FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME DAN REALISME







**PENDAHULUAN**

Sejarah filsafat kaya dengan ide-ide yang membahas mengenai pendidikan, sehingga munculah salah-satu cabang filsafat dalam disiplin ilmu yang disebut dengan filsafat pendidikan. Filsafat sebagai the mother of knowledge juga memikirkan masalah pendidikan akhirnya muncul pandangan-pandangan filsafat dalam pendidikan.
Proses pertumbuhan filsafat sebagai hasil pemikiran para filosof dalam rentang waktu yang dilaluinya telah melahirkan berbagai macam pandangan. Pandangan para filosof tersebut  adakalanya bersifat saling mendukung, tetapi juga tak jarang pula yang bertentangan. Hal ini dapat dimaklumi karena hasil pemikiran filosof bukan merupakan komponen yang berdiri sendiri, tetapi akan senantiasa dipengaruhi banyak faktor, seperti pendekatan yang dipakai serta kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.
Dalam perjalanan sejarahnya, filsafat pendidikan melahirkan berbagai pandangan yang cenderung menimbulkan keraguan yang sulit untuk dikompromikan. Hal ini disebabkan karena masing-masing pandangan berusaha mempertahankan pendapatnya sebagai suatu kebenaran. Pengaruh dari pandangan yang berbeda tersebut melahirkan berbagai aliran, seperti, eksisitensialisme, realisme, pragmatisme, idealisme, humanisme, dan lain-lain (Ramayulis dan Samsul Nizar,2009:15).
Dalam makalah sederahana penulis hanya akan membahas aliran idealisme DAN aliran realisme dari sudut pandang filsuf barat dan timur serta kaitannya dalam dunia pendidikan.


**PEMBAHASAN**

1.      ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME
a.      Pemikiran Plato
Filsafat Idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material. Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”. Mind merupakan wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan, atau jasmani tanpa memiliki apa-apa.
Idealisme berpendirian, bahwa kenyataan tersusun atas gagasan-gagasan (ide) atau spirit. Segala benda yang nampak berhubungan dengan kejiwaan dan segala aktivitas adalah aktiviatas kejiwaan. Dunia ini dipandang bukan hanya sebagai mekanisme, tetapi dipandang sebagai sistem yang msing-masing unsurnya saling berhubungan, dunia adalah keseluruhan (totalitas), suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang bersifat theo-sentris (berpusat kepada Tuhan) kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan kepada norma-norma yang mengangung kebenaran mutlak. Oleh karena nilai-nilai idealism bercorak spiritual, maka kebanyakan kaum idealism mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa dari kejadian alam semesta ini (Ramayulis dan Samsul Nizar,2009:15).
Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah bahwa manusia menganggap ruh atau sukma lebih beharga dan lebih tinggi dibandingkan materi bagi kehidupan manusia. Ruh merupakan hakikat yang sebenarnya, sementara benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari ruh atau sukma. Aliran idealism berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan ruhaniah, dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan lainnya, sehingga terbentuklah kebudayaan dan peradaban baru (Bakry,1992:56)
Dengan demikian Idealisme ialah aliran  filsafat yang menganggap atau memandang ide itu primer dan materi adalah sekundernya, dengan kata lain menganggap materi berasal dari idea atau diciptakan dari ide. Idealisme disebut dengan idea sedangkan dunia dianggap fana tanpa adanya idea-idea yang menjadi tujuan hidup.

Ø  Implementasi Idealisme dalam Pendidikan
·         Tujuan Pendidikan Menurut Paham Idealisme
Menurut Plato tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga menjadi seorang warga negara yang baik, masyarakat dan harmonis, yang melaksankana tugas-tugasnya secara efisien sebagai seseorang anggota masyarakat.
Salah satu cardinal objektif idealisme dan idealis pendidikan adalah direktik Yunani Kuno untuk “mengetahui dirimu sendiri” Self-realisasi merupakan tujuan penting dari pendidikan, maka idealis menekankan pentingnya kegiatan semua pengarahan dalam pendidikan. Mereka percaya bahwa pendidikan yang benar terjadi hanya dalam diri individu.
Lebih lanjut secara terperinci tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya. Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Jadi dapat disimpulkan tujuan pendidikan menurut pahan idealisme lebih mengarah kepada pengembangan pemikiran dan diri pribadi siswa, yang berkesinambungan dengan tujuan untuk pribadu, masyarakat, dan campuran antar keduanya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa peranan pendidikan yang paling utama bagi manusia adalah membebaskan dan memperbaharui. Pembebasan dan pembaharuan itu akan membentuk manusia utuh, yakni manusia yang berhasil menggapai segala keutamaan dan moralitas jiwa yang mengantarnya ke ide yang tinggi yaitu kebajikan, kebaikan, dan  keadilan.
·         Materi dan Kurikulum Pendidikan Menurut Paham Idealisme
Materi atau apa yang harus diketahui dalam paham idealisme sesungguhnya sudah ada dalam jiwa. Tugas pendidik adalah membuat pengetahuan yang tersimpan dalam hati ini menjadi kesadaran. Para pendidik berusaha agar murid mencapai kesadaran kesempurnaannya. Untuk mencapai manusia sempurna ini seperangkat kurikulum disusun secara terstruktur (bertingkat) dengan berdasarkan warisan pemikiran terbaik generasi demi generasi. Paling penting tingkatnya adalah ilmu umum tentang filosofi dan teologi kedua hal ini bersifat abstrak.
Menurut plato, pendidikan dirancang dan diprogramkan menjadi tiga tahap sesuai tingkat usia. Pertama, pendidikan yang diberikan kepada taruna hingga sampai dua puluh tahun. Kedua, dari usia dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun. Ketiga dari tiga puluh tahun sampai empat puluh tahun. Plato juga menekankan perlunya pendidikan direncanakan dan diprogramkan dengan baik. Karena itu, dalam menanamkan program pendidikan itu, pemerintah harus mengadakan motivasi, semangat loyalitas, kebersamaan dan kesatuan cinta akan kebaikan dan keadilan (Jalaludin dan Abdullah Idi,2009:79).
Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral. Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa materi yang digunakan guna mengembangkan pendidikan intelektual adalah ilmu-ilmu kealaman, sosial, pendidikan teknologi, matematika, dan pendidikan bahasa. Materi pendidikan moral dalam mengembangkan kebajikan yaitu sikap berusaha mencapai kesempurnaan diri, sikap adil, sikap jujur, tidak memihak, sikap mengetahui kesamaan antar sesame manusia.
Sedangkan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
·         Metode Pendidikan serta Peran Guru Menurut Paham Idealisme
Menurut plato metode terbaik untuk belajar adalah dialektika. pada dasarnya, plato percaya bahwa kita dapat mengembangkan ide-ide kita dengan cara mencapai sintesis dan konsep-konsep universal, dimana metode dialektika mencoba untuk mengintegrasikan berbagai proses belajar ke pada proses belajar yang mengandung makna.
Guru tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mangajar hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan moral pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosial, meningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia.              
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai: (1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya; (6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar; (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya; (11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa guru peran tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Guru di sini haruslah memiliki keunggulan moral dan intelektualnya. Metode pembelajaran menurut paham idealism diantaranya metode dialektika, dialog, diskusi serta metode yang lainnya yang dapat digunakan guna mengembangkan pikiran siswa.
·         Lembaga Pendidikan yang Menerapkan Aliran Idealisme
Lembaga pendidikan yang menerapkan aliran idealisme diantaranya ini bisa kita temukan pada lembaga-lembaga pendidikan pondok pesantren, di mana di pondok pesantren baik guru yang mengajarkan maupun siswa diharapkan mampu melaksanakan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari mereka, dengan kata lain siswa maupun guru selain memperoleh dan memberikan keunggulan intelektual juga menekankan kepada keunggulan moral mereka.
Di lembaga pesantren biasa kita dengar adanya Panca Jiwa Pondok pesantren yaitu jiwa keikhlasan, kesederhnaan, kesanggupan menolong diri sendiri atau berdikari, jiwa ukhuwwah diniyah, dan ukhuwah Islamiyah yang demokratis antar para santri, dan jiwa bebas. Hal ini searah dengan tujuan pendidikan menurut paham idealisme yaitu membentuk manusia utuh, yakni manusia yang berhasil menggapai segala keutamaan dan moralitas jiwa yang mengantarnya ke ide yang tinggi yaitu kebajikan, kebaikan, dan  keadilan.

b.      Pemikiran Al-Gazali
·         Peranan pendidikan
Al-ghazali termasuk ke dalam kolompok sufistik yang banyak menaruh perhatian yang besar terhadap pendidikan, karena pendidikan yang banyak menentukan corak kehidupan suatu bangsa. Demikian hasil pengamatan ahmad fuad al-ahwani terhadap pemikiran pendidikan imam al-ghazali.
Sementara itu H.M Arifin, guru besar dalam bidang pendidikan mengatakan, bila dipandang dari segi filosifis,al-ghazali adalah penganut paham idealisme yang konsekuen terhadap agama sebagai dasar pandangannya. Dalam masalah pendidikan al-ghazali lebih cenderung berpaham idealisme. Hal ini antara lain di sebabakan karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikan terhadak anak didik. Menurut seorang anak tergantung kepada orang tua dan orang yang mendidikanya. Hati seorang anak itu bersih dari gambaran apapun. Hal ini sejalan dengan pesan rasulullah SAW yang menegaskan: Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan bersih, kedua orangtualah yang menyebabkan anak itu menjadi penganut Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (H.R. Muslim).
Sejalan dengan hadis tersebut, al-ghazali mengatakan jika anak menerima ajaran dan kebiasaan hidup yang baik, maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika anak itu dibiasakan melakukan perbuatan buruk dan dibiasakan padahal yang jahat, maka anak itu akan berakhlak jelek. Pentingnya pendidikan ini didasarkan kepada pengalaman hidup al-ghazali sendiri, yaitu sebagai orang yang tumbuh menjadi ulama besar yang menguasai berbegai ilmu pengetahuan, yang disebabkan karena pendidikan.
·         Tujuan Pendidikan
Setelah menjelaskan peranan pendidikan sebagaimana diuraikan di atas, al-ghazali lebih lanjut menjelaskan tujuan pendidikan. Menurutnya, tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SAW, bukan untuk mencari kedudukan yang menghasilkan uang. Karena jika tujuan pendidikan diarahkan bukan pada mendekatkan diri kepada Allah SWT, akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian, dan permusuhan.
Rumusan tujuan pendidikan yang demikian itu sejalan dengan firman Allah SWT tentang penciptaan manusia, yaitu : Tidaklah aku jadikan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-ku (Q.S.al-Dzariyat :59) Selain itu rumusan tersebut mencerminkan sikap zuhud al-ghazali terhadap dunia, merasa qona`ah (merasa cukup dengan yang ada), dan banyak memikirkan kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia.
Sikap yang demikian itu diperlihatkannya pula ketika rekan ayahnya mengirim al-ghazali beserta saudaranya, Ahmad, keMadrasah Islamiah yang menyediakan berbagai sarana, makanan dan minuman serta fasilitas belajar lainya. Berkenaan dengan hal ini al-ghazali ``Aku datang ke tempat ini untuk mencari keridhaan Allah, bukan untuk mencari harta dan kenikmatan.
Rumusan tujuan pendidikan al-Ghazali yang demikian itu juga karena al-Ghazali memandang dunia ini bukan merupakan hal yang pokok, tidak abadi dan akan rusak, sedang maut dapat memutuskan klenikmatan setiap saat. Dunia hanya tempat lewat semantara, tidak kekal. Sedangkan akhirat adalah desa yang kekal, dan maut senantiasa mengitai setiap saat.
Lebih lanjut al-Ghazali mengatakan bahwah orang yang berakal sehat adalah orang yang dapat menggunakan dunia untuk tujun akhirat, sehingga orang tersebut derajatnya lebih tinggi di sisi Allah dan lebih luas kebahagiaanya di akhirat. Ini menunjukan bahwah tujuan pendidikan menurut al-Ghazali tidak sama sekali menistakan dunia, melaikan dunia itu hanya sebagai alat.
·         Pendidik
Sejalan dengan pentingnya pendidikan mencapai tujuan sebagaimana disebutkan di atas, al-ghazali juga menjelaskan tentang ciri-ciri pendidik yang boleh melaksanakan pendidikan. Ciri-ciri tersebut adalah :
-          Guru harus mencintai muridnya seperti mencintai anak kandungnya sendiri.
-          Guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagaimana tujuan utama dari pekerjaannya (mengajar), karena mengajar adalah tugas yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW sedangkan upahnya adalah terletak pada terbentuknya anak didik yang mengamalkan ilmu yang diajarkannya.
-          Guru harus mengingatkan muridnya agar tujuannya dalam menuntut ilmu bukan untuk kebanggaan diri atau mencari keuntungan pribadi, tetapi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
-          Guru harus mendorong muridnya agar mencari ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang membawa pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Di hadapan muridnya, guru harus memberikan contoh yang baik, seperti berjiwa halus, lapang dada, murah hati, dan berakhlak terpuji lainnya.
-          Guru harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan intelektual dan daya tangkap anak didiknya.
-          Guru harus mengamalkan yang diajarkannya, karena ia menjadi idola di mata anak muridnya.
-          Guru harus memahami minat, bakat, dan jiwa anak didiknya, ssehingga di samping tidak akan salah dalam mendidik, juga akan terjalin hubungan yang akrab dan baik antara guru dengan anak didiknya.
-          Guru harus dapat menanamkan keimanan ke dalam pribadi anak didiknya, sehingga akal pikiran anak didiknya tersebut akan dijiwai oleh keimanan itu.
Tipe ideal guru yang dikemukakan al-ghazali yang demikian sarat dengan norma akhlak itu, masih dianggap relevan jika tidak dianggap hanya itu satu-satunya model, melainkan juga harus dilengkapi dengan persyaratan akademis dan profesi. Guru yang ideal di masa sekarang adalah guru yang memiliki persyaratan kepribadian sebagaimana dikemukakan al-ghazali dan persyaratan akademis serta profesional.
·         Murid
Sejalan dengan prinsip bahwa menuntut ilmu pengetahuan itu sebagai ibadah dan menetapkan diri kepada Allah, maka bagi murid dikehendaki hal-hal sebagai berikut
-          Memuliakan guru dan bersikap rendah hati atau tidak takabur
-          Merasa satu bangunan dengan murid yang lainnya
-          Menjahukan diri dari mempelajari berbagai mazhab yang dapat menimbulkan kekacauan dalam pikiran
-          Mempelajari tidak hanya satu jenis ilmu yang bermanfaat melaikan berbagai ilmu sehingga mencapai tujuan dari tiap ilmu tersebut
·         Kurikulum
Pandangan ghazali tentang kurikulum dapat di pahami dari pandangannya mengenai ilmu pengetahuan. Ia membagi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya tentang ilmu yang terlarang dan yang wajib di pelajari,dan dibagi menjadi tiga kelompok:
-          Ilmu yang tercela,ilmu ini tidak ada manfaatnya bagi manusia didunia maupun diakhirat
-          Ilmu yang terpuji ilmu yang membawa jiwa seseorang menjadi bersih dari kerendahan dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada Allah
-          Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu, yang tidak boleh diperdalam, karena ilmu ini dapat membawa kepada kegoncangan iman dan ilhad (meniadakan Tuhan) seperti ilmu filsafat
Selanjutnya yang menjadi titik perhatian al-Ghazali dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah ilmu pengetahuan yang digali dari kandungan al-Qura’n, karena ilmu model in akan bermafaat bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat, karena dapat menenangkan jiwa dan mendekatkan diri kepad Allah.
Sejalan dengan itu al-Ghazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus dipelajari di sekolah. Ilmu pengetahuan tersebut adalah: Ilmu al-Quran ilmu agama, sekumpulan bahasa,nahwu,dan makhroj karena ilmu ini berfungsi membantu ilmu agama. Ilmu-ilmu fardu kifayah, yaitu ilmu kedokteran, matematika, teknologi,dll. Ilmu kebudayaan seperti syair, sejarah, dan beberapa cabang filsafat.

2.      ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME
a.      Pemikiran Aristoteles
Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang  realitas sebagai dualitas. Aliran realisme memandang dunia ini mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani. Hal ini berbeda dengan filsafat aliran idealisme yang bersifat monistis yang memandang hakikat dunia pada dunia spiritual semata. Dan juga berbeda dari aliran materialisme yang memandang hakikat kenyataan adalah kenyatan yang bersifat fisik semata. Realisme membagi realistas menjadi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan yang kedua adanya realita di luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
Aliran realisme mempunyai berbagai macam bentuk yaitu realisme rasional, realisme naturalis dan realisme kritis. Realisme rasional juga masih terbagi dua yaitu realisme klasik dan realisme religius. Realisme klasik pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles. Berikut ini kita bahas pendidikan menurut aliran realisme.

Ø  Implikasi Terhadap Pendidikan
·         Konsep Pendidikan
Berikut ini kita akan membahasa konsep pendidikan mengenai pengertian pendidikan dan gambaran pendidikan menurut masing-masing bentuk aliran realisme.
Realisme Rasional
Realisme klasik  berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri rasional. Dengan demikian manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan penyebab pertama dan utama realistas alam semesta. Memperhatikan intelektual adalah penting bukan saja sebagai tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan masalah. Menurut realisme klasik pengalaman manusia penting bagi pendidikan. Menurut Aristoteles, terdapat aturan moral universal yang diperoleh dengan akal dan mengikat manusia sebagai mahluk rasional. Manusia sempurna menurutnya adalah manusia sempurna yang mengambil jalan tengah. Konsep pendidikan pada anak bahwa anak harus diajarkan ukuran moral yang absolut dan universal karena baik dan benar adalah untuk seluruh umat manusia. Kebiasaan baik harus dipelajari karena kebaikan tidak datang dengan sendirinya
Sedangkan menurut realisme religius bahwa kenyataan itu dipandang berbentuk natural dan supernatural. Pandangan filsafat ini menitik beratkan pada hakikat kebenaran dan kebaikan. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri guna mencapai kebenaran abadi. Kebenaran bukan dibuat melainkan sudah ditentukan dan belajar harus mencerminkan kebenaran itu. Menurut Cornerius pendidikan harus universal, seragam dan merupakan suatu kewajiban dimulai dengan pendidikan yang lebih rendah.
Realisme Natural
Menurut realisme natural pengetahuan yang diakui adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman empiris dengan jalan observasi atau pengamatan indera. Para pengikut realisme natural mengikuti teori pengatahuan empirisme yang mengatakan pengalaman merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan dan merupakan sumber pengetahuan manusia.
Pendidikan berkaitan dengan dunia di sini dan sekarang. Dunia diatur oleh hukum alam. Pendidikan menurut aliran realisme natural haruslah ilimiah dan yang menjadi objeknya adalah kenyataan dalam alam.
Realisme kritis.
Menurut pandangan Breed filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan sebagai pengarah terhadap tuntunan sosial dan individual. Menurut Imanuel Kant , pengetahuan mulai dari pengalaman namun tidak semiuanua dari pengalaman. Pikiran tanpa isi adalah kosong dan tanggapan tanpa konsepsi adalah buta.
Menurut Henderson ke semua bentuk aliran realisme pendidikan menyetujui bahwa
-          Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita menjadi hebat
-          Tugas manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraan umum
-          Tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah pendidikan.
·         Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan realisme adalah untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya serta mampu melaksanakan tanggung jawab sosial.
·         Kurikulum Pendidikan
Kurikulum harus berisi pengetahuan dan nilai-nilai esensial agar siswa dapat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan alam, masyarakat, dan kebudayaannya. Menurut filsuf Realisme, kurikulum pendidikan seharusnya meliputi:
-          Sains/ilmu pengetahuan alam dan matematika
-          Ilmu kemanusiaan dan ilmu-ilmu social
-          Nilai-nilai
-          Pegetahuan tentang alam memungkinkan umat manusia untuk dapat menyesuaikan diri serta tumbuh dan berkembang dalam lingkungan alamnya.
-          Ilmu kemanusiaan diperlukan setiap individu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya.
·         Metode Pendidikan
Metode mengajar yang disarankan para filsuf Realisme bersifat otoriter. Guru mewajibkan para siswa untuk dapat menghafal, menjelaskan,dan membandingkan fakta-fakta; menginterpretasi hubungan-hubungan, dan mengambil kesimpulan makna-makna baru. Penting bagi guru untuk memberikan ganjaran terhadap setiap siswa yang yang mencapai sukses dan memberikan penguatan (reinforces) atas apa yang seharusnya dipelajari.
·         Peranan Guru Dan Siswa
1.      Peranan Guru:
-          Penentu materi pelajaran
-          Menggunakan minat siswa yang berhubungan dengan mata pelajaran
-          Mendisiplinkan siswa melalui ganjaran dan prestasi
-          Mengendalikan perhatian siswa
-          Membuat siswa aktif
2.      Peranan Siswa:
-          Menguasai pengetahuan
-          Taat pada aturan dan berdisiplin, sebab aturan yang baik sangat diperlukan untuk belajar, disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk berbagai tingkat keutamaan.









**KESIMPULAN**


            Berdasarkan pemaparan yang telah diuraiakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.      Idealisme dalam pendidikan beranggapan bahwa realitas atau kenyataan-kenyataan pada diri manusia itu telah ada pada diri manusia sejak dari asalnya, yang berasal dari realitas yang hakiki. Dalam artian, kebenaran, pengetahuan, dan nilai sudah ada sebelum manusia lahir yang semuanya bersumber dari ide yang mutlak yaitu dari Tuhan. Manusia tidak mengusahakan dalam arti menciptakan kebenaran, pengetahuan dan nilai moral, melainkan bagamana manusia menemukan semanya itu dengan menggunakan akal atau rasio. Manusi dapat memperoleh kebenaran dengan jalan berpikir, bukan dengan pengamatan indera karena dengan berpikir itulah manusia dapat mengetahui hakikat kebenaran dan pengetahuan. Dengan indera, manusia hanya sampai pada memperkirakan.
2.      Realitas dalam pendidikan beranggapan bahwa kebenaran diperoleh dengan cara berpikir rasional empiris realistis, yaitu cara berpikir atas prinsip realitas yang lebih dekat pada alam  kehidupan manusia sehari-hari. Karena dalam hal ini manusia dipandang sebagai makhluk materi sekaligus rohani. Sebagai materi, ia menyadari bahwa manusi dalam hidupnya berada dalam kondisi alam materi dan sosial. Sebagai makhluk rohani  manusia sadar ia akan menuju pada proses yang lebih tinggi yang menuju kepada manusia ideal, manusia sempurna. Manusia sebagai hewan rasional  memiliki kesadaran intelektual dan spiritual, ia hidup dalam alam materi sehingga menuju pada derajat yang lebih tinggi, yaitu kehidupan yang abadi, kehidupan supranatural.



**DAFTAR PUSTAKA**


Berri  eranda. Filsafat Pendidikan Realisme. http://randa26.wordpress.com/2012/04/05/ filsafat-pendidikan-realisme/.  OnLine. Diakses 10 Oktober 2012.

Eka Yunarti. Idealisme dan Pendidikan. http://www.scribd.com/doc/45080023/7/Aliran-Idealisme. OnLine. Diakses 09 Oktober 2012

Mudyahardjo, Redja. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Sadulloh, Uyoh. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung. Cv Alfabeta.





Tidak ada komentar: