TENTANG SUNYI (1)

bagaimana aku bersahabat dengan sunyi??

        Dulu, aku sangat membenci sunyi, aku tidak ingin bersua dengannya, bahkan aku dengan angkuhnya tak mau mengenalnya,, dulu hari-hariku berlalu begitu menyenangkan karena ada ramai yang selalu menemani. ketika ramai berlalu sejenak, sunyi datang menampakkan diri ingin menemani, seketika aku menjauh darinya, aku menjerit sekencang-kencangnya, menunjukkan penolakanku padanya, aku berlari dan terus berlari sejauh-jauhnya hingga aku menemukan ramai.
          Dulu, ramai selalu ada buatku. Ramai selalu menjagaku dari sunyi, ramai selalu menghiburku ketika sunyi mulai menakutiku dengan diamnya, ramai tidak pernah meninggalkanku dalam waktu yang lama, ketika ramai akan pergi untuk sementara waktu,, dia akan menitipkanku pada teman-temannya, sehingga sunyi tidak berani mengahapiriku.
          Seiring berjalannya waktu, pada suatu ketika, aku memutuskan melangkahkan kaki meninggalkan zona nyamanku menuju tanah rantau tuk menimba ilmu,, keputusanku ini kuberitahu pada ramai,, dan ramai senang dengan keputusanku, bahkan dia berjanji akan mengantarku dan menitipkanku pada teman-temannya ditanah rantau tujuanku,, hhmmm,, nampaknya ramai khawatir sunyi akan menggangguku..
          Waktu terus berlalu,, aku menghabiskan waktu bersama teman-teman ramai disini,, rupanya mereka juga ramah,, namun teman-teman ramai jauh lebih sibuk dari ramai, sehingga mereka pun harus meninggalkanku dalam waktu yang lama.
          Kini aku sendiri,
Seketika sunyi hadir dengan diamnya, diam yang selama ini membuatku takut,, aku tidak tahan terus-terusan berada dalam ketakutan,, kuputuskan untuk keluar mencari teman-teman ramai disini,, namun percuma saja,, di luar sana ada banyak ramai yang kutemukan, namun mereka begitu asing, mereka tidak mengenaliku, aku pun tidak mengenali mereka..
          Kini aku pasrah,,
Aku pasrah dalam takut yang teramat sangat kepada sunyi,, namun, nampaknya sunyi berempati kepadaku, ia kasihan melihatku dalam ketakutan, hingga ia pun selalu berusaha menyapaku dengan diamnya, sapaan yang sering tak kuhiraukan,, namun ternyata sunyi tidaklah dendam padaku. Buktinya, sikap angkuhku terhadapnya selama ini bahkan sampa detik ini tidaklah  membuatnya marah dan semakin manakut-nakutiku, justru ia dengan lembut selalu menyapaku, menawarkan persahabatan padaku, dengan rendah hati, ia terus meyakinkanku kalau ia pun bisa menemani hari-hariku walau tidak sebaik ramai.
          Kulihat ada ketulusan pada sunyi, dengan masih sedikit takut, kusambut tawaran persahabatannya denganku. Yaahhh.. sunyi berhasil meyakinkanku, kalau ia tidak seburuk yang kupikir. Kini aku bersahabat dengan sunyi, hari-hariku kini kulalui barsama sunyi. Bersama sunyi, aku belajar lebih bersabar, bersama sunyi aku belajar arti ketulusan, bersama sunyi aku menanti datangnya ramai,, dan bersama sunyi aku pun bahagia.. karena pada hakekatnya, hanya sunyilah yang dapat menggantikan ramai.. J J J


Surabaya, 08 Juni 2014

“KS”