Akhirnya keinginan untuk berwisata
ke gunung bromo tercapai sudah, sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan.
Walaupun wisata kali ini tidak sesuai dengan rencana awal karena ada salah
seorang teman yang batal berangkat karena mendadak ada kepentingan yang juga
tidak bisa ditinggalkan.
SWEET EXPERIENCE IN THAILAND
Saat ini, saya
melanjutkan studi di salah satu universitas negeri di Surabaya, salah satu program rutin yang diadakan program
studi pilihanku adalah mengikuti konfrensi internsional di Thailand yang
merupakan wujud kerjasama dengan negara tetangga dalam bidang pendidikan. Konferensi
itu lebih di kenal dengan ICER (international Conference education research)..
TENTANG SUNYI (1)
bagaimana aku bersahabat dengan sunyi??
Dulu,
aku sangat membenci sunyi, aku tidak ingin bersua dengannya, bahkan aku dengan
angkuhnya tak mau mengenalnya,, dulu hari-hariku berlalu begitu menyenangkan
karena ada ramai yang selalu menemani. ketika ramai berlalu sejenak, sunyi datang
menampakkan diri ingin menemani, seketika aku menjauh darinya, aku menjerit
sekencang-kencangnya, menunjukkan penolakanku padanya, aku berlari dan terus
berlari sejauh-jauhnya hingga aku menemukan ramai.
Dulu,
ramai selalu ada buatku. Ramai selalu menjagaku dari sunyi, ramai selalu
menghiburku ketika sunyi mulai menakutiku dengan diamnya, ramai tidak pernah
meninggalkanku dalam waktu yang lama, ketika ramai akan pergi untuk sementara
waktu,, dia akan menitipkanku pada teman-temannya, sehingga sunyi tidak berani
mengahapiriku.
Seiring
berjalannya waktu, pada suatu ketika, aku memutuskan melangkahkan kaki
meninggalkan zona nyamanku menuju tanah rantau tuk menimba ilmu,, keputusanku
ini kuberitahu pada ramai,, dan ramai senang dengan keputusanku, bahkan dia
berjanji akan mengantarku dan menitipkanku pada teman-temannya ditanah rantau
tujuanku,, hhmmm,, nampaknya ramai khawatir sunyi akan menggangguku..
Waktu
terus berlalu,, aku menghabiskan waktu bersama teman-teman ramai disini,,
rupanya mereka juga ramah,, namun teman-teman ramai jauh lebih sibuk dari
ramai, sehingga mereka pun harus meninggalkanku dalam waktu yang lama.
Kini aku
sendiri,
Seketika sunyi hadir dengan diamnya, diam yang selama
ini membuatku takut,, aku tidak tahan terus-terusan berada dalam ketakutan,,
kuputuskan untuk keluar mencari teman-teman ramai disini,, namun percuma saja,,
di luar sana ada banyak ramai yang kutemukan, namun mereka begitu asing, mereka
tidak mengenaliku, aku pun tidak mengenali mereka..
Kini
aku pasrah,,
Aku pasrah dalam takut yang teramat sangat kepada
sunyi,, namun, nampaknya sunyi berempati kepadaku, ia kasihan melihatku dalam
ketakutan, hingga ia pun selalu berusaha menyapaku dengan diamnya, sapaan yang
sering tak kuhiraukan,, namun ternyata sunyi tidaklah dendam padaku. Buktinya, sikap
angkuhku terhadapnya selama ini bahkan sampa detik ini tidaklah membuatnya marah dan semakin manakut-nakutiku,
justru ia dengan lembut selalu menyapaku, menawarkan persahabatan padaku, dengan
rendah hati, ia terus meyakinkanku kalau ia pun bisa menemani hari-hariku walau
tidak sebaik ramai.
Kulihat
ada ketulusan pada sunyi, dengan masih sedikit takut, kusambut tawaran
persahabatannya denganku. Yaahhh.. sunyi berhasil meyakinkanku, kalau ia tidak
seburuk yang kupikir. Kini aku bersahabat dengan sunyi, hari-hariku kini
kulalui barsama sunyi. Bersama sunyi, aku belajar lebih bersabar, bersama sunyi
aku belajar arti ketulusan, bersama sunyi aku menanti datangnya ramai,, dan
bersama sunyi aku pun bahagia.. karena pada hakekatnya, hanya sunyilah yang
dapat menggantikan ramai.. J J J
Surabaya, 08 Juni 2014
“KS”
HUJAN, SUMBER PENGHASILAN
Wahh...pagi
yang cerah, kataku dengan perasaan yang amat senang, karena sudah beberapa hari
ini hujan begitu deras mengguyur kota dimana aku tinggal. Hujan membuatku malas
beraktifitas bawaannya selalu ingin tidur, seakan dinina bobokan oleh irama hujan.
Namun lain halnya pada pagi ini, sepertinya cuaca
cukup bersahabat, aku begitu bersemangat, keinginanku pergi ke gramedia di
salah satu mal di kota tempat tinggalku untuk mencari beberapa buku yang akan
kujadikan literatur dalam penulisan skripsiku, nampaknya tidak akan tertunda
lagi... kataku penuh harap.
Tiba-tiba saja... kring...kring... ponselku
berdering, ternyata yang nelpon adalah Kany teman kuliahku segera kujawab
telpon darinya, diseberang sana terdengar suara Kany yang mengucapkan salam..
wa alaikum salam, ada apa? Jawabku dan kembali bertanya maksud ia menelponku.
Gimana kalau hari ini kita ke gramedia mumpung gak hujan, kamu bisa kan? Ajak Kany
padaku, oke kalau begitu aku siap-siap dulu, pukul 10.00 kita berangkat aku
tunggu yah. Oke jawab Kany singkat dan memutuskan teleponnya.
Dalam perjalanan menuju gramedia, cuaca masih sangat
bersahabat, langit semakin cerah, sinar mentari menyingkap awan hitam yang membuatnya
nampak sedih hingga menangis (hujan) di hari-hari kemarin. Beberapa saat
kemudian, kami pun tiba di mal letak gramedia yang akan kami kunjungi. Tanpa
pikir panjang lagi saya mengajak Kany menuju gramedia, ya sekedar antisipasi
aja soalnya cuaca bisa berubah kapan saja, mungin sekarang terlihat begitu
cerah, namun tidak menutup kemungkinan beberapa saat kemudian hujan deras turun
mengguyur kota ini.
Setelah hampir satu jam lamanya mencari, akhirnya
kutemukan juga beberapa buku yang relevan dengan masalah penyusunan skripsiku,
sementara Kany yang rencana awalnya juga ingin membeli buku yang akan dijadikan
referensi penyusunan skripsinya malah asyik membaca novel. Kany dah dapat
bukunya belum? Tanyaku dengan maksud mengingatkan. Aku sudah dapat tapi cuma
satu, jawab Kany. Ya udah gak apa-apa selebihnya kita cari di toko buku lain,
sekarang kita bayar yuk!! Kami pun beranjak menuju kasir untuk membayar buku
yang akan kami beli.
Sebelum pulang, kami menyempatkan membeli beberapa
makanan berhubung persediaan makanan di rumah sudah menipis. Setelah merasa
cukup, kami putuskan untuk pulang. Beberapa meter dari gerbang pintu keluar
mal, terdengar suara hujan yang begitu deras. depan pintu gerbang dipadati oleh
pengunjung yang menunggu hujan reda, kulihat disekitarku jalan dan tempat parkir telah tergenang air.
Payung kak... kak payung... Tiba-tiba saja aku
dikagetkan oleh suara itu, kumenoleh padanya.. ya tuhan... jeritku dalam hati,
aku semakin kaget ternyata suara itu adalah suara anak perempuan yang umurnya kira-kira
masih lebih kurang 6 tahun, tubuhnya basah kuyup dan gemetaran, ia nampak
begitu kedinginan namun dengan menahan rasa dinginnya ia terus saja menawarkan
payungnya padaku dengan suara gemetar.
Akhirnya kuputuskan menerima tawarannya payung yang
ukurannya lumayan besar itu, cukup saya gunakan bersama Kany sementara anak itu
memilih kehujanan, namun ia terlihat begitu menikmati setiap tetes air hujan
yang membasahi tubuh kecilnya. Dalam perjalanan menuju tempat parkir angkot
yang menunggu penumpang aku iseng bertanya padanya mengenai namanya, sekolahnya,
tempat tinggalnya, dan pekerjaan orangtuanya. Setiap jawaban yang ia sampaikan
dengan suara gemetar menahan dingin, membuatku semakin iba. Kami pun sampai
pada angkot yang akan kami tumpangi, kuberikan uang dua ribu rupiah sambil
mengembalikan payungnya. Ia terlihat begitu senang.. Terima kasih kak...
katanya dengan ramah sambil berlari ke arah pengunjung yang ia rasa membutuhkan
jasa payung.
Diatas angkot dalam perjalanan pulang ke rumah, aku
masih teringat wajah anak itu. Seorang anak bernama Warni, yang umurnya masih 6
tahun hidup dalam lingkungan keluarga yang tergolong sangat kurang mampu,
ayahnya tidak lagi bisa bekerja karena sakit-sakitan sementara ibunya bekerja
sebagai pengais sampah, dengan keadaannya yang seperti itu, Warni tidak pernah
mengenyam pendidikan. Satu hal yang membuatku salut, walaupun Warni tidak
sekolah tapi sepertinya ia sangat mengerti keadaan orang tuanya. Berbekal
payung tua berukuran lumayan besar, dengan memanfaatkan musim hujan, ia
menawarkan jasa ojek payung kepada setiap pengunjung yang sekiranya membutuhkan
payung, dengan harapan penghasilan yang ia dapatkan cukup untuk membeli obat
untuk ayahnya.
Ada yang bilang hidup adalah pilihan, tapi saya
yakin Warni tidak pernah memilih hidup dalam lingkungan keluarga tidak mampu,
namun bekerja menawarkan jasa payung kepada orang yang membutuhkan payung di
musim penghujan adalah pilihan Warni demi mendapatkan sesuap nasi yang
membuatnya mampu bertahan melawan pahitnya kehidupan. Jadi ketika langit
menangis, tetaplah tersenyum karena di luar sana terdapat beberapa saudara kita
yang menjadikan hujan sebagai sumber penghasilan.
****... SEKIAN... ****
ks
CERITA CINTA PROFESIKU
Sebagai seorang guru, tentu bukanlah
pekerjaan yang mudah, apalagi aku pribadi yang baru belajar tuk menjadi seorang
guru,, bekerja disalah satu sekolah sebagai guru bantu sangat membuatku
tertarik, hal ini merupakan pekerjaan yang sangat menantang buatku, walaupun honor
yang kudapatkan tidaklah seberapa dan tidak mampu menutupi kebutuhan hidup,
namun saat ini materi bukanlah tujuanku, tapi tak lain adalah pengalaman...
pengalaman yang merupakan guru terhebat,, alhasil dengan berbagai pengalaman
yang kudapatkan kini seiring berjalannya waktu aku pun sedikit demi sedikit mulai
memahami dan merasakan seni profesiku kelak yaitu menjadi seorang pendidik.
Aku tak pernah menggubris pertanyaan
teman-temanku yang sering menanyakan honor yang kudapatkan di sekolah tempatku
mengajar, aku tak pernah menghiraukan pandangan rendah mereka akan pekerjaanku
sekarang, yang jelas aku enjoy menjalaninya.. aku pun bangga pada diriku
sendiri karena aku yakin tidak semua orang mampu menjalani apa yang aku jalani
saat ini.. untuk sampai ke sekolah saja butuh perjalanan yang panjang, hampir
setiap harinya aku harus berjalan menuju kampus terlebih dahulu untuk mengambil
angkot yang satu jalur dengan sekolah tempatku mengajar,, tidak hanya sampai
disitu saja,, lokasi tempatku mengajar letaknya bukan dijalan poros, jadi
akupun harus menempuh sekitar kurang lebih 300 meter dengan berjalan kaki untuk
sampai ke sekolah, jembatan plyover dan tumpukan sampah menjadi saksi bisu
kegigihanku tuk sampai ke sekolah.. tapi sungguh... rasa lelah, setiap tetesan
keringat tersasa begitu nikmat karena aku menjalaninya dengan penuh cinta dan
ketulusan.
Waktu terus berlalu, alhamdulillah tidak
butuh waktu yang lama tuk bersosialisasi dengan lingkungan sekolah tempatku
mengajar, rekan-rekan guru sangat supel mereka semua selalu menyambutku dengan
hangat, kebersamaan pun kini terbingkai indah diantara kami, setiap momen yang
kami lalui terasa begitu istimewa penuh dengan canda tawa...
Kini tak terasa sudah hampir lima
bulan aku menjalani pekerjaan ini, semua kujalani tanpa beban sedikit pun,
kalaupun kebanyakan orang ingin cepat-cepat jam kerja cepat usai, lain halnya
dengan aku, ingin rasanya kuperlambat jalannya waktu, karena kuingin kebersamaan
ini tidak cepat berakhir... ketika sampai di kos.an sepulang dari sekolah,, aku
tak sabar menunggu hari esok, ingin cepat-cepat ke sekolah bertemu dengan
rekan-rekan guru, bertemu dengan siswa-siswaku.. karena aku selalu merindukan
wajah mereka, tingkah kocak mereka, ledekan usil mereka, n yang pasti canda tawa mereka yang tak jarang membuatku
tertawa lepas.. ya Allah sungguh terasa begitu indah.
Ya Allah
terimakasih atas segudang nikmat
yang Engkau berikan padaku
terimakasih
telah mempertemukanku dengan mereka
terimakasih
telah mengijinkanku membingkai kebersamaan di jalanMU...
jadikanlah
kebersamaan ini bernilai ibadah disisiMu ya Allah....
jadilanlah
kebersamaan ini tidak hanya didunia fana ini
tapi
buatlah kebersamaan ini tak lekang oleh waktu
yang tetap terbingkai indah hingga
di syurgamu kelak ....
aamiin ya Rob.....
makassar, 10 Juni 2012
K S
Langganan:
Postingan (Atom)