Pagi yang mendamaikan, pagi yang menenangkan, pagi yang menentramkan,
namun pagi ini juga mengantarkanku ke ruang sunyi dan rindu yang semakin
mencekam. ALLAHU
AKBAR, ALLAHU AKBAR, LAAILAAHA ILLALLAH.. ALLAHU AKBAR WALILLAHILHAM.. di pagi yang masih berselimut sunyi, suara takbir kemenangan kembali menggema dari berbagai penjuru. Ya hari ini 1 syawal 1435 H, semua umat muslim di seluruh dunia akan berlebaran merayakan idul fitri.
AKBAR, ALLAHU AKBAR, LAAILAAHA ILLALLAH.. ALLAHU AKBAR WALILLAHILHAM.. di pagi yang masih berselimut sunyi, suara takbir kemenangan kembali menggema dari berbagai penjuru. Ya hari ini 1 syawal 1435 H, semua umat muslim di seluruh dunia akan berlebaran merayakan idul fitri.
Aku sendiri kini harus berlebaran
ditanah rantau, jauh dari sanak keluarga membuat moment lebaranku terasa sangat
berbeda. Setiap langkah, setiap hembusan nafas, dan setiap aliran darahku hanya
kudapati ukiran rasa rindu yang menjadikan pelupuk mataku tidak lagi mampu
menahan luapan air, hingga membiarkannya terus mengalir membasahi relung
kerinduanku.
Bersama sunyi dalam keterasingan, hari
ini kutapaki jalan menuju mesjid untuk melaksanakan SHOLAT IED, Alhamdulillah sholat ied berjalan dengan
lancar dan khidmat, namun tetap saja terasa sangat berbeda, tidak kudapati ibu,
adik, dan nenekku duduk disamping kiri kananku, hari ini mereka seakan menjelma
menjadi seorang yang sangat asing bagiku.
Sembari mendengarkan khutbah imam,
jamaah saling bersalam-salaman, kusalami orang-orang disekitarku sambil
melempar senyum perkenalan diri. Kusaksikan pemandangan yang berhasil membuat
hatiQ tersayat, seorang anak kecil kurang lebih usianya sekitar 7 tahun sungkem
mencium tangan ibunya, dengan penuh kasih sayang sang ibu memberi kecupan tulus
tanda telah memberi maaf. Seketika aku tertunduk lesu, tak lagi kuindahkan
khutbah yang sedari tadi dibacakan imam.
Aku iri pada anak itu, ya ALLAh
sungguh aku sangat merindukan orangtuaku, dan sanak keluargaku. Aku ingin
seperti anak itu meraih tangan ayah dan ibuku memohon maaf atas setiap
kesalahan dan dosa, aku ingin seperti anak itu menyaksikan panorama senyum tulus ayah dan ibuku dari sudut bibir mereka, aku ingin seperti anak itu kembali
merasakan kecupan sayang ayah dan ibu dipipiku sembari mengatakan “ayah dan ibu
sudah memaafkanmu nak”.
Kujalani
bagian dari skenario hidup ini. Kuyakinkan diri, inilah skenario terindah dari
sang produser terhebat (ALLAH SWT) yang harus kulakoni dengan sebaik-sebaiknya.
Kini kusadari, ALLAH sang produser terbaik tidak pernah meninggalkanku, IA
selalu menemaniku melakoni skenario ini, berlebaran bersama SUNYI DAN RINDU.
Terimakasih
ya ALLAh, ENGKAU selalu ada untukQ... Bahkan, dalam ruang sunyi dan rindu ini,
aku merasa semakin dekat denganMU... sungguh ENGKAUlah teman terbaik... tidak
sepatutnya aku larut dalam sedih karena teman terbaik selalu memberikan yang
terbaik... walau yang terbaik tak selamanya indah dalam takaran seorang hamba.
Surabaya,
28072014
“KS”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar