saat mengeja
2.      Anak memanjangkan bunyi huruf tersebut saat akan menyambungkan dengan bunyi huruf lain
3.      Pengajaran dimulai dengan susunan huruf KV-KV lalu dilanjutkan dengan pola huruf lain yang lebih rumit
4.      Anak dikenalkan dengan bunyi konsonan rangkap sebagai suatu kesatuan bunyi misalnya konsonan –ng/ny/
5.      Selain itu anak juga dikenalkan dengan bunyi diftong (vokal rangkap) sebagai suatu kesatuan bunyi misalnya diftong—ai/au/ao/
(Kirk  & Minskoff, dalam Lenner, 2000)
Sumber: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2007 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
                Tujuan akhir pelayanan bimbingan  berkesulitan belajar ini sama dengan tujuan pendidikan di sekolah, tetapi cara untuk sampai pada tujuan itu lain yang digunakan dalam bidang-bidang pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh W.S. Winkel dalam Prayitno (2008) Bimbingan disekolah  merupakan bidang khusus dalam keseluruhan pendidikan sekolah yaitu memberikan pelayanan yang ditangani oleh ahli-ahli yang telah disiapkan untuk itu.
Ciri khas dari pelayanan ini terletak dalam hal memberikan bantuan mental atau psikologis kepada murid dalam membulatkan perkembangannya. Tujuan dari pemberian bimbingan ialah supaya setiap murid berkembang sejauh mungkin untuk mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya disekolah, mengingat ciri-ciri pribadinya dan tuntunan kehidupan dalam masyarakat sekarang.
            Dengan adanya peranan dan bimbingan terserbut diharapkan semua persoalan yang dihadapi anak didik dapat diantisipasi sedini mungkin. Menurut Bimo Walgito bimbingan dan penyuluhan di sekolah dapat dilaksanakan dengan bermacam sifat :
3.      Preventif, yaitu bimbingan yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah jangan sampai timbul kesulitan yang menimpa diri anak atau individu.
4.      Korektif, yaitu memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh individu.
5.      Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah baik, jangan sampai menjadi keadaan yang tidak baik (Prayitno & Amti, 2008)
      Dari uraian tersebut dapat ditarik benang merah bahwa peranan dari pada bimbingan dan penyuluhan  bagi anak berkesulitan belajar sangat diperlukan oleh siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan dari pada pendidik dan pengajaran.


B.     Saran
       Berdasarkan pemaparan pada pembahasan dan kesimpulan di atas, maka penulis merekomendasikan agar:
1.      Sebelum meberikan layanan bimbinga belajar bagi peserta didik berkesulitan belajar, sebaiknya terlebih dahulu mengumpulkan berbagai informasi menegani letak kesulitan yang dihadapi peserta didik, agar lebih mudah dalam pembuatan perencanaan layanan bimbingan belajarnya.
2.      Dalam pemberian layanan bimbingan belajar bagi peserta didik berkesulitan belajar eharusnya guru, konselor, dan staf sekolah yang lain saling bekerja sama, agar proses layanan bimbingan belajar dapat berjalan efektif.
3.      Diperlukan menggunakan beberapa pendekatan dalam pemberian layanan bimbingan belajar, agar proses bimbingan tidak terkesan kaku.


















DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman & Sudjadi. 1995. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta. Depdikbud

Cargiulo. Richard M. 2012. Special Education in Contemporary Society. University of Alabama at Birmingham

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta

Prayitno & Amti.2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta.Rineka Cipta

Model Kurikulum  Bagi Peserta Didik  Yang Mengalami Kesulitan Belajar. 2007. Pusat Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.


 

Tidak ada komentar: