BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tujuan
pembangunan nasional mengarah pada upaya peningkatan kesejahteraan dan kualitas
hidup secara merata di seluruh pelosok
tanah air sesuai yang diamanatkan UUD 1945. Dengan demikian secara hukum
seluruh warga negara dijamin untuk memiliki hak yang sama dalam menikmati
hasil-hasil pembangunan termasuk hak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan
bermutu. Pendidikan yang layak dan bermutu merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam menumbuhkan hidup menjadi utuh dan sempurna. Melalui proses
pendidikan itulah kepribadian individu dimatangkan dan dikembangkan, sehingga
seorang peserta didik menjadi manusia yang dewasa, utuh, dan mandiri. Proses
pendidikan tersebut sangat diperlukan bagi peserta didik, termasuk bagi peserta
didik berkesulitan belajar.
Harapan
pemerintah untuk dapat melayani seluruh komponen masyarakat akan pendidikan
yang layak dan bermutu selama ini belum sepenuhnya bisa terwujud dengan adanya
berbagai kendala di berbagai aspek. Kendala tersebut terletak pada sisi
komponen pendidikan itu sendiri sebagai subjek maupun pada kondisi masyarakat
(peserta didik) sebagai objek.
Salah satu aspek sisi komponen pendidikan
yang menjadi kendala adalah belum maksimalnya bimbingan yang dapat
mengakomodasi dan melayani kebutuhan spesifik peserta didik. Sementara peserta
didik sendiri memiliki kekhasan baik secara fisik, mental, sosial, emosional,
maupun kecerdasan.
Peserta
didik berkesulitan belajar memerlukan perhatian khusus. Mereka memiliki
kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata. Di sekolah reguler, peserta didik
berkesulitan belajar umumnya tidak terdeteksi secara baik oleh guru. Mereka
biasanya mengalami kesenjangan antara prestasi belajar dengan potensi yang
dimilikinya.
Sistem
pembelajaran di sekolah reguler belum memungkinkan penyediaan layanan
pendidikan yang sesuai untuk peserta didik berkesulitan belajar. Untuk itu
diperlukan upaya-upaya tertentu agar peserta didik berkesulitan belajar di
sekolah-sekolah reguler dapat ditangani.
Salah satu upaya dalam penanganan bagi
peserta didik berkesulitan belajar yaitu dengan memberikan layanan
bimbingan konseling untuk mengatasi hamabatan belajar yang dihadapi peserta
didik
B. Permasalahan
Adapun
permasalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini antara lain sebagai
berikut:
1.
Jelaskan
hakekat bimbingan belajar?
2.
Jelaskan
hakekat anak berkesulitan belajar?
3.
Jelaskan
layanan bimbingan belajar bagi anak berkesulitan belajar?
C. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusalan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah “bimbingan
dan konseling anak berkebutuhan khusus”, selain itu juga untuk mengetahui:
1.
Hakekat
bimbingan belajar
2.
Hakekat
anak berkesulitan belajar
3.
Layanan
bimbingan belajar bagi anak berkesulitan belajar
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan
dua istilah yang sering di rangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal ini
mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang di lanjutkan dengan kegiatan
konseling. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung
hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling
merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah
bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling.
Bimbingan
adalah bantuan atau pertolongan yang di berikan kepada individu atau sekumpulan
individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
hidupnya (Prayitno & Amti, 2008). Sedangkan Konseling adalah suatu
pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana yang seorang
(konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami
dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang di hadapinya pada waktu itu
dan pada waktu yang akan datang,
(Prayitno & Amti, 2008).
Berdasarkan
pendapat di atas dapat dsimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah
pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun secara
kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung.
Dengan demikian, program bimbingan dan
konseling bagi ABK adalah suatu kegiatan pelayanan bantuan kepada peserta didik
atau siswa berkebutuhan khusus disekolah oleh guru BK atau konselor secara
terencana, terorganisir dan terkoordinasi yang dilaksanakan pada periode
tertentu, teratur dan berkesinambungan atau berkelanjutan.
2. Prinsip-Prinsip Umum Bimbingan dan
Konseling
Prayitno
& Amti (2008) prinsip-prinsip umum bimbingan dan konseling terdiri atas:
a. Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada
dalam proses berkembang. Ini berarti bahwa bantuan yang diberikan kepada siswa
harus bertolak dari perkembangan dan kebutuhan siswa.
b. Bimbingan diperuntukan bagi semua siswa. Ini berarti
bahwa pembimbing perlu memahami perkembangan dan kebutuhan siswa secara
menyeluruh, dan menjadikan perkembangan dan kebutuhan siswa tersebut sebagai
salah satu dasar bagi penyusunan program bimbingan di sekolah.
c. Bimbingan dilaksanakan dengan mempedulikan semua segi
perkembangan siswa. Ini berarti bahwa dalam bimbingan semua segi perkembangan
siswa baik fisik, mental dan social maupun emosional dipandang sebagai satu kesatuan
dan saling berkaitan.
d. Bimbingan berdasarkan pada pengakuan atas kemampuan
individu untuk menentukan pilihan. Ini mengandung makna bahwa setiap siswa
memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan sendiri tentang apa yang akan dia
lakukan.
e. Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses
pendidikan. Proses pendidikan bukanlah proses pengembangan aspek intelektual
semata, melainkan proses pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa.
f. Bimbingan dimaksudkan untuk membentuk siswa
merealisasikan dirinya. Ini berarti bahwa bantuan di dalam proses bimbingan
diarahkan untuk membantu siswa memahami dirinya, mengarahkan diri kepada tujuan
yang realistic dan mencapai tujuan yang realistik itu sesuai dengan kemampuan
diri dan peluang yang di peroleh.
3.
Tujuan bimbingan dan konseling
Secara
khusus Yusuf dan Nurihsan (2010:14) menjelaskan tujuan-tujuan pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling dibedakan sesuai dengan kaitanya masing-masing
pada aspek yang ada yaitu, pencapaian tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi (1)
aspek pribadi-sosial, (2) aspek belajar (akademik), (3) aspek karir.
1.
Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah sebagai berikut:
a.
Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/ Madrasah,
tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
b.
Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain,
dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
c.
Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang
bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak
menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai
dengan ajaran agama yang dianut.
d.
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif
dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik
fisik maupun psikis.
e.
Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri
sendiri dan orang lain.
f.
Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara
sehat
g.
Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau
menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
h.
Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam
bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
i.
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human
relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan,
persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
j.
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik
(masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
k.
Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara
efektif.
2.
Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah sebagai berikut:
a.
Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek
belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses
belajar yang dialaminya.
b.
Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif,
seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian
terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang
diprogramkan.
c.
Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang
hayat.
d.
Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang
efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat
pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
e.
Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan
perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan
tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan
berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan
wawasan yang lebih luas.
f.
Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk
menghadapi ujian
3.
Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek karir adalah sebagai berikut:
a.
Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan
kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
b.
Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan
informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
c.
Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam
arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal
bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
d.
Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan
menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang
pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
e.
Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir,
dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang
dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan
kesejahteraan kerja.
f.
Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu
merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai
dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
g.
Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan
arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia
senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan
dengan karir keguruan tersebut.
h.
Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat.
Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan
dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu
memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan
apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
i.
Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil
keputusan karir.
4. Fungsi bimbingan dan
konseling
Prayitno
& Amti (2008) secara umum terdapat 5
(lima) fungsi dari layanan bimbingan dan konseling yaitu
a.
Fungsi pemahaman;
b.
Fungsi pencegahan dan pengembangan;
c.
Fungsi penyesuaian diri; dan
d.
Fungsi pemecahan atau pengentasan masalah.
5. Asas Bimbingan dan Konseling
Keberhasilan bimbingan dan konseling
juga sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas dalam bimbingan dan
konseling. Prayitno & Amti (2008) beberapa asas yang yang perlu
diperhatikan dalam bimbingan dan konseling adalah asas kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan,
keterpaduan, keharmonisan, keahlian, dan alih tangan kasus, serta asas tut wuri
handayani.
6.
Macam-macam layanan bimbingan dan konseling
:
Prayitno
& Amti (2008) macam-macam
layanan bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a.
Layanan Orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik,
untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang
baru itu.
b.
Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan
dan jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan
keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien).
c.
Layanan Penempatan dan
penyaluran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan
dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program
latihan, magang, kegiatan ektrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, minat
erta kondisi pribadinya.
d.
Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai
meteri pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya, serta
berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
e.
Layanan Konseling
Individual
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru
pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang
dideritanya.
f.
Layanan Bimbingan
Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan
dari nara sumber tertentu (teruama dari guru pembimbing) dan/atau membahas
secara bersama-ama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk
menunjanguntuk pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari
dan/atau untuk pengembangan kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun
sebagai pelajar, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau
tindakan tertentu.
g.
Layanan Konseling
Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan
yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah
maalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
A. Hakekat
Anak Berkesulitan Belajar
1. Pengertian
anak berkesulitan belajar
Secara umum kesulitan belajar adalah suatu
kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu
menyebabkan siswa tersebut mengalami kegagalan atau kurang berhasil dalam
mencapai tujuan pembelajaran. (Thursan Hakim,2004).
Kesulitan belajar spesifik menunjukkan gangguan
dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa ujaran atau bahasa tulisan. Gangguan tersebut nampak pada gangguan
dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau
berhitung. Batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan
perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan ini
tidak mencakup anak-anak yang yang mengalami kesulitan belajar yang penyebab
utamanya berasal dari hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik,
hambatan karena retardasi mental, karena gangguan emosional atau karena
kemiskinan lingkungan, budaya, atu ekonomi (AS Dinas Pendidikan, 1968, hal. 34)
dalam Richard. M Gargiulo (2012).
Pengertian lain dari kesulitan belajar (Abdurrachman,1995)
a. Learning
Disorder atau kekacauan belajar
adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan,
akan tetapi belajarnya terganggu atauterhambat oleh adanya respons-respons yang
bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi
yang dimilikinya. Contoh: siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras
seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam
belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
b. Learning
Disfunction
merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut
tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat
dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh, siswa yang yang memiliki postur
tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun
karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai
permainan volley dengan baik.
c. Under
Achiever
mengacu kepada siswa yang sesungguhnya
memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi
prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites
kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ =
130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
d. Slow
Learner atau lambat belajar
adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa
lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e. Learning
Disabilities atau ketidakmampuan belajar
mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu
belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi
intelektualnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam
pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam
perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif.
Dari beberapa pengertian di atas, jadi yang
dimaksud dengan kesulitan belajar disini adalah segala sesuatu yang menghambat
proses belajar siswa baik yang bersifat internal maupun eksternal yang berpengaruh
terhadap kesuksesan dan prestasi belajar siswa di sekolah serta tidak
teroptimalkanya potensi dalam diri siswa tersebut.
2. Klasifikasi
Kesulitan Belajar
Abdurrachman & Sudjadi (1995) Secara garis besar kesulitan belajar
dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, sebagai berikut: (1) kesulitan
belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning
disabilities); dan (2) kesulitan belajar akademik (academic learning
disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup
gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan
kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik
menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang
sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan tersebut mencakup penguasaan
keterampilan dalam membaca, menulis, dan
atau matematika.
Kesulitan belajar akademik dapat diketahui
oleh guru atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu atau beberapa
kemampuan akademik. Sebaliknya, kesulitan belajar yang bersifat perkembangan
umumnya sukar diketahui, baik oleh orang tua maupun guru karena tidak ada
pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti halnya dalam bidang akademik.
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering tampak sebagai
kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya keterampilan
prasyarat, yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat
menguasai bentuk keterampilan berikutnya.
Meskipun beberapa kesulitan belajar yang
berhubungan dengan perkembangan sering berkaitan dengan kegagalan dalam
pencapaian prestasi akademik, hubungan antara keduanya tidak selalu jelas. Ada
anak yang gagal dalam belajar membaca yang menunjukkan ketidakmampuan dalam
fungsi-fungsi perseptual motorik, tetapi ada pula yang dapat belajar membaca
meskipun memiliki ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motorik.
Untuk mencapai prestasi akademik yang
memuaskan, seorang anak memerlukan penguasaan keterampilan prasyarat. Anak yang
memperoleh prestasi belajar yang rendah karena kurang menguasai keterampilan
prasyarat, umumnya dapat mencapai prestasi akademik yang diharapkan setelah
lebih dahulu anak menguasai keterampilan prasyarat tersebut. Untuk dapat
menyelesaikan soal matematika bentuk cerita misalnya, seorang anak harus
menguasai lebih dahulu keterampilan membaca pemahaman. Untuk dapat membaca,
seorang anak harus sudah berkembang kemampuannya dalam melakukan diskriminasi
visual maupun auditif, ingatan visual maupun auditoris, dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian.
Salah satu kemampuan dasar yang umumnya
dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk
memusatkan perhatian atau yang sering disebut perhatian selektif. Perhatian
selektif adalah kemampuan untuk memilih salah satu di antara sejumlah
rangsangan seperti rangsangan auditif, taktil, visual, dan kinestetik yang
mengenai manusia setiap saat.
3. Karakteristik
anak berkesulitan belajar
Dalam kesempatan ini kita akan membahas
karakteristik anak berkesulitan belajar akademi sering disebut pula sebagai specific
learning disabilities.
a. Anak
berkesulitan belajar membaca (disleksia)
Disleksia menunjuk kepada anak yang
tidak dapat membaca sekalipun penglihatan, pendengaran,
dan intelegensinya normal (bahkan ada yang intelegensinya di atas rata-rata)
serta keterampilan bahasanya sesuai. Disleksia ini akibat faktor neurologis dan
tidak dapat diatributkan pada faktor kedua misalnya lingkungan atau sebab-sebab
sosial.
Ø Karakteristik
-
Membaca
lamban, turun naik intonasinya, dan membaca kata demi kata,
-
Sering
membalik huruf dan kata-kata,
-
Pengubahan
huruf pada kata,
-
Kacau
terhadap kata-kata yang hanya sedikit berbeda susunannya misalnya: bau, buah,
batu, buta,
-
Sering
menebak dan mengulang kata-kata dan frase.
b. Anak
berkesulitan belajar menulis (disgrafia)
Disgrafia mengacu kepada anak yang
mengalami hambatan dalam menulis meskipun ia tidak mengalami gangguan dalam
motoriknya, visualnya, dan intelegensinya normal, bahkan ada yang di atas
rata-rata. Hambatan ini juga bukan diakibatkan oleh masalah-masalah ekonomi dan
sosial.
Ø Karakteristik
-
Lambat
ketika menulis
-
Kesulitan
menggunakan spasi antar huruf atau antar kata
-
Tulisan
tidak terbaca oleh orang lain dan dirinya sendiri
-
Tulisan
terlalu tipis atau terlalu menekan
-
Sering
menulis suatu angka atau huruf mirip dengan yang lain. Misalnya, 3 dengan 5, k
dengan h, t dengan r.
c. Kesulitan
belajar matematika (diskalkulia)
Kesulitan belajar matematikan
disebut juga diskalkulia (dyscalculia) (Lerner, 1988:430). Istilah
diskalkulia memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan
gangguan system saraf pusat.
Ø Karakteristik
Menurut Lerner (1981:357) ada
beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu:
-
Gangguan
hubungan keruangan, Kesulitan dalam memahami konsep atas-bawah, puncak-dasar,
jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, dan awal-akhir.
-
Abnormalitas
persepsi visual. Anak mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam
hubungannya dengan kelompok atau set.
-
Kesulitan
mengenal dan memahami symbol
4. Faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar
Mercer & Pullen, 2009 dalam Richard. M
Gargiulo (2012).Cedera otak tentunya merupakan salah satu penyebab kesulitan
belajar yang dapat terjad terjadi sebelum, saat dan setelah melahirkan.
a. Penyebab
sebelum kelahiran
·
Merokok
·
Obat
terlarang
·
Penggunaan
alkohol
b. Penyebab
saat kelahiran
·
Kelahiran
yang sulit
·
Anoxia
·
Prematuritas
/ berat badan lahir rendah
·
Trauma
yang disebabkan oleh alat medis seperti forceps
c. Penyebab
setelah kelahiran
·
Stroke
·
gegar
otak
·
Meningitis
/ ensefalitis
·
Demam
tinggi
·
Cedera
kepala akibat jatuh atau kecelakaan
Adapun sejumlah faktor lain juga merupakan penyebab kesulitan belajar. Abdurrachman & Sudjadi (1995) Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar itu, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Faktor
internal
·
Faktor
Fisiologi
Seorang
anak yang sakit atau kurang sehat akan mengalami kelemahan fisik, sehingga saraf sensorik dan motoriknya lemah
akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke
otak. Anak yang kurang sehat akan mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah
lelah, pusing, mengantuk,daya konsentrasinya berkurang dan kurang bersemangat
dalam belajar.
Ahmad
Thanthowi (1991 : 106) dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995) mengatakan: “Karena sakit-sakitan,
maka menjadi sering meninggalkan sekolah. Demikian juga dalam upaya belajar di
rumah frekuensi belajar dapat menjadi menurun. Maka badan yang sehat dan segar
amat berpengaruh bagi tercapainya sukses belajar.”
Gangguan
serta cacat mental pada seseorang juga sangat mengganggu hal belajar orang yang
bersangkutan. Bagaimana orang dapat belajar dengan baik apabila ia sakit
ingatan, sedih, frustrasi atau putus asa.”
Bila
seorang anak mengalami sakit yang lama, maka sarafnya akan bertambah lemah,
sehingga ia tidak dapat mengikuti pelajaran untuk beberapa hari dan
pelajarannya pun tertinggal. Selain itu cacat tubuh pun dapat menyebabkan
seorang anak mengalami kesulitan belajar.
·
Faktor Psikologi
Belajar
memerlukan kesiapan rohani dan kesiapan mental yang baik, dan yang termasuk
dalam faktor psikologi adalah:
-
Inteligensi
-
Bakat
-
Minat
-
Motivasi
b. Faktor Eksternal
·
Faktor orang tua
Keluarga
merupakan pusat pendidikan utama dan pertama, tetapi dapat juga sebagai faktor
penyebab kesulitan belajar. Dalam hal ini orang tua memiliki peranan penting
dalam rangka mendidik anaknya,karena pandangan hidup, sifat dan tabiat seorang
anak, sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya.
Yang
termasuk faktor ini antara lain adalah:
-
Bimbingan dan didikan orang tua
Orang tua yang tidak tahu atau kurang memperhatikan
kemajuan belajar anak-anaknya akan menjadi penyebab kesulitan belajar anak-anak
memerlukan bimbingan orang tua agar bersikap dewasa dan tanggung jawab belajar
tumbuh pada diri anak. Orang tua yang bekerja dapat mengakibatkan anak tidak
memperoleh bimbingan atau pengawasan dari orang tuanya, sehingga anak akan
mengalami kesulitan belajar.
-
Hubungan orang tua dan anak
Faktor
ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Kasih sayang dari
orang tua menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya kasih sayang akan
menimbulkan emosional insecurity. Seorang anak akan mengalami kesulitan
belajar apabila tidak ada atau kurangnya kasih sayang dari orang tua.
-
Suasana rumah atau keluarga
Suasana
rumah yang sangat ramai atau gaduh, mengakibatkan anak tidak dapat belajar
dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar belajar.
-
Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi digolongkan dalam:
§
Ekonomi yang kurang
atau miskin keadaan ini akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar,
kurangnya biaya dan anak tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Ketiga hal tersebut
akan menjadi penghambat bagi anak untuk dapat belajar dengan baik dan hal
tersebut juga dapat menghambat kemajuan belajar anak.
§
Ekonomi yang
berlebihan (kaya). Keadaan ini sebaiknya dari keadaan yang pertama, yaitu
ekonomi keluarga yang melimpah ruah. Mereka akan menjadi malas belajar karena
ia terlalu banyak bersenang-senang mungkin orang tua tidak tahan melihat
anaknya belajar dengan bersusah payah keadaan seperti ini akan dapat menghambat
kemajuan belajar.
·
Faktor sekolah
Yang termasuk
dengan faktor sekolah antara lain adalah:
-
Guru
Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar apabila
guru tidak memenuhi syarat sebagai seorang pendidik, contohnya: hubungan
guru kurang baik dengan siswa dan guru menuntut standar pelajaran di atas
kemampuan anak. Seorang guru dituntut harus dapat mengelola komponen-komponen
yang terkait dalam mendidik para siswa
-
Alat pelajaran
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian
pelajaran tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya
alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.
-
Kondisi gedung
Apabila gedung sekolah dekat dengan keramaian, ruangan
gelap dan sempit maka situasi belajar akan kurang baik karena sangat mengganggu
konsentrasi sehingga kegiatan belajar terhambat. Dalam belajar dibutuhkan
konsentrasi penuh sehingga siswa akan dengan mudah dalam memahami pelajaran
yang sedang dibahas.
-
Kurikulum
Kurikulum dapat dikatakan kurang baik apabila
bahan/materinya terlalu tinggi dan pembagian bahan/materi tidak seimbang. “Kurikulum
yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah yang memenuhi tuntutan masyarakat
dikatakan kurikulum itu baik dan seimbang. Kurikulum ini juga harus mampu
mengembangkan segala segi kepribadian siswa. Di samping kebutuhan siswa sebagai
anggota masyarakat.”(Slameto, 2003 : 93)
-
Waktu sekolah dan disiplin kurang
Waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari, karena
kondisi anak masih dalam keadaan yang optimal untuk dapat menerima atau
menyerap pelajaran. Apabila sekolah masuk siang atau sore kondisi siswa sudah
tidak optimal lagi untuk menyerap pelajaran, karena energi mereka sudah
berkurang. Selain itu pelaksanaan disiplin yang kurang juga dapat menjadi
penghambat dalam proses belajar mengajar.
Selain
faktor-faktor di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga dapat menimbulkan
kesulitan belajar yaitu sindrom psikologis berupa learning
disability (ketidakmampuan belajar) (syah, 1999 : 166) dalam Abdurrachman
& Sudjadi (1995). Faktor-faktor
tersebut adalah:
§
Disleksia (dyslexia)
yaitu ketidakmampuan belajar membaca.
§
Disgrafia
(dysgraphia) yaitu ketidakmampuan belajar menulis.
§
Diskalkulia
(discalculia), yaitu ketidakmampuan belajar matematika.
·
Faktor media masa dan lingkungan sosial
-
Faktor media masa
meliputi; bioskop, surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Hal-hal tersebut
dapat menjadi penghambat dalam belajar apabila terlalu banyak waktu yang
digunakan untuk hal-hal tersebut, hingga melupakan belajar.
-
Lingkungan sosial,
seperti teman bergaul, tetangga dan aktivitas dalam masyarakat. Ketiga faktor
tersebut sangat berpengaruh terhadap proses belajar anak, misalnya anak terlalu
banyak berorganisasi, hal ini dapat menyebabkan belajar anak menjadi
terbengkalai.
5.
Karakteristik anak berkesulitan belajar
Selama bertahun-tahun, orang tua, pendidik, dan
profesional lainnya telah mengidentifikasi berbagai berbagai karakteristik yang
berhubungan dengan ketidakmampuan belajar. Salah satu profil awal, dikembangkan
oleh Clements (1966), dalam Richard. M
Gargiulo (2012) meliputi:
·
Hiperaktif
·
perseptual-motor
gangguan
·
Emosional
lability
·
Koordinasi
Masalah
·
Gangguan
perhatian
·
Impulsif
·
Gangguan
memori dan berpikir
·
Akademik
kesulitan
·
Bahasa
defisit
·
neurologis
tanda Equivocal
Ariel, (1992) dalam Richard. M Gargiulo
(2012).Orang tua dari anak-anak dengan cacat belajar telah menggambarkan banyak
perilaku yang sama. (2009) baru-baru ini daftar Lerner dan Johns meliputi
karakteristik perilaku individu dengan ketidakmampuan belajar:
·
Gangguan
perhatian
·
kemampuan
motorik Buruk
·
defisit
proses psikologis dan pengolahan informasi masalah
·
Kurangnya
strategi kognitif yang diperlukan untuk pembelajaran yang efisien
·
kesulitan
bahasa Oral
·
kesulitan
membaca
·
masalah
bahasa tertulis
·
Kuantitatif
gangguan
·
Kurangnya
keterampilan sosial
B. Layanan
bimbingan konseling bagi anak berkesulitan belajar
Layanan
bimbingan merupakan bagian dan penunjang yang tak terpisahkan dari keseluruhan
kegiatan pendidikan termasuk pada kegiatan pendidikan untuk anak berkesulitan belajar
dan mencakup seluruh tujuan dan fungsi bimbingan. Syaodah & Agustin (2008)
Dilihat dari tujuan dan materinya, lingkup layanan bimbingan untuk anak berkesulitan
belajar mengutamakan penekanan pada jenis kegiatan berikut ini:
a. Bimbingan
pribadi-sosial
Bimbingan pribadi sosial ini dimaksudkan
untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial anak dalam
mewujudkan pribadi yang mampu menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan
lingkungan secara baik.
Bimbingan pribadi sosial merupakan
bimbingan untuk membantu anak dalam memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial.
Biasanya yang tergolong dalam masalah pribadi sosial adalah masalah hubungan
dengan sesama teman, dengan guru pendamping di tempat belajar, masalah
penerimaan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar dan masyarakat
tempat tinggal anak.
Bimbingan pribadi-sosial diarahkan untuk
memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan anak dalam menangani
masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada
pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik
pribadi serta ragam permasalahan yang dihadapi anak.
Bimbingan pribadi-sosial diberikan dnegan
cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab,
mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif, serta
keterampilan-keterampilan sosial pribadi yang tepat.
Bimbingan pribadi-sosial
yang memuat layanan bimbingan yang bersentuhan dengan:
1.
Pemahaman diri.
2.
Mengembangkan sikap positif
3.
Membuat pilihan kegaiatan secara sehat
4.
Menghargai orang lain
5.
Mengembangkan rasa tanggungjawab
6.
Mengembangkan keterampilan hubungan antar
pribadi
7.
Keterampilan menyelesaikan masalah
8.
Membuat keputusan secara baik
b. Bimbingan
belajar
Bimbingan belajar dimaksudkan untuk
mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan belajar merupakan
bimbingan yang diarahkan untuk membantu para anak dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah belajar.
Bimbingan belajar dilakukan dengan cara
mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari
kesulitan belajar. Para guru/pendamping membantu anak mengatasi kesulitan
belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu anak agar sukses
dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri tehadap semua tuntutan belajar,
para pembimbing berupaya memfasilitasi indvidu dalam mencapai tujuan akademik
yang diharapkan dengan berbagai cara, misalnya membantu mengembangkan
kreatifitas pada anak melalui kegiatan bermain.
Bimbingan belajar,
memuat layanan yang berkenaan dengan:
1.
Belajar yang benar
2.
Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
3.
Mencapai prestasi belajar secara optimal
sesuai dengan bakat dan kemampuannya
4.
Keterampilan untuk menghadapi ujian
c. Bimbingan
karier
Bimbingan karier yaitu bimbingan ntuk
membantu anak dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah
karier, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman
kondsi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan
karier, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karier yang
dihadapi secara sederhana.
Bimbingan karier juga merupakan layanan
pemenuhan kebutuhan perkembangan anak sebagai bagian integral dari program
pendidikan. Bimbingan karier terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif,
afektif, maupun keterampilan individu dalam mewujudkan konsep diri yang
positif, memahami proses pengambilan keputusan maupun perolehan pengetahuan
dalam keterampilan yang akan membantu
dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang terus berubah.
Dari uaraan diatas, dapat dsimpulkan bahwa
bimbingan karier merupakan upaya bantuan tehadap anak agar dapat mengenal dan
memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depannya yang
sesuai dengan kehidupannya yang diharapkan. Lebih lanjut dengan layanan bimbingan karier anak mampu
menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggungjawab atas
keputusan yang diambilnya sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya secara
bermakna di masa yang akan datang.
Bimbingan pengembangan karier, meliputi:
1.
Mengenali macam-macam dan ciri-ciri
berbagai jenis pekerjaan
2.
Menentukan cita-cita dan merencanakan masa
depan
3.
Mengeksplorasi arah pekerjaan
4.
Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan
minat dengan jenis pekerjaan
C.
Layanan
Bimbingan Belajar sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar
1.
Konsep
Dasar Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar (Winkel, 1997:140) dalam
Prayitno & Amti (2008) merupakan bimbingan dalam hal menemukan cara belajar
yang tepat, memilih program studi yang
sesuai dan mengatasi kesukaran yang
timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi
pendidikan.
Bimbingan
belajar yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu individu menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah akademik (Prayitno,2008).
Bimbingan
belajar (Winkel, 1997) dalam Prayitno & Amti (2008) merupakan bimbingan
dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, memilih program studi yang sesuai
dan mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar
di sutu institusi pendidikan.
Dari
paparan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
·
Merupakan
bantuan yang diberikan kepada peserta didik
·
Bertujuan
untuk mengatasi kesulitan belajar dan membantu pencapaian tujuan belajar
sehingga mampu mencapai hasil yang maksimal
·
Menemukan
cara belajar yang tepat, memilih program studi, menciptakan suasana belajar
yang kondusif
Bimbingan
belajar dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang
kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing membantu siswa
mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu
siswa sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua
tuntutan pendidikan. Dalam bimbingan belajar, pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam
mencapai tujuan akademik yang diharapkan.
Bimbingan
belajar sebagian besar dilakukan melalui
kegiatan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk
mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri klien. Bimbingan kelompok
dapat berupa penyampaian informasi atau aktivitas kelompok yang membahas
masalah-masalah belajar. Bimbingan kelompok
dilaksanakan dalam kelompok kecil, sedang, besar ataupun kelas.
Bimbingan
belajar tak hanya dilakukan melalui kegiatan bimbingan kelompok saja, sebagian
kecil juga dapat dilakukan melalui konseling individual karena kemungkinan terdapat kasus yang harus
ditangani secara khusus. Konseling
membantu individu lebih mengerti diri sendiri, mampu mengeksplorasi dan
memimpin diri sendiri dan penyelesaian tugas-tugas kehidupannya. Proses konseling
lebih bersifat emosional, diarahkan kepada perubahan sikap, perubahan pola-pola
hidup sebab hanya dengan perubahan-perubahan tersebut memungkinkan terjadinya
perubahan perilaku dan pemecahan masalah.
2.
Program
Layanan Bimbingan Konseling Anak Berkesulitan Belajar
Rancangan layanan bimbingan dan konseling
dibuat dengan memperhatikan permsalahan dan kebutuhan anak berkesulitan
belajar.
Contoh program layanan bimbingan belajar
pendekatan teori perilaku memandang bahwa
membaca merupakan bentuk kemampuan yang kemampuan dan hambatannya tampak pada
saat proses membacanya sendiri. Ketidaklancaran membaca merupakan salah satu
bentuk hambatan yang sering tampak.
Model
layanan pembelajaran yang ditawarkan oleh pendekatan pembelajaran
ini berupa kegiatan remediasi, seperti:
·
Pembiasaan
membaca huruf, suku kata, kata dan kalimat yang secara bertahap taraf
kesulitannya kian ditingkatkan
·
Pengenalan
huruf, suku kata, kata dan kalimat, terutama pada bagian di mana anak kerap
menunjukkan kesulitan.
·
Rekomendasi
: Metode Bunyi untuk aktivitas membaca
permulaan dan Metode Linguistik untuk aktivitas membaca pemahaman
Untuk
lebih jelasnya akan divisualisasikan sebagai berikut:
a) Metode
bunyi atau fonik
Metode membaca
permulaan dengan pendekatan perilaku
·
Prinsip
1. Menamai
huruf sesuai dnegan bunyinya
Misalnya Huruf “K”
dibunyikan ek/ke
Huruf
“G” dibunyikan eg/ge
·
Langkah-langkah
1. Anak
diperintahkan menggunakan bunyi huruf saat mengeja
2. Anak
memanjangkan bunyi huruf tersebut saat akan menyambungkan dengan bunyi huruf
lain
3. Pengajaran
dimulai dengan susunan huruf KV-KV lalu dilanjutkan dengan pola huruf lain
yang lebih rumit
4. Anak
dikenalkan dengan bunyi konsonan rangkap sebagai suatu kesatuan bunyi
misalnya konsonan –ng/ny/
5. Selain
itu anak juga dikenalkan dengan bunyi diftong (vokal rangkap) sebagai suatu
kesatuan bunyi misalnya diftong—ai/au/ao/
(Kirk & Minskoff, dalam Lenner, 2000)
|
Sumber: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Depdiknas 2007
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan akhir pelayanan
bimbingan berkesulitan belajar ini sama
dengan tujuan pendidikan di sekolah, tetapi cara untuk sampai pada tujuan itu
lain yang digunakan dalam bidang-bidang pendidikan sebagaimana yang dikemukakan
oleh W.S. Winkel dalam Prayitno (2008) Bimbingan disekolah merupakan bidang khusus dalam keseluruhan
pendidikan sekolah yaitu memberikan pelayanan yang ditangani oleh ahli-ahli
yang telah disiapkan untuk itu.
Ciri khas dari pelayanan ini
terletak dalam hal memberikan bantuan mental atau psikologis kepada murid dalam
membulatkan perkembangannya. Tujuan dari pemberian bimbingan ialah supaya
setiap murid berkembang sejauh mungkin untuk mengambil manfaat sebanyak mungkin
dari pengalamannya disekolah, mengingat ciri-ciri pribadinya dan tuntunan
kehidupan dalam masyarakat sekarang.
Dengan adanya peranan dan bimbingan terserbut diharapkan
semua persoalan yang dihadapi anak didik dapat diantisipasi sedini mungkin.
Menurut Bimo Walgito bimbingan dan penyuluhan di sekolah dapat dilaksanakan
dengan bermacam sifat :
3. Preventif, yaitu bimbingan
yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah jangan sampai timbul kesulitan yang
menimpa diri anak atau individu.
4. Korektif, yaitu memecahkan
dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh individu.
5. Preservatif, yaitu
memelihara atau mempertahankan yang telah baik, jangan sampai menjadi keadaan
yang tidak baik (Prayitno & Amti, 2008)
Dari uraian tersebut dapat ditarik benang
merah bahwa peranan dari pada bimbingan dan penyuluhan bagi anak berkesulitan belajar sangat
diperlukan oleh siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan dari pada pendidik dan
pengajaran.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan pada pembahasan dan
kesimpulan di atas, maka penulis merekomendasikan agar:
1.
Sebelum
meberikan layanan bimbinga belajar bagi peserta didik berkesulitan belajar,
sebaiknya terlebih dahulu mengumpulkan berbagai informasi menegani letak kesulitan
yang dihadapi peserta didik, agar lebih mudah dalam pembuatan perencanaan
layanan bimbingan belajarnya.
2.
Dalam
pemberian layanan bimbingan belajar bagi peserta didik berkesulitan belajar
eharusnya guru, konselor, dan staf sekolah yang lain saling bekerja sama, agar
proses layanan bimbingan belajar dapat berjalan efektif.
3.
Diperlukan
menggunakan beberapa pendekatan dalam pemberian layanan bimbingan belajar, agar
proses bimbingan tidak terkesan kaku.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrachman & Sudjadi. 1995. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta.
Depdikbud
Cargiulo. Richard M. 2012. Special Education in Contemporary Society. University
of Alabama at Birmingham
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT
Rineka Cipta
Prayitno & Amti.2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta.Rineka Cipta
Model
Kurikulum Bagi Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar. 2007. Pusat
Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar