ISU-ISU KRITIS PROGRAM AKSELERASI BAGI ANAK BERBAKAT

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
      Diskursus seputar anak berbakat dan keberbakatan di Indonesia merupakan hal masih tergolong baru. Dalam arti hanya beberapa orang saja yang memahami terkait hal ini. sebagaimana yang terjadi dalam  kasus anak berkebutuhan khusus, isu keberbakatan ini juga kurang mendapat perhatian yang lebih dari para praktisi pendidikan. Banyak anak berbakat di perlakukan sama dengan anak-anak yang lain dan disamaratakan. Akibatnya banyak anak yang memiliki kelebihan namun “menguap” begitu saja. Padahal jika praktisi pendidikan mampu untuk mengelolah dengan baik anak-anak berbakat ini, sebenarnya akan lebih banyak manfaat yang dapat diambil dari mereka.
            Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan antara lain bahwa "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus" (Pasal 5, ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya" (pasal 12, ayat 1b). Hal ini pasti merupakan berita yang menggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-baiknya. Selanjutnya anak-anak berbakat ini dalam istilah perudang-undangan disebut sebagai anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI).
      Berkaitan dengan layanan pendidikan anak berbakat ini pemerintah menggulirkan program akselerasi. Program akselerasi memberikan kesempatan bagi para anak berbakat dalam percepatan waktu belajar dari enam tahun menjadi lima tahun pada jenjang SD dan tiga tahun menjadi dua tahun pada jenjang SMP dan SMA. Tujuan umum program ini adalah memberikan layanan kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik khusus pada segi potensi intelektual dan bakat istimewa agar terlayani sesuai bakat, minat, dan kemampuann Program akselerasi memiliki muatan positif pada pendidikan secara umum. Karena menawarkan suatu diferensiasi model pendidikan dengan menempatkan anak didik sesuai kemampuannya. Program akselerasi ini diharapkan menjadi solusi layanan pendidikan bagi anak berbakat. Solusi yang diharapkan diantaranya menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak; sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan belajarnya. 
      Namun dalam perjalananya tidak lepas dari berbagai  kendala atau permasalahan. Permasalahan yang sering muncul berkaitan dengan masalah perkembangan personal dari anak sendiri, selalui dikaitkan dengan ekslusifitas, kesiapan guru, dan sarana penunjang. Perlu adanya eksplorasi isu dikarenakan dalam tataran implementasi program akselerasi terdapat beragam motivasi dan implementasi. Oleh karena perlu adanya telaah kritis untuk mengkaji dan mencari solusi atas berbagai permasalahan tersebut.

B.     Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1.      Bagaimana hakeket siswa berbakat?
2.      Bagaimana hakekat program akselerasi?
3.      Bagaimana pelaksanaan layanan program akselerasi bagi anak berbakat

C.    Tujuan Penulisan
      Berdasarkan permasalah yang diuraikan di atas, maka selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah bimbingan konseling bagi anak berkebutuhan khusus, maka penulisan makalah ini juga di maksudkan untuk mengetahui:
1.      Hakekat anak berbakat
2.      Hakekat program akselerasi
3.      Pelaksanaan layanan program akselerasi bagi anak berbakat



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakekat Anak Berbakat
1.      Pengertian Anak Berbakat
      Kirk & Gallagher, dalam Abdurrachman (1995) pada awalnya, Keberbakatan (giftedness) memiliki pengertian yang berbeda-beda untuk tiap latar budaya. Dalam kebudayaan yunani kuno yang dimaksud dengan orang berbakat adalah yang memiliki kecakapan luar biasa  dalam berpidato, sedangkan di Roma ialah insinyur atau prajurit. Pengertian berbakat di Amerika Serikat pada mulanya dikaitkan dengan skor tes inteligensi Standford Binet yang dikembangkan yang dikembangkan oleh Terman setelah perang dunia II. Anak-anak yang memiliki skor IQ 130 atau 140 dinyatakan sebagai anak berbakat.
      Munandar (1982), defenisi keberbakatan di Indonesia yang disepakati pada seminar pengembangan pendidikan luar biasa di jakarta pada tanggal 15-17 September 1980 menyatakan bahwa yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi tinggi karena mempunyai kemampua-kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukanprogram pendidikan yang berdeferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap dri sendiri.
      Pengertian giftedness atau keberbakatan telah diungkapkan oleh Joseph S.
Renzulli (Rahardja, 2006), bahwa keberbakatan itu harus memenuhi tiga area, yaitu kecerdasan di atas rata-rata, memiliki kreatifitas, dan keterikatan terhadap tugas/motivasi. Jadi anak berbakat harus memiliki minimal 3 ciri tersebut. Konsep tersebut dikenal dengan The Three Rings Conception, dapat digambarkan seperti di bawah ini:


                          


               






Konsep Keberbakatan Menurut Renzulli
Pada gambar terlihat bahwa keberbakatan ditunjukkan dalam bagian yang diarsir, yang merupakan perpaduan dari masing-masing konsep.  Kelebihan-kelebihan mereka bisa nampak dalam tanda-tanda berikut:
§  Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
§  Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
§  Kreativitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
§  Kemampuan memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
§  Prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
      Jelaslah bahwa keberbakatan dapat meliputi macam-macam bidang, dapat bersifat umum atau bersifat khusus. Berbakat atau gifted dapat berarti : memiliki kemampuan intelektual umum atau bakat-bakat khusus dalam derajat yang tinggi.

2.      Karakteristik Anak Berbakat
Berikut ini secara berturut-turut akan dikaji karakteristik anak-anak yang memiliki keberbakatan intelektual, keberbakatan akdemik, keberbakatan kreatif, keberbakatan kepemimpinan dan sosial, dan keberbakatan dalam seni:
a.      Keberbakatan intelektual
           Berdasarkan hasil penelitian Terman dan penelitian-penelitian lain, Kitano dan Kirby dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995) mencoba menyimpulkan karakteristik anak berbakat intelektual sebagai berikut:
§  Memiliki perbendaharaan kata-kata yang maju pada usianya.
§  Memiliki minat yang lebih dini terhadap buku-buku untuk membaca
§  Memiliki kemampuan membaca lebih awal dan belajar sendiri pada usia dua atau tiga tahun
§  Membaca secara mandiri dan sering menyukai buku-buku bacaan orang dewasa
§  Cepat dalam belajar dan mudah mengingat informasi faktual
§  Cepat memahami hubungan sebab akibat
§  Memiliki rasa ingin tahu yang besar
§  Lebih menyukai teman-teman yang usianya lebih tinggi
§  Memiliki rasa humor yang matang untuk usianya
§  Menyukai pengalaman-pengalaman baru dan menantang
§  Memiliki retensi yang tinggi tentang informasi
§  Memiliki kemampuan yang tinggi dalam membuat perencanaan , pemecahan masalah dan berpikir abstrak
§  Memiliki simpanan informasi yang luas tentang berbagai topik
§  Mempunyai perhatian yang besar terhadap isu-isu tentang baik buruk

b.      Keberbakatan Akademik
           Dari penemuan-penemuan Bloom dan peneliti-peneliti lain, Kitano dan Kirbu (1986) dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995) mengidentifikasikan karakteristik anak yang berbakat dalam bidang akademik khusus sebagai berikut:
§  Memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akdemik khusus
§  Memiliki pemahaman yang dangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang akademik khusus.
§  Mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang dpelajari pada aktivitas-aktivitas dalam bidang-bidang lain
§  Kesediaan mencurahkan  sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang tinggi dalam suatu bidang akademik
§  Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik khusus dan motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik
§  Belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.
c.       Keberbakatan kreatif
           Menurut Taft dan Gilchhrist seperti dikutip oleh kitano dan Kirby (1986:77) dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995:193) anak dengan prestasi kreatif tinggi menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
§  Memiliki rasa ingin tahu yang besar
§  Cenderung mengerjakan sesuatu dengan cara mereka sendiri
§  Lebih menyukai kerja sendiri
§  Senang bereksperimen tentang apa saja
§  Aktif berimajinasi
§  Mampu berpikir dan banyak cara untuk mencapai tujuan
§  Mampu menghasilkan ide-ide orisinal
§  Memiliki ketajaman atau rasa humor yang tinggi
§  Memiliki sensitivitas terhadap keindahan
§  Krang tertarik pada detail
d.      Keberbakatan kepemimpinan dan sosial
           Menurut Jerecky seperti dikutip oleh kitano dan Kirby (1986:81) dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995:195) karakteristik anak berbakat sosial antara lain:
§  Fisik yang menarik dan rapi dalam penampilan
§  Diterima dari mayoritas teman-teman sebaya dan orang dewasa
§  Keterlibatan dalam beberapa kegiatan sosial
§  Kecenderungan dipandag sebagai juru pemisah dalam pertengkaran
§  Memiliki kepercayaan tentang persamaan derajat semua orang dan jujur
§  Memiliki tenggang rasa
§  Bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi
§  Mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa
§  Memiliki kepastian yang luar biasa untuk menanggulangi sitasi sosial dengan cerdas, humor dan pemahaman
e.       Keberbakatan dalam seni
           Kitano dan Kirby (1986:77) dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995:193) karakeristik anak berbakat dalam bidang seni, baik seni rupa, seni musik, maupun seni drama, sebagai berikut:
§  Mampu menyusu nada-nada orisinal
§  Menyukai aktivitas musikal
§  Merespon secara sensitif terhadap musik
§  Mengisi waktu luang dnegan menggambar atau melukis
§  Memperlihatkan imajinasi yang luar biasa tinggi
§  Memperlihatkan kemahiran dalam menggambarkan gerakan
§  Memperlihakan perhatian dalam aktivitas drama secara sukarela
§  Ahli dalam memainkan peran
§  Secara mudah mengaitkan cerita-cerita dengan penggunaan secara efektif ekspresi gerak tubuh dan wajah
B.     Hakekat Program Akselerasi
1.      Pengertian Akselerasi (Percepatan).
      Colangelo (1991) dalam Nulhakim (2008) menyebutkan bahwa istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan.
Ø  Sebagai model pelayanan, siswa meloncat kelas dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di atasnya
Ø  Sebagai model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu. Dalam hal ini, akselerasi dapat dilakukan dalam kelas reguler, ruang sumber, ataupun kelas khusus dan bentuk kelas reguler, ruang sumber, ataupun kelas khusus dan bentuk akselerasi yang diambil bisa telescoping dan siswa dapat menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi satu tahun atau dengan cara self-paced studies, yaitu siswa mengatur kecepatan belajarnya sendiri.
      Calanglo mengingatkan bahwa: akselerasi sebagai model pelayanan, gagal dalam memenuhi kurikulum deferensiasi bagi anak berbakat. Sebagai model kurikulum, akselerasi akan membuat anak berbakat menguasai banyak isi pelajaran dalam waktu yang sedikit. Anak-anak ini dapat menguasai bahan ajar secara cepat dan merasa bahagia atas prestasi yang dicapainya, di samping segi ekonomis. Secara umum, bentuk akselerasi telescoping menimbulkan masalah pada pihak sekolah sebagai penyelenggara dan guru, terutama dari sisi keterampilan dan manajemen waktu

2.      Tujuan Penyelenggaraan Program Akselerasi (Percepatan).
a.      Tujuan Umum
Ø  Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektif.
Ø  Memenuhi Hak Azasi manusia peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri.
Ø  Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan
peserta didik.
Ø  Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik.
Ø  Menimbang peran serta peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran.
Ø  Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.          
b.      Tujuan Khusus
Ø  Memberikan penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat.
Ø  Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran peserta didik.
Ø  Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal.
Ø  Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosionalnya secara seimbang.Landasan Program Akselerasi (Percepatan).

3.      Kelebihan Program Akselerasi
            Southerm dan Jones (1991) dalam Nulhakim (2008) kelebihan  program akselerasi bagi anak berbakat:
a.       Meningkatkan efesiensi  
Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien
b.      Meningkatkan efektivitas
Siswa yang terkait belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif.
c.       Penghargaan 
Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya
d.      Meningkatkan waktu untuk karier
Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain
e.       Membuka siswa pada kelompok barunya
Dengan program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektial dan akademis yang sama
f.       Ekonomis  
Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat

4.      Kelemahan Program Akselerasi
a.       Bidang Akademis
§  Bahan ajar yang diberikan terlalu jauh bagi siswa
§  Prestasi yang ditampilkan siswa pada waktu proses identifikasi merupakan fenomena sesaat saja
§  Siswa akselerasi kurang matang secara sosial, fisik, dan juga emosional untuk berada dalam tingkat kelas yang tinggi 
§  Siswa akselerasi terikat pada keputusan karier lebih dini
§  Siswa akselerasi mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa adanya
§  pengalaman yang dimiliki sebelumnya
§  Pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami oleh siswa akselerasi karena tidak merupakan bagian dari kurikulum sekolah
§  Tuntutan sebagai siswa sebagian besar pada produk akademik keuangan sehingga siswa
§  Akselerasi akan kehilangan kesempatan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan divergen.
b.      Penyesuaian Sosial
§  Siswa akselerasi didorong untuk berprestasi baik secara akademis.
§  Siswa akselerasi akan kehilangan aktivitas dalam masa-masa hubungan sosial yang penting pada usianya
§  Kemungkinan, siswa akselerasi akan ditolak oleh kakak kelasnya
§  Siswa sekelas yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan perhatian dan respek pada
§  teman sekelasnya yang lebih muda usia.
c.       Aktivitas Ekstrakurikuler
§  Siswa akselerasi memiliki kesempatan yang kurang untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang penting di luar kurikulum yang normal.
§  Partisipasi dalam berbagai kegiatan atletik penting untuk setiap siswa
d.      Penyesuaian Emosional
§  Siswa akselerasi merasa frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan yang ada, dan bisa menjadi siswa underachiever atau drop out.
§  Siswa Akselerasi merasa terisolasi atau bersifat agresif terhadap orang lain.
§  Kurang mampu menyesuaikan diri dalam kariernya karena menempati karier yang tidak tepat
§  Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan kreativitas atau hobi, dan adanya potensi dikucilkan dari orang lain.

C.    Implementasi  Program Akselerasi di Sekolah
            Terdapat tiga model praktik penyelenggaraan program percepatan belajar yang dikenalkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Ditjen Manajemen Dikdasmen (2003), yaitu: (1) model kelas reguler dengan cluster pull out, (2) model kelas khusus, dan (3) model sekolah khusus. Pada sekolah-sekolah di Indonesia yang telah di beri izin membuka program layanan akselerasi, pada umumnya lebih banyak menggunakan model kelas khusus yakni pengelompokan akseleran pada kelas tersendiri yang terpisah dengan kelas reguler.
            Mekanisme penyelenggaraan bagi sekolah yang telah diberikan izin adalah dimulai dengan rekrutmen siswa berdasarkan kriteria-kriteria informasi objektif maupun subjektif. Informasi objektif diperoleh melalui hasil nilai rapor dan ujian anasional pada pendidikan sebelumnya, tes potensi akademik dan tes psikologi. Sedangkan tes subjektif bersumber pada keinginan peserta didik, nominasi dari teman sebaya, orang tua dan guru.
            Kurikulum akselerasi adalah kurikulum nasional dan lokal yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial. Kurikulum akselerasi berdiferensiasi dengan memperhatikan empat dimensi yaitu dimensi umum, dimensi diferensiasi, dimensi non akademis, dan dimensi suasana belajar. Struktur program sama dengan kelas reguler. Perbedaan terletak pada waktu penyelesaian yang cepat.
            Guru akselerasi adalah guru yang terbaik berdasarkan kriteria tertentu seperti pengalaman mengajar, prestasi, tingkat pendidikan yang dpersyaratkan, dan lebih dipersyaratkan, dan telah dipersiapkan untuk mengajar siswa akselerasi. Adapun tipologi gru berdasarkan buku pedoman (Depdiknas:2003) adalah guru yang berkarakter sebagai berikut, yaitu: (1) adil dan tidak memihak, (2)sikap kooperatif demokratis, (3) fleksibel, (4) memiliki rasa humor, (5) menerapkan penghargaan dan pujian, (6) minat yang luas, (7) memberi perhatian pada masalah siswa, dan (8) penampilan dan sikap menarik.
            Sarana dan prasarana belajar program akselerasi dirancang untuk mampu  memenuhi kebutuhan siswa berbakat akademik tinggi dalam kerangka mengembangkan potensinya. Sarana dan prasarana tersebut meliputi sarana fisik bangunan beserta beserta instrumennya maupun sarana dan sumber belajar yang berbasis teknologi tinggi (multimedia).
            Proses pembejaran siswa akselerasi sama dengan siswa reguler. Jika peserta didik akselerasi dikumpulkan dalam satu kelas tersendiri maka guru dan siswa dapat menerapkan berbagai strategi belajar. Ciri dominan proses belajar yang khas pada siswa akselerasi adalah pembelajaran individual atau mandiri lebih kontras dilaksanakan daripada siswa reguler.
            Komponen belajar yang juga penting adalah sistem evaluasi. Pada dasarnya sistem evaluasi program akelerasi sama dengan program reguler yang terdiri atas ulangan harian, langan tengah semester, ulangan semester dan ujian nasional//sekolah. Perbedaan terletak pada tes-tes pilihan maeri-materi yang bereskalasi sehigga butir-butir soal mempunya tingkat kesulitan yang tinggi dan cakupan yang lebih luas.
            Guna menjaga keseimbangan hubungan antara intelektual, mental, dan kepribadian serta masalah yang timbul pada tiap-tiap akseleran, sekolah penyelenggara memberika layanan bimbingan dan penyuluhan yang meliputi bidang akademik, kepribadian dan bimbingan karir.

D.    Dampak Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat
      Anak dengan kemampuan dan kecerdasan luar biasa, merupakan suatu keinginan yang realistik karena kebutuhan pelayanan pendidikan anak yang berbakat yaitu dibentuk layanan istimewa yang berbeda dari sekolah yang umum, diberikan pengayaan akselerasi dalam bentuk menempatkan anak pada kelas yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat keberhasilan anak. Memberikan pelayanan kepada anak berbakat yang secara sosial terisolasi dan bosan bersekolah bukanlah hal yang mudah.
      Hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan akselerasi bagi anak berbakat akademik adalah memenuhi kebutuhan akan tugas-tugas yang penuh tantangan dalam bidang keberbakatan dan adanya persahabatan diantara teman sejawat yang memiliki kemampuan yang sama. Kita bukan hanya memerlukan anak bangsa yang panai, melainkan juga anak bangsa yang seimbang dalam kehidupan emosi dan sosial.

E.     Eksplorasi Isu-Isu Kritis
      Secara konseptual program akselerasi sesungguhnya adalah dikenal dengan istilah  telescoping. Semestinya, model akselerasi harus dimaknai lebih luas dengan memberikan kesempatan luas bagi anak untuk maju sesuai dengan kemampuan dan irama kecepatan belajarnya (continous progress) melalui skipping (loncat kelas) atau naik kelas sebelum waktunya (advantaged placement), mengikuti bidang studi di kelas yang lebih tinggi atau merangkap kelas (advantaged courses), atau masuk sekolah lebih awal dari usianya (early admission) (Sunardi, 2008)
      Kenyataan implementasi dilapangan begitu beragam dan muncul berbagai motivasi. Pada umumnya masih cenderung mempersingkat waktu pendidikan, misalnya untuk SD menjadi 5 tahun. Ada juga yang dinilai sebagai program eksklusif, mahal dan membutuhkan sarana dan waktu belajar bertambah.
      Isu lain yang perlu diangkat adalah perlu adanya akreditasi yang jelas bagi sekolah yang berhak menyelenggarakan program akselerasi dan ditunjang dengan peraturan-peraturan lain yang mendukung pelaksanaanya sehingga konsep akselerasi dapat dimaknai dengan tepat serta dilaksanakan dengan baik. Ini penting untuk memudahkan dalam malakukan evaluasi keberhasilan program akselerasi. Jika aturan sudah jelas maka akan mengurangi motivasi yang” tidak jelas”. Disinyalir ada sekolah yang ingin melaksanakan program akselerasi karena termotivasi oleh adanya bantuan dari proyek pemerintah. Selain itu ada pula motivasi karena “gengsi” bukan karena ingin memberikan layanan yang terbaik. Ini jangan sampai dibiarkan.


           






BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
     Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.      keberbakatan itu harus memenuhi tiga area, yaitu kecerdasan di atas rata-rata, memiliki kreatifitas, dan keterikatan terhadap tugas/motivasi.
2.      Keberbakatan dapat dklasifikasikan berdasarkan teori triachic dari inteligensi manusia yaitu keberbakatan analitik, keberbakatan sintetik, dan keberbakatan praktik
3.      Layanan akselerasi sebagai model pelayanan, berarti siswa meloncat kelas dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di atasnya
4.      Layanan akselerasi sebagai model kurikulum,  berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu.
5.      Pengembangan program bagi siwa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa didasarkan pada dua prinsip utama, yaitu akselerasi dan eskalasi.

B.       Saran
     Berdasarkan pemaparan pemabahasan dan kesimpulan di atas, penulis merekomendasikan agar para praktisi pendidikan memperhatikan keberadaan anak-anak berbakat di sekolah-sekolah, karena keberadaan anak berbakat belum sepenuhnya disadari oleh para guru saat mengajar di kelas. Sesuai dengan UU No 20 tahun 2003 tentang sisdiknas bahwa "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus" (Pasal 5, ayat 4). Salah satu pendidikan khusus yang dapat diberikan pada anak berbakat adalah dengan memberikan layanan program akselerasi ataupun askalasi, dengan harapan anak dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, Muljono & Sudjadi. 1995. Pendidikan luar biasa umum. Jakarta. Depdikbud.
Munandar, Utami. 1982. Anak Anak Berbakat, Pembinaan Dan Pendidikannya. Jakarta. CV. Rajawali.
Nulhakim. Rusman. 2008. Program Akselerasi Bagi Siswa Berbakat Akademik. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No 073 tahun ke 14 Juli 2008.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dwi Haris Mastum Nisa’. 2012. Tesis: Implementasi Kelas Akselerasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA 1 Kediri Tahun Ajaran 2010/2012. Online. Diakses: 15 Januari 2013.


















LAMPIRAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN:

IMPLEMENTASI KELAS AKSELERASI (PERCEPATAN) DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DI SMA NEGERI 1 KEDIRI
T.A  2010/2011
Oleh:
Dwi Haris Mastun Nisa’
Program Pascasarjana STAIN Kediri

       Implementasi kelas akselerasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun ajaran 2010/2011, yakni kelas akselerasi di SMA Negeri 1 Kediri yang mulai bulan Pebruari 2011 menduduki kelas XI  dan berjumlah 9 anak.  Mengenai kelas akselerasi tersebut, akan dijelaskan sebagai berikut:
1.      Rekrutmen siswa akselerasi
Siswa yang dapat lolos seleksi ke kelas akselerasi di SMA Negeri 1 Kediri  adalah siswa yang memiliki kecerdasan yang tinggi. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Suyadi bahwa “syarat siswa masuk ke kelas akselerasi itu harus mempunyai IQ di atas 130 yang diukur oleh tim psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang”.
Penyeleksian siswa akselerasi di SMA Negeri 1 Kediri dilakukan  secara ketat. Bapak Suyadi mengemukakan pernyataan terkait dengan hal ini, SMA Negeri 1 benar-benar ketat dalam  menyeleksi calon siswa akselerasi. Pihak sekolah tidak mengejar kuota, tetapi lebih mengutamakan kualitas, yakni berdasarkan pada IQ siswa yang besarnya lebih dari 130. Selain itu, kemauan  dari siswa untuk masuk ke kelas tersebut juga sangat dipertimbangkan. Adakalanya seorang siswa yang mempunyai IQ di atas 130 tidak dimasukkan ke kelas akselerasi karena tidak adanya kemauan dari siswa yang bersangkutan. Sehingga, berapapun siswa yang masuk ke kelas tersebut tidak menjadi masalah. Seperti yang terjadi pada tahun ajaran 2010/2011 ini, SMA Negeri 1 Kediri hanya berhasil meloloskan 9 siswa kelas akselerasi.”
Hal ini sesuai dengan beberapa kriteria yang telah ditetapkan, berdasarkan persyaratan Buku Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, sebagai berikut:
§  Informasi Data Obyektif, yang diperoleh dari pihak sekolah berupa skor akademis dan skor hasil pemeriksaan psikologis.
§  Skor akademis, yang diperoleh dari skor: Nilai Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya, dengan rata-rata 8,0 ke atas, tes kemampuan akademis, dengan nilai sekurang-kurangnya 8,0 dan nilai rapor dengan rata-rata seluruh mata pelajaran tidak kurang dari 8,0.
§  Skor psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan psikolog yang meliputi tes inteligensi umum, tes kreativitas, dan inventori keterikatan pada tugas. Peserta didik yang lulus tes psikologis adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori jenius (IQ ≥ 140) atau mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori cerdas  (IQ ≥ 125) yang ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata.
§  Informasi Data Subyektif, yang diperoleh dari orang tua dan guru sebagai hasil dari pengamatan ciri-ciri keberbakatan.
§  Kesehatan fisik, yang ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari dokter.
§  Kesediaan calon siswa dan persetujuan orang tua.

2.      Tujuan penyelenggaraan kelas akselerasi SMA Negeri 1 Kediri
Bertolak pada tujuan diselenggarakannya kelas percepatan Belajar (akselerasi) bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, maka tujuan diselenggarakannya kelas percepatan belajar (akselerasi) di SMA Negeri 1 Kediri adalah sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bu Dwi selaku Ketua Depertemen Akselerasi di SMA Negeri 1 Kediri,
Tujuannya ya… pelayanan, akselerasi itu sebenarnya bukan apa-apa mbak, hanya pelayanan khusus pada anak-anak yang memiliki  intelegensi di atas 130. Bahwa warga negara yang memiliki kecerdasan istimewa berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan keberbakatannya. Akselerasi itu, kalau di PLB (Direktorat Pendidikan Luar Biasa) itu sebenarnya SLB, poin f. Yaa..,di sini kita mencoba memberika pelayanan bagi mereka. Jadi, bisa dikatakan inisiatif sekolah yang modelnya itu bottom up. Inisiatif dari bawah, bukan up down. Dulu kita merilis akselerasi itu, mengusulkan ke pemerintah.

Bapak Sulistyo widodopun mengungkapkan bahwa “ tujuan adanya kelas akselerasi ini kan buat melayani anak-anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, bu….Untuk menjawab kebutuhan itu, SMA 1 kemudian berinisiatif mengadakannya.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan SMA Negeri 1 Kediri mengadakan kelas akselerasi adalah untuk melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa, yaitu IQ diatas 130 sehingga mereka bisa mengikuti proses pembelajaran yang nyaman sesuai dengan tantangan yang dibutuhkan guru
Adapaun daftar guru akselerasi tahun ajaran 2010/2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Daftar Guru Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011
NO.
NAMA
MATA PELAJARAN
1
Dra.  Hj.Dwi Ratnani
Bahasa Indonesia
2
Dra. Retno Suciari
Bhs. Inggris
3
H. Sunyoto, S.Pd, M.Si
Matematika
4
Rosyidatul Junaidah, S.Pd.I
PAI
5
Sulistyo Widodo, S.Si
Kimia
6
Drs. Eko Supriyadi
OR/Penjas
7
Dra. Hj. Siti Marwiyah, MM
BP/BK
8
Eni Farida, S.Pd
Biologi
9
Dra. Titik Prasetyaningharti
Fisika
10
Dra. Rumini
BP/BK
11
Lilik Bopo Lelono
PA Kristen
12
Harsono Reno Utomo, S.Kom
TI/Life Skill
13
Suyadi, S.Pd
Kesenian
14
Drs. Sumitro
K. Negara


*      Paparan Data
             Pada bagian ini peneliti akan memaparkan data terkait tentang implementasi kelas akselerasi (percepatan) dalam pembelajaran pendidikan agama islam (pai) di SMA Negeri 1 Kediri tahun ajaran 2010/2011 dan disusun secara sistematis sesuai dengan fokus penelitian sebagaimana terdapat pada Bab I .
              Data yang dipaparkan tersebut diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan seperti waka kurikulum, ketua departemen/kelas akselerasi, sekretaris  departemen/kelas akselerasi, guru PAI akselerasi maupun beberapa siswa akselerasi.

Implementasi kelas akselerasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Kediri Tahun Ajaran 2010/2011

1.      Kurikulum akselerasi
Sejalan dengan potensi keberbakatan yang dimiliki siswa akselerasi ini, kurikulum yang dipergunakan dalam pelaksanaan pendidikannya  di SMA Negeri 1 Kediri adalah merupakan kurikulum yang dikembangkan secara berdiferensiasi. Disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa yang mempunyai kecerdasan dan bakat luar biasa.  Yang disusun secara khusus dalam kalender akademik program akselerasi. Tapi pada dasarnya secara keseluruhan,  tidak jauh berbeda dengan kurikulum yang ada pada program reguler. Hanya waktunya saja yang dipersingkat dari 3 tahun menjadi 2 tahun.
2.      Metode pembelajaran
Metode yang digunakan oleh Ibu Rosyidah dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas akselerasi antara lain seperti: metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi, metode tanya-jawab, presentasi, metode bercerita, metode resitasi dan sebagainya. Serta,  didukung dengan penggunaan Silabus dan RPP yang disesuaikan dengan keberbakatan siswa sebagai persiapan mengajar untuk keefektifan pembelajaran.
Secara lebih jelas, berdasarkan hasil wawancara serta observasi,  berikut adalah data mengenai metode pembelajaran di kelas akselerasi.
§  Metode hafalan
§  Metode bercerita
§  Metode cerama
§  Metode tanya-jawab     
§  Metode diskusi
§  Metode demonstrasi
§  Metode presentasi
§  Metode resitasi

3.      Evaluasi pembelajaran
Sistem evaluasi di kelas akselerasi SMA Negeri 1 Kediri pada umumnya sama dengan kelas reguler (program 3 tahun). Yaitu terdiri dari ulangan harian (sumatif), ulangan umum (formatif), dan ujian akhir sekolah. Bedanya, deadline evaluasi menjadi lebih cepat daripada kelas reguler.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Ibu Rosyidah, “Masalah ujiannyapun juga sama, ada ujianakhir sekolah, ulangan harian, UTS, ujian semester. Kalau pelaksanaan ulangan harian satu materi satu-satu kalo ndak banyak liburnya, tapi kalau banyak liburnya ya,,,seperti hari ini satu kali ulangan 2 bab. Anak aksel itu evaluasinya lebih cepet.
                        Demikian pula, Bagus, salah satu siswa akselerasi menyatakan, “ujiannya sama kok mbak..kayak yang lain.Tapi kan kelas akselerasi lebih cepet selesai”.
    Ibu Dwi, dalam sebuah wawancara terkait tentang evaluasi kelas akselerasi menyebutkan bahwa,
anak aksel ujiannya ya sama, ada ulangan harian, ulangan semester, dan ulangan akhir sekol ah.KKM(Kriteria Ketuntasan Minimal)nya juga sama dengan kelas regular kalau di SMA 1 ini. Kami dulu studi banding dengan SMA di Madura, di sana KKM-nya dinaikin. Kalau kami ya nggak mau, apa gunanya program aksel kalau KKM nya nggak sama. Biar anak-anak di sini semua baik yang reguler maupun aksel sama-sama bisa bersaing.



Tidak ada komentar: