bagaimana aku bersahabat dengan sunyi??
Dulu,
aku sangat membenci sunyi, aku tidak ingin bersua dengannya, bahkan aku dengan
angkuhnya tak mau mengenalnya,, dulu hari-hariku berlalu begitu menyenangkan
karena ada ramai yang selalu menemani. ketika ramai berlalu sejenak, sunyi datang
menampakkan diri ingin menemani, seketika aku menjauh darinya, aku menjerit
sekencang-kencangnya, menunjukkan penolakanku padanya, aku berlari dan terus
berlari sejauh-jauhnya hingga aku menemukan ramai.
Dulu,
ramai selalu ada buatku. Ramai selalu menjagaku dari sunyi, ramai selalu
menghiburku ketika sunyi mulai menakutiku dengan diamnya, ramai tidak pernah
meninggalkanku dalam waktu yang lama, ketika ramai akan pergi untuk sementara
waktu,, dia akan menitipkanku pada teman-temannya, sehingga sunyi tidak berani
mengahapiriku.
Seiring
berjalannya waktu, pada suatu ketika, aku memutuskan melangkahkan kaki
meninggalkan zona nyamanku menuju tanah rantau tuk menimba ilmu,, keputusanku
ini kuberitahu pada ramai,, dan ramai senang dengan keputusanku, bahkan dia
berjanji akan mengantarku dan menitipkanku pada teman-temannya ditanah rantau
tujuanku,, hhmmm,, nampaknya ramai khawatir sunyi akan menggangguku..
Waktu
terus berlalu,, aku menghabiskan waktu bersama teman-teman ramai disini,,
rupanya mereka juga ramah,, namun teman-teman ramai jauh lebih sibuk dari
ramai, sehingga mereka pun harus meninggalkanku dalam waktu yang lama.
Kini aku
sendiri,
Seketika sunyi hadir dengan diamnya, diam yang selama
ini membuatku takut,, aku tidak tahan terus-terusan berada dalam ketakutan,,
kuputuskan untuk keluar mencari teman-teman ramai disini,, namun percuma saja,,
di luar sana ada banyak ramai yang kutemukan, namun mereka begitu asing, mereka
tidak mengenaliku, aku pun tidak mengenali mereka..
Kini
aku pasrah,,
Aku pasrah dalam takut yang teramat sangat kepada
sunyi,, namun, nampaknya sunyi berempati kepadaku, ia kasihan melihatku dalam
ketakutan, hingga ia pun selalu berusaha menyapaku dengan diamnya, sapaan yang
sering tak kuhiraukan,, namun ternyata sunyi tidaklah dendam padaku. Buktinya, sikap
angkuhku terhadapnya selama ini bahkan sampa detik ini tidaklah membuatnya marah dan semakin manakut-nakutiku,
justru ia dengan lembut selalu menyapaku, menawarkan persahabatan padaku, dengan
rendah hati, ia terus meyakinkanku kalau ia pun bisa menemani hari-hariku walau
tidak sebaik ramai.
Kulihat
ada ketulusan pada sunyi, dengan masih sedikit takut, kusambut tawaran
persahabatannya denganku. Yaahhh.. sunyi berhasil meyakinkanku, kalau ia tidak
seburuk yang kupikir. Kini aku bersahabat dengan sunyi, hari-hariku kini
kulalui barsama sunyi. Bersama sunyi, aku belajar lebih bersabar, bersama sunyi
aku belajar arti ketulusan, bersama sunyi aku menanti datangnya ramai,, dan
bersama sunyi aku pun bahagia.. karena pada hakekatnya, hanya sunyilah yang
dapat menggantikan ramai.. J J J
Surabaya, 08 Juni 2014
“KS”