BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya
Indonesia memiliki banyak anak-anak yang tergolong memiliki kecerdasan dan
bakat istimewa. Keberadaan anak-anak ini belum disadari sepenuhnya oleh para
pendidik (guru). Jika kita mengacu pada data di atas maka kita akan menemukan keberadaan mereka dalam setiap
populasi di sekolah. Anak-anak ini terkadang memang sulit untuk disadari karena
potensi mereka sering tertutup oleh masalah/gangguan perilaku, keadaan social
budaya, dan kondisi lain yang menyebabkan mereka menjadi sulit untuk menunjukkan
kemampuan
yang dimilikinya.
Sebagaimana yang sering terjadi pada
kasus-kasus anak berbakat. Mereka sering dituduh sebagai anak nakal, pemalas,
suka mengganggu, atau bahkan disebut anak bodoh. Sesungguhnya perilaku negative
yang muncul dari anak berbakat itu lebih disebabkan oleh banyak factor,
diantaranya pembelajaran yang tidak mampu mengakomodasi kemampuan dan kebutuhan
belajarnya. Tentunya itu sangat merugikan.
Sangat disayangkan bila kondisi ini terus terjadi. Jika terus terjadi
maka kita akan banyak kehilangan generasi unggul.
Kerugian besar bagi kita jika
anak-anak berbakat ini tidak dapat mengaktualisasikan potensinya. Sebaliknya,
apabila mereka mampu mengaktualisasikan potensinya maka bangsa ini akan
memperoleh manfaat yang besar dari hasil-hasil karya mereka. Jangan sampai
terjadi lagi, banyak diantara mereka “dibajak” oleh negara lain. Contohnya
dalam setiap kegiatan olimpiade sains
tingkat internasional, negara-negara seperti Singapura atau Korea sering
melakukan pendekatan ke peserta dari Indonesia dengan jalan “mengiming-ngiming”
pekerjaan dan kesejahteraan agar anak-anak cerdas itu bersedia mengabdi pada
mereka.
Seharusnya kita sendiri yang harus
lebih peduli terhadap potensi yang dimiliki oleh anak-anak tersebut. Kepedulian
itu perlu dikembangkan mulai dari para pendidik sebagai ujung tombak
keberhasilan pendidikan bagi mereka itu. Para pendidik harus menyadari bahwa di
dalam kelas tempat ia melakukan proses
pembelajran terdapat keberagaman kemampuan belajar yang dimiliki oleh peserta
didik/siswanya. Itu harus disadari dan diperhatikan secara seksama sehingga
proses pembelajaran yang dilakukan akan mempedulikan keberagaman itu. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan antara lain bahwa "warga negara yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus" (Pasal
5, ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan
bakat, minat dan kemampuannya" (pasal 12, ayat 1b). Hal ini pasti
merupakan berita yang menggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat
khusus dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan
sebaik-baiknya.
Di kelas-kelas Taman Kanak-Kanak
atau Sekolah Dasar anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan prestasi yang
menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan,
misalnya: tulisannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar,
terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang
menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yang tidak
diajarkan di kelas.
Tulisan anak berbakat sering kurang
teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif
(pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan
tangan dan jari untuk menulis.
Perkembangan pikirannya jauh lebih cepat daripada perkembangan motoriknya.
Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan
perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena
pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya.
Berdasarkan kondisi demikian
dibutuhkan layanan konseling yang diharapkan dapat mengaktualkan potensi yang
dimiliki oleh anak-anak berbakat itu. Layanan ini dapat dilakukan teritegrasi
dengan progam pembelajaran dan kegiatan sekolah lainnya. Sehingga penting
sekali untuk dipahami tentang konsep keberbakatan ini, identifikasinya,
permasalahan yang dihadapi, dan kebutuhan layanan bimbingan dan konselingnya.
B.
Permasalahan
berdasarkan uraian
latar belakang di atas, maka adapun permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Apakah
konsep dari keberbakatan itu?
2. Bagaimana
mengindetifikasi keberbakatan?
3. Bagaimana
kebutuhan bimbingan konseling bagi anak berbakat?
C.
Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini anatara lain sebagai
berikut:
1. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah bimbingan konseling bagi anak berkebutuhan khusus.
2. Untuk
mengetahui konsep keberbakatan
3. Untuk
mengetahui identifikasi anak berbakat
4. Untuk
mengetahui kebutuhan BK bagi anak berbakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Anak Berbakat
Banyak istilah keberbakatan
(anak berbakat) yang digunakan di psikologi seperti gifted, talented,genius dan prodigy ternyata
tidak memiliki satu definisi atau batasan yang sama.
Abdurrachman
& Sudjadi (1995) Istilah gifted ditujukan untuk orang,
anak didik atau siswa yang memiliki kemampuan akademis (secara umum) yang
tinggi, yang ditandai dengan didapatkannya skor IQ yang tinggi pada pengerjaan
tes kecerdasan/intelegensi, sedangkan talented adalah kebalikannya,
ditujukan untuk orang yang memiliki kemampuan unggul dalam bidang akademis yang
khusus (seperti matematika, bahasa), juga bidang seni, musik, dan drama. Jadi
kalau gifted itu ditujukan untuk kemampuan akademis secara
umum, sedangkan talented ditujukan untuk dua kemampuan unggul:
-
Bidang akademis
khusus
-
Bidang non-akademis
Contoh orang yang talented bisa
diwakili oleh Bung Karno yang sangat jago dalam berpidato dan jago menguasai
massa. Presiden Soekarno (EYD: Sukarno) dapat berpidato berjam-jam tanpa jeda
dan tanpa teks, dan anehnya pendengarnya tidak jenuh-jenuh dan tetap serius
mendengarkan beliau.
Adapun
bedanya gifted dan genius (jenius)?Genius merujuk
pada individu yang telah menampilkan kemampuan tingkat tinggi yang luar biasa
pada prestasi bermakna, sedangkan giftedadalah secara umum merujuk
pada mereka yang menampilkan tanda-tanda atau indikasi kemampuan superior.
Jadi, seorang gifted belum tentu orang yang jenius, sebab gifted belum
tentu memberikan kontribusi unik pada lingkungannya dalam kurun tertentu,
tetapi orang jenius sudah pasti seorang gifted. Contoh orang jenius
bisa diwakili oleh Bapak B.J. Habibie yang banyak memberikan kontribusi
yang mengagumkan dalam bidang teknologi penerbangan di Indonesia dan dunia,
juga berkontribusi atas perkembangan demokrasi di Indonesia.
Istilah prodigy (anak
ajaib) merujuk pada anak yang mampu berprestasi secara menakjubkan dalam bidang
keterampilan tertentu seperti matematika, catur dan musik. Jadi prodigy ini
boleh dibilang sama dengan talented menurut pengertian di
atas. Contoh orang seperti ini barangkali bisa diwakili oleh Utut
Adianto, seorang pecatur yang sering
dianggap sebagai yang terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Ia adalah
Grandmaster (GM) Indonesia berperingkat tertinggi di dunia saat ini. Saat
meraih gelar grand master, ia adalah pecatur Indonesia termuda yang berhasil
mencapai prestasi ini, yaitu pada usia 21 tahun.
Kita
telah mendapat gambaran perbedaan antara anak berbakat, talented, jenius, dan prodigy. Selanjutnya dalam makalah ini
hanya akan diperdalam mengenai hakekat anak berbakat.
1. Pengertian Anak Berbakat
Kirk & Gallagher, dalam Abdurrachman
(1995) pada awalnya, Keberbakatan (giftedness)
memiliki pengertian yang berbeda-beda untuk tiap latar budaya. Dalam kebudayaan
yunani kuno yang dimaksud dengan orang berbakat adalah yang memiliki kecakapan
luar biasa dalam berpidato, sedangkan di
Roma ialah insinyur atau prajurit. Pengertian berbakat di Amerika Serikat pada
mulanya dikaitkan dengan skor tes inteligensi Standford Binet yang dikembangkan
yang dikembangkan oleh Terman setelah perang dunia II. Anak-anak yang memiliki
skor IQ 130 atau 140 dinyatakan sebagai anak berbakat.
Munandar (1982), defenisi keberbakatan di
Indonesia yang disepakati pada seminar pengembangan pendidikan luar biasa di
jakarta pada tanggal 15-17 September 1980 menyatakan bahwa yang dimaksud anak
berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai
anak yang mampu mencapai prestasi tinggi karena mempunyai kemampua-kemampuan
yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukanprogram pendidikan yang
berdeferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa,
agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap
dri sendiri.
Pengertian giftedness atau keberbakatan
telah diungkapkan oleh Joseph S.
Renzulli
(Rahardja, 2006), bahwa keberbakatan itu harus memenuhi tiga area, yaitu
kecerdasan di atas rata-rata, memiliki kreatifitas, dan keterikatan terhadap
tugas/motivasi. Jadi anak berbakat harus memiliki minimal 3 ciri tersebut.
Konsep tersebut dikenal dengan The Three Rings Conception, dapat digambarkan
seperti di bawah ini:
Pada gambar terlihat
bahwa keberbakatan ditunjukkan dalam bagian yang diarsir, yang merupakan
perpaduan dari masing-masing konsep.
Kelebihan-kelebihan mereka bisa nampak dalam tanda-tanda berikut:
§ Kemampuan
inteligensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes
inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
§ Bakat
istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan
lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam
bidang-bidang tersebut.
§ Kreativitas
yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
§ Kemampuan
memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi
orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
§ Prestasi-prestasi
istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari,
lukis, dan lain-lain.
Jelaslah bahwa keberbakatan dapat meliputi
macam-macam bidang, dapat bersifat umum atau bersifat khusus. Berbakat atau
gifted dapat berarti : memiliki kemampuan intelektual umum atau bakat-bakat
khusus dalam derajat yang tinggi.
2.
Klasifikasi
Anak Berbakat
Sternberg (Colangelo dan Davis) dalam
Abdurrachman & Sudjadi (1995) mengklasifikasikan keberbakatan berdasarkan
teori triachic dari inteligensi manusia.
Menurut teori tersebut ada tiga macam keberbakatan, yaitu:
a. Keberbakatan
analitik
Keberbakatan analitik meliputi
kemampuan memilah masalah dan memahami bagian-bagian dari masalah tersebut.
Orang yang memiliki keberbakatan analitik mampu melaksanakan dengan baik
tes-tes inteligensi konvensional kerena tes-tes tersebut mengutamakan penalaran
analisis.
Contoh: seorang mahasiswa
memperleh skor yang unggul dalam sekali tes, nilai-nilainya sangat baik. Akan
tetapi mahasiswa tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mengemukakan ide-ide
cemerlang yang berasal dari dirinya sendiri sehingga mengalami kesulitan untuk
menemukan masalah yang ingin dipecahkan melalui penelitian ilmiah untuk
tesisnya.
b.
Keberbakatan sintetik
Keberbakatan sintetik tampak pada
orang yang memiliki kemampuan memahami, intuitif, kreatif, atau benar-benar
cakap dalam mengatasi situasi-situasi yang relatif baru
Contoh: seorang mahasiswa tidak
memperoleh nilai tinggi pada semua tes hasil belajar, namn mahasiswa ini sangat
kreatif dalam mengemukakan ide-ide untuk penelitian baru.
c.
Keberbakatan praktis
Keberbakatan praktis meliputi
penerapan kemampuan analitik maupun sintetik dalam kehidupan sehari-hari, dalam
situasi-situasi pragmatik. Orang yang berbakat praktis dapat masuk ke suatu
lingkungan, memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk
memperoleh keberhasilan dalam lingkungan tersebut dan kemudian melaksanakannya.
Contoh: seorang mahasiswa yang
memiliki kemampuan analitik dan kemampuan sintetis yang tidak terlalu tinggi,
tetapi mampu meraih keberhasilan tinggi dalam dalam memperhitungkan apa yang
perlu dilakukan dalam meraih keberhasilan dalam suatu lingkungan akademik.
3. Karakteristik Anak Berbakat
Berikut
ini secara berturut-turut akan dikaji karakteristik anak-anak yang memiliki
keberbakatan intelektual, keberbakatan akdemik, keberbakatan kreatif,
keberbakatan kepemimpinan dan sosial, dan keberbakatan dalam seni:
a. Keberbakatan
intelektual
Berdasarkan
hasil penelitian Terman dan penelitian-penelitian lain, Kitano dan Kirby dalam
Abdurrachman & Sudjadi (1995) mencoba menyimpulkan karakteristik anak
berbakat intelektual sebagai berikut:
§ Memiliki
perbendaharaan kata-kata yang maju pada usianya.
§ Memiliki
minat yang lebih dini terhadap buku-buku untuk membaca
§ Memiliki
kemampuan membaca lebih awal dan belajar sendiri pada usia dua atau tiga tahun
§ Membaca
secara mandiri dan sering menyukai buku-buku bacaan orang dewasa
§ Cepat
dalam belajar dan mudah mengingat informasi faktual
§ Cepat
memahami hubungan sebab akibat
§ Memiliki
rasa ingin tahu yang besar
§ Lebih
menyukai teman-teman yang usianya lebih tinggi
§ Memiliki
rasa humor yang matang untuk usianya
§ Menyukai
pengalaman-pengalaman baru dan menantang
§ Memiliki
retensi yang tinggi tentang informasi
§ Memiliki
kemampuan yang tinggi dalam membuat perencanaan , pemecahan masalah dan
berpikir abstrak
§ Memiliki
simpanan informasi yang luas tentang berbagai topik
§ Mempunyai
perhatian yang besar terhadap isu-isu tentang baik buruk
b. Keberbakatan
Akademik
Dari
penemuan-penemuan Bloom dan peneliti-peneliti lain, Kitano dan Kirbu (1986)
dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995) mengidentifikasikan karakteristik anak
yang berbakat dalam bidang akademik khusus sebagai berikut:
§ Memiliki
perhatian yang lama terhadap suatu bidang akdemik khusus
§ Memiliki
pemahaman yang dangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang
akademik khusus.
§ Mampu
mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang dpelajari pada
aktivitas-aktivitas dalam bidang-bidang lain
§ Kesediaan
mencurahkan sejumlah besar perhatian dan
usaha untuk mencapai standar yang tinggi dalam suatu bidang akademik
§ Memiliki
sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik khusus dan motivasi
yang tinggi untuk berbuat yang terbaik
§ Belajar
dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.
c. Keberbakatan
kreatif
Menurut
Taft dan Gilchhrist seperti dikutip oleh kitano dan Kirby (1986:77) dalam
Abdurrachman & Sudjadi (1995:193) anak dengan prestasi kreatif tinggi
menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
§ Memiliki
rasa ingin tahu yang besar
§ Cenderung
mengerjakan sesuatu dengan cara mereka sendiri
§ Lebih
menyukai kerja sendiri
§ Senang
bereksperimen tentang apa saja
§ Aktif
berimajinasi
§ Mampu
berpikir dan banyak cara untuk mencapai tujuan
§ Mampu
menghasilkan ide-ide orisinal
§ Memiliki
ketajaman atau rasa humor yang tinggi
§ Memiliki
sensitivitas terhadap keindahan
§ Krang
tertarik pada detail
d. Keberbakatan
kepemimpinan dan sosial
Menurut
Jerecky seperti dikutip oleh kitano dan Kirby (1986:81) dalam Abdurrachman
& Sudjadi (1995:195) karakteristik anak berbakat sosial antara lain:
§ Fisik
yang menarik dan rapi dalam penampilan
§ Diterima
dari mayoritas teman-teman sebaya dan orang dewasa
§ Keterlibatan
dalam beberapa kegiatan sosial
§ Kecenderungan
dipandag sebagai juru pemisah dalam pertengkaran
§ Memiliki
kepercayaan tentang persamaan derajat semua orang dan jujur
§ Memiliki
tenggang rasa
§ Bebas
dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan
dengan situasi
§ Mampu
mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa
§ Memiliki
kepastian yang luar biasa untuk menanggulangi sitasi sosial dengan cerdas,
humor dan pemahaman
e. Keberbakatan
dalam seni
Kitano
dan Kirby (1986:77) dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995:193) karakeristik anak
berbakat dalam bidang seni, baik seni rupa, seni musik, maupun seni drama,
sebagai berikut:
§ Mampu
menyusu nada-nada orisinal
§ Menyukai
aktivitas musikal
§ Merespon
secara sensitif terhadap musik
§ Mengisi
waktu luang dnegan menggambar atau melukis
§ Memperlihatkan
imajinasi yang luar biasa tinggi
§ Memperlihatkan
kemahiran dalam menggambarkan gerakan
§ Memperlihakan
perhatian dalam aktivitas drama secara sukarela
§ Ahli
dalam memainkan peran
§ Secara
mudah mengaitkan cerita-cerita dengan penggunaan secara efektif ekspresi gerak
tubuh dan wajah
B.
Identifikasi
Anak Berbakat
Identifikasi ini
penting dilakukan untuk menemukan anak
berbakat sedini mungkin. Dengan ditemukannya anak berbakat yang ada di dalam
populasi sekolah atau kelas maka potensi mereka akan segera dapat dilayani dan
dikembangkan menjadi kemampuan yang aktual. Untuk melakukan identifikasi guru
dapat dibantu oleh konselor. Bruder FIC (....).
Proses identifikasi anak berbakat merupakan pengembangan dari ciri
atau karakteristik yang telah ditemukan, dengan demikian diharapkan dapat
memperlancar usaha penemuan dan penempatan anak berbakat. Hal tersebut sangat
membantu dalam menetapkan kebutuhan pendidikan anak berbakat. Mengidentifikasi
anak berbakat bukanlah hal yang mudah. Oleh karena banyak anak-anak berbakat di
sekolah tidak menampakkan bakat mereka dan tidak dipupuk. Banyak di antara
mereka berasal dari golongan ekonomi rendah, mengalami masalah emosional yang
menyamarkan kemampuan intelektualnya atau subkultur yang menekan kemampuan
bicara.
Proses awal identifikasi yang lazim digunakan adalah menggunakan
tes inteligensi namun cara ini dianggap memakan biaya, waktu dan tenaga. Untuk
itu ada cara lain yang dianjurkan adalah cara metode majemuk yang merupakan
kombinasi dari penggunaan tes inteligensi dengan observasi dan studi kasus yang
diperoleh dari sumber-sumber di sekitar anak.
Alat-alat yang
digunakan dalam identifikasi berfokus pada beberapa hal, seperti yang
dikemukakan oleh Kirk (1986), yaitu kelancaran (kemampuan untuk memberikan
jawaban bagi pertanyaan yang diberikan), kelenturan (kemampuan untuk memberikan
berbagai macam jawaban atau beralih dari satu macam respons ke respons yang
lain), dan kemurnian (kemampuan untuk memberikan respons yang unik dan layak).
Namun, hal-hal yang ditemukan oleh guru, orang tua, perlu dicek dengan tes
standar dan pengukuran kemampuan objektif lainnya oleh para ahli dalam bidang
tersebut.
Proses identifikasi anak
berbakat
Wahab (tanpa tahun)
mengungkapkan bahwa prosedur yang digunakan dalam proses identifikasi bersifat
nondiskriminatif dikaitkan dengan ras, latar belakang ekonomik, suku, dan
kondisi kecacatan. Ada dua langkah penting dalam identifikasi anak berbakat,
yaitu:
1.
Penjaringan (Screening)
§
Nominasi guru
Observasi guru memungkinkan
evaluasi perkembangan sepanjang waktu. Guru dapat mempertimbangkan cara siswa
memecahkan masalah, seperti juga mempertimbangkan jawabannya. Guru-guru dapat
juga melihat cara siswa menggunakan waktunya, dan cara beberapa indikator
keberbakatan yang telah dikutip untuk diterapkannya. Siswa diminta
menjawab siapa yang paling pintar dan paling membantu di antara mereka dapat
membantu guru dalam melakukan identifkasi.
§
Nominasi orangtua
Orangtua dapat memungkinkan
pemberian rekomendasi berdasarkan pengamatannya yang lama terhadap bakat yang
dimiliki anak. Berkaitan dengan hal tersebut, orangtua dapat memperhatikan
tingkat penguasaan anak dalam tugas intelektual dan minat dan keingintahuan
yang bervariasi. Pada kenyataannya, menyuruh orangtua untuk mempertimbangkan
bakat anak adalah suatu cara yang baik untuk melibatkan orangtua dalam
memberikan informasi yang sangat berharga bagi pemahaman anak yang lebih komprehensif.
§
Nominasi teman sebaya (peer nomination)
Penunjukkan teman sebaya
dapat memberikan informasi tentang keunggulan anak berbakat dalam sekolah, baik
berkenaan dengan keunggulan bidang akademik maupun bidang non-akademik,
terutama kemampuan anak memecahkan masalah, kemampuan kepemimpinan, dan sikap
kejujuran anak.
§
Prestasi akademik anak
Posisi anak pada saat
diidentifikasi memiliki nilai informasi yang sangat penting, terutama berkenaan
dengan kedudukan prestasi terakhir siswa, di samping sejarah prestasi
akademiknya, maupun non akademiknya yang sangat terkait dengan keunggulan anak
dalam kinerjanya.
§
Portofolio
Kemajuan sepanjang waktu,
yang disertai dengan prestasi keseluruhannya, dapat dinilai oleh pemantau
bahan-bahan yang tersimpan dalam portofolionya. Hal tersebut memungkinkan
evaluasi dalam berbagai bidang, seperti belajar yang memiliki gaya tertentu dan
penggunaan pengetahuan. Portofolio juga memungkinkan kegiatan asessmen
kreativitas siswa melalui unjuk kinerja dalam berbagai even yang telah terdokumentasikan.
Untuk membantu dalam membakukan evaluasi portofolio, sekolah dapat
mengembangkan suatu daftar kriteria untuk dipertimbangkan, seperti:
kompleksitas penyajian.
§
Produk kerja atau kinerja yang bagus sekali
Selama dalam sejarah
kehidupan anak, perlu terus ditelusuri produk-produk karya siswa berbakat, baik
yang dihasilkan secara voluntir maupun hasil lomba, yang dibuktikan dengan
piala atau piagam penghargaan. Karya-karya mereka dapat didokumentasikan dengan
baik, sehingga dapat dijadikan bukti sebagai karya-karya yang berprestasi untuk
melengkapi bukti-bukti lainnya.
§
Observasi
Pengamatan terhadap
perilaku anak berbakat, baik dalam kelas, maupun di luar kelas, terutama
berkenaan dengan perilaku-perilaku yang menunjukkan kinerja baik sebagai pribadi
maupun anggota kelompok, keluarga, atau masyarakat. Kegiatan ini dapat
dilakukan oleh konselor atau wali kelas yang memang bertanggung jawab dalam
mendampingi kehidupan anak di sekolah
§
Mereview catatan siswa
Siswa biasanya memiliki catatan pribadi. Melalui cara ini, dapat dilihat
bagaimana catatan pribadi siswa tentang kegiatan di luar sekolah, misalnya,
keanggotaan dalam suatu drama club, peran dalam kegiatan keluarga, dan serta
peran di masyarakat. Yang juga sangat penting adala. Bagaimana dengan konsistensi
prestasi di sekolah.
§
Tes kelompok (group
test).
Tes kelompok dilakukan
untuk menambah informasi tentang anak, baik berkenaan dengan informasi
inteligensi maupun bakat skolastik dan prestasi belajarnya, sehingga perlu
dilakukan tes inteligensi, tes bakat skolastik, maupun tes prestasi belajar.
2. Assesment
Berdasarkan hasil screening, maka selanjutnya
dilakukan assessment baik terkait dengan
kemampuan kecerdasan umum, bakat skolastik dan bakat lainnya, maupun tingkat
kreativitas dan komitmen akan tugas. Assessmen dilakukan dengan mengunakan tes
dan instrumen terstandar, di antaranya digunakan tes inteligensi, tes bakat
skolastik, tes bakat, tes kreativitas, dan inventori komitmen akan tugas.
Sebagian besar tes tersebut lebih bersifat individual.
a. Petunjuk identifikasi
- Instrumen harus reliabel dan
valid sesuai konstruk keberbakatan.
- Instrumen harus bebas budaya.
- Gunakan multi metode atau
multi pendekatan.
- Matrik yg mereduksi data jamak
ke dalam skor tunggal – tidak tepat.
- Siswa harus diidentifikasi dan
ditempatkan sesuai kebutuhan dan kemampuannya, lebih dari jumlah siswa
yang dapat dilayani oleh suatu program.
- Identifikasi anak berbakat
dapat berupa
- Observasi dan asesmen guru
dengan menggunakan kriteria yang cocok.
- Keterlibatan dan prestasi
dalam kompetisi.
- Prestasi dalam kegiatan
ektrakurikuler.
- Nominasi kelompok sebaya
- Nominasi lembaga atau pihak
eksternal
-
c. Lima prinsip dasar dari identifikasi:
- Defensibility yaitu
prosedur harus mampu menemukan siswa dalam seluruh domain dan bidang
keberbakatan (all domains of giftedness and fields of talent).
- Advocacy yaitu
guru harus menggunakan asesmen untuk meningkatkan minat siswa dan tidak
berharap memiliki kesamaan yang sama dalam seluruh area pengukuran.
- Equity yaitu
dapat mengidentifikasi kelompok anak berbakat yang disadvantaged.
- Comprehensiveness yaitu
menggunakan sumber data jamak.
- Pragmatism yaitu
konsisten dengan tingkat ketersediaan data.
Berikut ini contoh
instrument identifikasi yang dikembangkan oleh guru atau konselor:
DAFTAR ISIAN UNTUK MENGIDENTIFIKASI
SISWA BERBAKAT
(adaptasi dari Janice Szabos
1989:34)
Nama
Siswa :
Kelas :
Sekolah :
Tanggal
Pelaksanaan :
Tanda
Tangan Guru/Konselor :
Petunjuk:
Berikut adalah daftar ciri-ciri umum
yang biasa ditemukan pada anak-anak berbakat.
Silahkan lingkaran nomor yang sesuai dengan cirri-ciri yang dimiliki. Skalanya sebagai
berikut berikut:
1 - Jarang 2 - Kadang-kadang 3 - Sering 4 - Hampir Selalu
A.
Ciri-ciri
dalam Pembelajaran
|
||||
1.
Apakah bahasa ekspresif secara
verbal, menggunakan kosakata yang luar biasa
|
1
|
2
|
3
|
4
|
2.
canggih (di atas kebiasaan
anak-anak sebayanya) dan diucapkan
secara fasihan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
3.
Menampilkan tingkat pengetahuan
yang sangat baik di atas teman-temannya.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
4.
Dapat membuat generalisasi dengan
tepat; menggunakan alasan/bahas sendiri,
Mampu membuat kesimpulan yang logis.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5.
Menyukai materi pembalajaran yang
penuh tantangan.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Jumlah
|
|
|||
B.
Ciri-ciri
Motivasi
|
||||
1.
Menjadi bosan dengan tugas-tugas
rutin.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
2.
Lebih suka bekerja secara
independen/mandiri; sedikit membutuhkan arahan.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
3.
Memiliki motivasi dalam diri
(internal) yang sangat kuat untuk menyelesaikan tugas.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Jumlah
|
|
|||
C.
Karakteristik
Kreatif
|
||||
1. Menampilkan
rasa ingin tahu yang tinggi tentang berbagai subyek
|
|
|
|
|
2.
Tidak puas dengan satu jawaban
yang benar, mampu menghasilkan banyak ide atau solusi untuk masalah dan
pertanyaan.
|
|
|
|
|
3.
Melihat satu hal dari berbagai
aspek; berimajinasi, membayangkan, memanipulasi ide, menganalisisnya.
|
|
|
|
|
4. Berpikir
mendalam, dengan cara-cara yang orisinil.
|
|
|
|
|
5. Berani
mengambil risiko tinggi; suka mencoba hal baru dan ide baru.
|
|
|
|
|
6. Menunjukkan
bakat dalam menulis.
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
JUMLAH SUB SKOR: ……..
Jika Anda merasa karakteristik
berikut ini berlaku untuk siswa ini dan akan memberi kita informasi tambahan ,
silahkan mengisi dua bagian berikut:
D.
Ciri-ciri
Kepemimpinan
|
||||
1.
Melaksanakan tanggung jawab dengan baik; dapat
diamati melalui tugas sehari-hari yang biasanya tidak dapat dilakukan oleh
anak-anak pada umumnya.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
2.
Dihormati oleh teman-teman sekelasnya
|
1
|
2
|
3
|
4
|
3.
Menampilkan rasa percaya diri dalam berurusan
dengan orang lain.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
4.
Memiliki kecenderungan untuk mengatur orang,
benda, dan situasi.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Jumlah
|
|
|||
E.
Pertunjukan
& Ciri-ciri Seni Visual
|
||||
1.
Menunjukkan bakat orisinil di bidang seni
(misalnya membuat lukisan-lukisan orisinil, gambar, patung, desain, dll)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
2.
Menunjukkan bakat orisinil dalam musik (misalnya
mengarang lagu, membuat music sendiri, interpretasi, dll)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
3.
Menunjukkan keterampilan berakting/bermain peran
dan pertunjukan.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
4.
Menunjukkan bakat orisinil dalam seni tarian atau
kemampuan seni gerak yang baik.
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
JUMLAH SUB SKOR:
……
C.
Masalah
Perkembangan Keberbakatan
Perkembangan
keberbakatan pada seorang anak selain membawa berkah namun juga memunculkan
potensi masalah perkembangan. Masalah perkembangan ini tidak boleh dibiarkan
sebab akan berdampak negative terhadap potensi keunggulannya. Guru dan konselor
harus memahami tentang masalah perkembangan ini.
Barbara (1991) dalam Abdurrachman &
Sudjadi (1995) mengemukakan bahwa masalah perkembangan keberbakatan ini dapat
meliputi masalah gender, pendidikan, karier, dan masalah penyesuaian diri serta
masalah psikologis lainnya. Rochmat Wahab (…) lebih rinci mengemukakan sejumlah
masalah, di antaranya: (1) kebingungan tentang makna keberbakatan, (2) perasaan
akan perbedaan, (3) perasaan akan ketidaktepatan, (4) kritik terhadap diri
sendiri, (5) tingkat konflik internal yang meningkat, (6) kurangnya pemahaman
diri dari orang lain, (7) harapan dari orang lain yang tidak realistik, dan (8)
Hostility orang lain terhadap kemampuan
anak berbakat.
D.
Kebutuhan
BK Bagi Anak Berbakat
Pentingnya Konseling Bagi Anak
Berbakat
Banyak
karakteristik yang dimiliki anak berbakat. Namun beberapa karakteristik anak
yang menyakut sensitivitas yang tinggi,
idealis, dorongan yang luar biasa untuk unggul, dan rasa keadilan yang sangat
tinggi sungguh berkonsekuensi terhadap sejumlah masalah. Bruder FIC (....) mengemukakan sejumlah masalah, di antaranya:
§ Kebingungan
tentang makna keberbakatan
§ Perasaan
akan perbedaan,
§ Perasaan
akan ketidaktepatan
§ Kritik
terhadap diri sendiri
§ Tingkat
konflik internal yang meningkat
§ Kurangnya
pemahaman diri dari orang lain.
§ Harapan
dari orang lain yang tidak relistik hostility orang lain terhadap kemampuan anak berbakat.
Persoalan-persoalan
inilah yang menyebabkan pentingnya program konseling di sekolah. Di samping itu
bahwa berdasarkan potensi yang dimiliki anak berbakat, maka untuk perkembangan
anak secara optimal sangatlah diperlukan fasilitasi dan bimbingan orang dewasa
lainnya yang secara profesional dapat diwujudkan melalui layanan konseling.
Rochmat
Wahab (…) melalui pendapatnya bahwa konseling sangat diperlukan untuk membantu
anak berbakat dalam mengatasi sikap
masyarakat, di samping membantu mereka untuk mencari jalan keluar
terhadap sistem pendidikan yang tidak dirancang untuk mengoptimalkan
kemajuannya. Dengan demikian konselor
diharapkan mampu memberikan bantuan emosional bagi anak berbakat dan guru,
bahkan orangtuanya untuk melakukan modifikasi kurikuler dan strategi layanan konseling,
sehingga sesuai dengan potensi dan kebutuhan anak berbakat.
Dalam
membahas tentang apa yang merupakan kebutuhan-kebutuhan dalam konseling kepada
siswa berbakat, Bruder FIC (....) menjelaskan bahwa anak berbakat memiliki
kebutuhan bimbingan dan konseling yang sama dengan anak-anak lainnya, ditambah
dengan sejumlah kebutuhan yang berakar dari kemampuan luar biasanya. Seperti
halnya anak-anak berkelainan yang memiliki
perbedaan perkembangan dari norma-norma umum, siswa berbakat tidak akan
mampu memaksimalkan kemampuannya dalam program-program kelas regular, kecuali
kalau dilakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai keluarbiasaaannya, melalui
modifikasi dalam peralatan khusus,
kurikulum, pembelajaran, penyusunan adminsitrasi, atau layanan khusus.
Kemampuan
luar biasa khusus pada anak berbakat memerlukan bimbingan dan konseling yang berbeda dalam hal pendekatan
dan tujuan-tujuan yang diharapkan.
Selanjutnya, dijelaskan bahwa terdapat tiga kategori kebutuhan dalam
bimbingan dan konseling anak berbakat, yaitu kebutuhan kognitif-akademik,
pribadi-sosial, dan pengalaman.
Kebutuhan
kognitif-akademik, merujuk kepada pernyataan bahwa anak berbakat memerlukan
pengetahuan tentang diri mereka sendiri dan tentang akademiknya, serta
kesempatan-kesempatan karir. Mereka membutuhkan informasi yang lengkap dan
akurat tentang pilihan-pilihan yang tersedia dalam sitem sekolah saat ini, detail-detail tentang
syarat-syarat khusus untuk dapat diterima,
informasi utama yang positif maupun negative dari universitas-universitas,
dan pekerjaan yang dapat diraih di masa depan.
Kebutuhan
pribadi-sosial, merujuk bahwa anak berbakat membutuhkan konseling dalam bidang
pribadi-sosial, yaitu dalam rangka membantu anak menyadari tentang
kemampuan-kemampuan khususnya pada perasaan-perasaaannya, sikap, nilai, dan
interaksi dengan keluarga, teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya, sehingga mampu
mengambil keuntungan dari berbagai kesempatan guna meluaskan motivasi dan
menguji hubungan mereka untuk tujuan jangka pendek, dan dalam bidang akademik,
personal, dan professional untuk tujuan jangka panjang. Kebutuhan ini, juga
didasari oleh kepercayaan bahwa anak-anak berbakat, memiliki kemiskinan atau
bahkan problem dalam penyesuaian pribadi-sosial.
Kebutuhan
pengalaman, merujuk bahwa anak-anak berbakat sudah sepantasnya memerlukan
pendidikan khusus dalam setting sekolah
formal, serta membutuhkan pengalaman-pengalaman lain sebaik yang
diterima di sekolah dalam rangka
meluaskan variasi orientasi tugas, peningkatan kemampuan khusus, serta
memberikan pengalaman-pengalaman dari dunia nyata guna penambahan pengetahuan
kognitif-akademik serta kesadaran pribadi-sosialnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konseling bagi anak berbakat merupakan
suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari
sedikitpun, kendatipun konselor dihadapkan sejumlah persoalan yang
kompleks. Jika konselor tidak mampu menunjukkan kinerjanya secara optimal
terutama bagi perkembangan anak berbakat, maka konselor secara berangsur-angsur
akan menghadapi penururan trust yang
sudah ada di tangannya. anak berbakat dengan segala karakateristik dan sifatnya
menunjukkan perilaku dan kebutuhan yang berbeda dengan anak-anak sebayanya,
sehingga konselor perlu sekali memahami hakekat dan perkembangan anak berbakat
guna memudahkan layanan yang akan diberikan.
Dengan segala kelebihannya, anak berbakat
tetap masih memerlukan layanan konseling untuk dapat menuju kepada
cita-citanya. Tanpa konseling yang tepat, tidak menutup kemungkinan potensi
yang unggul pada anak berbakat justru kontra produktif, tidak hanya merugikan
dirinya saja, tetapi menimbulkan persoalan yang besar, baik bagi keluarga,
sekolah, maupun masyarakat. Akhirnya anak berbakat yang memiliki berbagai
keunggulan akan tetap unggul manakala mendapatkan perlakuan konseling yang
sesuai pada saatnya.
B.
Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan di atas,
dalam hal ini penulis merekomendasikan beberapa hal terkait dengan keadaan anak berbakat yang merasa frustasi bila diperlakukan sama
dengan anak lainnya, oleh karena itu memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Maka konselor hendaknya:
§ Terlatih
dan teknik konseling secara umum.
§ Sensitif terhadap isu-isu afektif pada
berbagai fae perkembangan.
§ Bersedia
menyusun mentorship, magang, dan program khusus.
§ Terlatih
untuk melaksanakan dan menginterpretasi tes-tes khusus dan inventori.
§ Familiar
dengan teknik-teknik bermain peran.
§ Mampu
mendiagnose bidang-bidang masalah berkaitan dengan pengembangan psikososial
anak.
Selain konselor, peran guru dan
orang tua juga sangat mendukung dalam pemberian layanan bagi anak berbakat guna
mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, dalam pemberian layanan bimbingan konseling
harus menjalin kerjasama dengan berbagai
pihak, termasuk dengan orang-orang yang dekat dengan anak berbakat.
Idealnya setiap pihak tidak harus mendominasi dalam mendidik dan mempenagruhi
pertumbuhan ABA, melainkan yang penting adalah setiap pihak mampu menampilakn
perannya sesuai dengan kebutuhan pada saat yang tepat. Lepas dari itu, untuk
kepentingan layanan konseling diharapkan konselor sekolah mampu menunjukkan
peran dan keterlibatannya secara optimal, sehingga mampu berbuat yang terbaik
baik optimalisasi ABA dalam kehidupannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrachman,
Muljono & Sudjadi. 1995. Pendidikan
luar biasa umum. Jakarta. Depdikbud.
Munandar,
Utami. 1982. Anak Anak Berbakat,
Pembinaan Dan Pendidikannya. Jakarta. CV. Rajawali.
Rochmat Wahab, (…) Konseling Bagi Anak Berbakat
Akademik. Tersedia di http://staff.uny.ac.id/system/files/prof-dr-rochmat-wahab-mpd-ma/konseling-bagi-anak-berbakat-final.pdf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar